KIYAI THOBRONI,
Pribadi
Yang Tak Pernah Lelah Mengembara Ilmu
Beliau adalah KH. Thobroni seorang
ulama dari tanah Madura tepatnya pada Desa Sabeneh Kec. Bangkalan Kab.
Bangkalan, Sosok seorang pengembara ilmu yang tidak pernah puas akan mencari
ilmu. Kesehariannya penuh dengan kesederhanaan, ketawadhu’an, serta
keistiqomaan dalam belajar. Nama lengkap beliau adalah KH. Thobroni Abd Aziz
bin KH. Abd Aziz bin KH. Abd Kadir (Sepupu daripada Syaichona Moh. Cholil
Bangkalan). Putra–putri beliau adalah:
Nyai Hj. Baidho
KH. Abd. Aziz (Alm)
Nyai Hj. Hujjatullah
Nyai Hj. Hurriyah
Nyai Hj. Qinanah
KH. Abdullah Khon (Pengasuh PP. Al Aziziyah
II)
Nyai Hj. Syifa’
KH. Abdullah Kuddus (Alm)
KH. Syaiful Qahhar (Pengasuh PP. Al Aziziyah
I)
Kiyai Thobroni merupakan pendidik bagi
putra-putri, santri serta masyarakat. Tak pernah lelah akan mencari ilmu adalah
didikan yang diajarkan oleh Kiyai Thobroni kepada putra-putri dan
santri-santrinya. Beliau juga selalu berpesan kepada putra-putrinya untuk
jangan sekali-kali membedakan antara kiyai, guru yang pernah ditimba ilmunya.
“Pernah saya sewaktu ke Surabaya bersama Kiyai Thobroni beliau berpesan, Senga’
nak ce’ sampe’ adeh bideaken antara guru, baik guru se aje’ ben guru’se lok
eyajih pe padeh takdzimmeh be’en, pe padeh be’en de’ sekabbenah tan
tretannah (Ingat nak jangan sampai kamu membeda-bedakan antara guru yang
mengajarimu dan guru yang tidak mengajarimu secara langsung, samakanlah kepada
seluruh saudara-saudaranya di dalam ketakdzimanmu),” Tutur Kiyai Taib salah
satu menantu Kiyai Thobroni. “Beliau adalah seorang yang cinta akan mencari
ilmu dan mengajar bahkan seandainya
beliau tidak sering sakit-sakitan beliau akan terus mengaji. Beliau
memposisikan dirinya sebagai orang yang tidak mengerti akan ilmu pengetahuan
sehingga beliau terus mengaji tanpa mengenal lelah,” Kenang Kiyai Taib.
Pendidikan Kiyai
Tobroni dan Ketakdziman kepada gurunya
Semenjak masa mudah Kiyai Thobroni
sangat menyukai ilmu pengetahuan. Berbagai macam ilmu beliau pelajari, tak ada
waktu yang beliau lalui tanpa mengaji dan ibadah. Kiyai Thobroni mudah belajar
langsung kepada Kiyai Muntaha Jangkebuan (Menantu Syaichona Cholil Bangkalan)
dan kepada Kiyai Munthasor Demangan Barat Bangkalan (Menantu Kiyai Imran bin
Syaichona Cholil Bangkalan) yang masih paman beliau sendiri tentang tepatnya
tahun kapan beliau menimba ilmu kepada Kiyai Muntaha dan Kiyai Munthasar tidak
diketahui. Kemudian beliau melanjutkan mondok di Sidogiri Pasuruan. Kiyai
Thobroni ibarat angin yang terus berputar tak pernah lelah dalam mengembara
ilmu pengetahuan walaupun beliau telah menjadi pemangku pesantren beliau tidak
terus menerus hanya mengajar. Tetapi beliau masih tetap belajar dan mengaji
pada para ulama. Beliau memposisikan dirinya sebagai orang yang tidak mengerti
sehingga beliau tetap belajar dan menimba ilmu.
Di dalam kesuksesan mencari ilmu
seorang Tholibul Ilmu tidak akan lepas dari yang namanya guru, peran
guru sangat menentukan apa nantinya dia akan mendapatkan ilmu yang bermanfaat
apa tidak. Kiyai Thobroni adalah seorang sosok yang sangat mengagungkan guru
dan mentakdziminya. Beliau tidak pernah membedakan antara satu guru dengan guru
yang lain, baik guru yang berguru langsung atau tidak. Ketakdziman kepada
gurunya terbukti ketika beliau kedatangan para masyaikh Sidogiri. Beliau
langsung cepat-cepat bersalin baju dengan memakai baju gamis yang bagus dan
memakai Imamah (surban) dengan sempurna itu semua beliau lakukan karena untuk
mengagungkan sang guru. Kiyai Thobroni walaupun sudah menjadi kiyai besar
beliau selalu menunjukan sifat ketawaduannya. Jika dalam suatu acara beliau
diminta untuk membaca doa beliau selalu enggan kalau di tempat itu bertepatan
ada sang guru, atau masyaikh yang lebih sepuh darinya, hal itu beliau lakukan
karena kerendahan hati beliau dan sifat ketawaduaan beliau yang ditunjukan
kepada gurunya.
