(Tab Widget 2)

Jumat, 13 Januari 2017

TEROBOSAN PERGURUAN TINGGI DALAM PONDOK PESANTREN (ASCHAL Edisi 11)


Pesantren di didirikan sebagai bentuk jawaban dari adanya generasi yang memerlukan asupan ilmu agama. Para paraktisi pesantren berusaha menawarkan pendidikan yang bernuansa keislaman.
Pada awalnya pesantren baru di kenal di Indonesia pada saat masa Wali Songo. Para muballigh Islam ini menyebarkan Islam dengan melihat kondisi umat yang berada di sekitarnya. Islam diperkenalkan melalui jalan lemah lembut dan mengawinkan budaya-budaya yang tidak Islam dengan susupan-susupan ruh Islam.
Masyarakat pada saat itu bukanlah masyarakat yang ada pada saat ini, gambaran mereka lebih parah dari pada orang-orang kong hucu. Mereka tak mengenal siapa tuhan. Pendidikan yang tertananam pada mereka lebih cenderung pada hal-hal yang bersifat animesme, dinamesme. Melihat inilah , Wali Songo, menarik mereka ke dalam tubuh Islam dengan penarikan yang begitu halus. Jasa para Wali Songo ini dapat kita lihat sekarang dengan menyeluruhnya  orang Indonesia beragama Islam.
Dalam mengajarkan murid-muridnya Wali songo menyampaikan materi keislaman melalui berkeliling ketempat-tempat penduduk, di samping itu Wali songo menampung  para muridnya yang ingin belajar Islam. Mereka langsung mendapat didikan langsung dari para wali songo. Di antara para santri Wali Songo yang dapat kita baca sampai saat ini adalah Raden Paku, Raden Fatah dan lain-lainnya yang telah dididik langsung oleh Sunan Ampel di pesantren Ampel Denta.
Di kemudia hari pendidikan pesantren yang telah di prakarsai oleh wali Songo ini, di lanjutkan oleh para penerusnya. Mereka mendirikan pesantren di berbagai tempat, mereka mengikuti para Wali Songo dalam menyebarkan agama Islam. Di pesantrenlah Islam yang di bawa Wali Songo ajarannya-ajarannya dipertahankan.
Dari waktu ke waktu, pesantren mulai mengalami perubahan di samping kontak pesantren dengan zaman yang sudah mulai tidak bersahabat. Maka pesantren harus menyesuaikan diri tanpa harus kehilangan identitas awalnya.
Pesantren yang awalnya lebih terfokus  terhadap pendidikan keagamaan, sekarang lebih membuka diri lagi. Para praktisi pesantren berusaha menyediakan pendidikan yang di butuhkan oleh masyarakat. Tetapi mereka tetap mempertahankan ciri khas kepesantrenannya. Memang ada juga pesantren yang merubah dirinya secara total, tapi mereka tetap sifat kepesantrennya masih melekat padanya. Kebiasaannya yang telah mengalami perombakan adalah pesantren yang memang dirinya menawarkan pendidikan modern. Dengan tujuan, santri-santri yang mengenyam pendidikan di dalamnya mampu berbaur dengan kehidupan yang tak pernah dialaminya pada masa saat itu, tetapi mereka menawarkan terhadap masyarakat bahwa santri yang belajar di sana mampu memberi jawaban dalam hal-hal yang bersifat pendidikan ke moderenan.
Terlepas dari itu semua, ke adaan pesantren yang ada di Indonesia, masih memiliki tujuan syi’ar agama Islam, walaupun di antara paraktisi pesantren antara yang satu dengan lainnya berbeda pandangan tetapi tujuan dari mereka mengacu terhadap pendidikan Islam.
Keadaan pesantren, diakui atau tidak sekarang sudah ada yang berbenah diri menyiapkan para santrinya menuju pendidikan  praktis. Mereka di didik sesuai dengan kebutuhan masyarakat sekarang. Kemajuan dalam pesantren ini ditandai dengan banyaknya perguruan tinggi yang berdiri dalam pesantren di Indonesia. Di pesantren yang awalnya tidak ada perguruan tingginya, sekarang berlomba-lomba membuka diri dengan pendidikan tersebut. Keberadaan ini bukan berarti pesantren mengalami kemajuan, tetapi tidak juga mengalami ke munduran.  Pesantren yang di dalamnya membuka perguruan tinggi bisa dikatakan maju jika pesantren tersebut dapat mempertahankan sifat-sifat ke pesantrenannya, tapi juga mampu mengikuti perkembangan di bidang keakademikan. Jika pesantren yang di dalamnya terdiri perguruan tinggi tidak mampu mempertahankan sifat kepesantrenannya, apa bedanya  perguruan tinggi dalam pesantren dengan perguruan tinggi yang berdiri di luar sana.
Pesantren yang di dalamnya berdiri tegak perguruan tinggi hanyalah sebagai jawaban dari lingkuang saja. Mereka, para pengelola pesanttren membaca bahwa saat inilah santri harus mengikuti arah-arah zaman. Dengan demikian di harapkan keilmuan yang pernah di peroleh di pesantren dapat tersalurkan ke masyarakat luas. Mereka setelah sekian lama menempuh pendidikan di pesantren di tambah dengan pendidikan yang berada dalam perguruan tinggi maka asupan ilmu telah di terima saat ini, mampu di kolaborasikan dengan celah-celah kelemahan dalam berdakwa.
Perlu di ketahui bahwa jalannya penyampaian ilmu terhadp masyarakat di butuhkan ke uletan dalam mentransferkannya. Anika masyarakat yang telah ada, tentu memberi pandangan lain bagi santri-santri yang sudah selesai masa belajarnya di pesantren. Sehingga dengan kematangan mereka menambah pendidikan dalam perguruan tinggi sebagai ajang pengenalan tiori menghadapi masyarakat yang semakin kritis menghadapi berbagai persoalan. Masyarakat sekarang sudah banyak di cekoki informasi-informasi ke kinian, apalagi media sudah mengelilingi mereka, jadi para santri dalam menghadapi mereka perlu ke matangan yang betul-betul matang.
Maka di harapkan adanya perguruan tinggi dalam pesantren di harapkan sebagai modal ilmu menghadapi masyarakat yang serba kritis sehingga santri-santri yang keluar dari pesantren siap menghadapi mereka karena teori menghadapi masyarakat yang serba majmuk telah mereka kuasai setidaknya mereka ketahui. Jadi ajang pendirian perguruan tinggi dalam pesantren jangan sampai membuat jati diri pesantren hilang tertelan terbawa arus tetapi jadikanlah keberadaan perguruan tinggi di pesantren sebagai media pentrsferan ilmu guna menghadapi masyarakat yang semakin hari semakin kritis.
Oleh : Ahrori Dhafir
           PPS. Sidogri



0 komentar:

Posting Komentar