Setiap usai salat Subuh, al-Ârif Billâh KH Abd. Adzim
bin Oerip pergi wiridan ke tegalnya. Sesepuh Pondok Pesantren Sidogiri itu
memang banyak memiliki sawah dan tegal, bahkan berkebun sendiri. Dalam berkebun,
beliau tidak memakai pembasmi hama berbahan kimia, tapi memakai gula yang
disebar di bawah pohon. Hasilnya, hama-hama tak mengganggu tanaman, tapi
memakan gula tersebut. Kata beliau tentang pembasmi hama, “Masio ketok apik,
ndak bagus (meski tampak baik, memakai pembasmi hama itu tidak baik).” Ini
didorong oleh syafaqah (kasih sayang) beliau pada binatang. Jadi, kesenangannya
bercocok tanam tidak mengurangi kasih sayangnya pada binatang. Kiai Abd. Adzim
juga senang menanam tanaman di berbagai tempat. Ketika menghadiri undangan ke
luar, menantu Hadratussyekh KH Noerhasan bin Nawawie ini selalu membawa tunas
kelapa. Bila melihat tanah kosong, beliau meminta izin pada si pemilik tanah
untuk menanam kelapa di sana. Kalau saja banyak yang berbuat sama menanam
banyak pohon dan menyayangi binatang tentu kerusakan lingkungan bisa dihindari.
Disadur dari Jejak Langkah Masyayikh Sidogiri.
By:
Aniez
Asrama e 03 Az Zahrowiyah
0 komentar:
Posting Komentar