Dakwah Beliau di
Tengah-tengah Masyarakat
Pada masa orde lama sampai orde baru
terjadi pergerakan Partai Komunis Indonesia (PKI) yang di mana pergerakannya
sangat meresahkan masyarakat, dan juga dapat mengancam Islam Ahlussunnah wal
Jama’ah dengan ajarannya, PKI bergerak ke plosok desa-desa dengan menyamarkan
diri dengan mengatasnamakan dirinya Partai Kiyai Indonesia untuk mendapatkan
simpati dari masyarakat. Dengan berdalih bahwasanya dirinya adalah kelompok
Kiyai Indonesia banyak masyarakat yang tertipu. Hal ini dapat mengahancurkan
sendi-sendi Islam Ahlussunah wal Jama’ah yang telah dibangun oleh para Wali
Songo dan para Ulama setelahnya, Islam yang sesuai dengan ajaran Rasulullah dan
para Sahabatnya. PKI telah banyak bergerak merusak akidah masyarakat. Kiyai
Thobroni merupakan salah satu dari Ulama Bangkalan bergerak hatinya untuk
meluruskan paham-paham sesat PKI yang mereka tanamkan ke tengah-tengah
masyarakat. Kiyai Thobroni bahkan bersama Kiyai Abdullah Schal Demangan Cicit
Syaichona Cholil berjuang bersama-bersama menghapus kepercayaan masyarakat
bahwa PKI adalah kelompok Kiyai Indonesia. Perjuangan Kiyai Thobroni bersama
Kiyai Abdullah tidaklah mudah, banyak batu sandungan yang menghalanginnya. Bahkan
mereka berdua pernah ditangkap karena berorasi begitu keras. Kiyai Thobroni
terkadang sampai berhari-hari tidak pulang ke rumahnya di karenakan pada saat
itu tidak ada kendaraan sebagai sarana beliau berdakwah. Kiyai Thobroni harus
berjalan kaki berkilo-kilo ke plosok-plosok desa, hal ini beliau lakukan demi
untuk menyelamatkan agama Islam dari paham-paham yang berusaha merusaknya. Tak
ada keluh kesah yang beliau rasakan dalam berdakwah. Pahit manisnya beliau rasakan
dengan ikhlas semata-mata hanya mengharap ridho Allah Swt.
Pandangan
Putra-Putri Kiyai Thobroni
Kiyai Thobroni adalah pendidik sejati
(Murobbil Kamil) baik dalam keluarga dan bagi para santrinya. Penanaman sebuah
karakter yang kuat dan kepribadian yang baik adalah yang diajarkan beliau
kepada Putra-putrinya, Kiyai Thobroni dalam mendidik putra-putri tidak banyak
dengan sebuah ucapan, tapi beliau mendidik langsung dengan sebuah prilaku.
Ketika menjadi pengasuh pesantren Kiyai Thobroni-lah yang langsung mengajar
para santrinya,Tanpa ada tenaga pengajar dari manapun.”Aba kadintoh taktoman
mundut guru tugas deri kadimma bi saos, walaupun aba monduk neng Sidogiri aba
tak mundut guru tugas, benni aba kadinto lokpercajeh dek guru tugas,tapeh
karena aba kadinto ngajerih potra-potrenah ka angguy mekker sopajeh tak nang
tenang selama e delem masa belajar” (Ayah tidak pernah mengambil guru tugas
darimanapun, walaupun ayah mondok di Sidogiri ayah tidak pernah mengambil guru
tugas, bukan karena ayah tidak percaya dengan kemampuan guru tugas, tapi itu
adalah sebuah pelajaran dari beliau untuk putra-putrinya supaya tidak
bersantai-santai dalam masa belajar),”Kenang Kiyai Syaiful Qohhar putra
bungsu beliau. “Bahkan ketika saya sedang liburan pesantren ayah sering
menanyakan sampai dimana mata pelajaran yang telah dihafal baik Sorrofnya, Imrithi
bahkan sampai Alfiyahnya. Jadi ketika saya akan pulangan pesantren adalah
moment yang paling saya takutin karena nanti sampai di rumah pasti akan
ditanyakan seperti itu, hari-hari liburan pun diisi Tanya jawab. Hal itu yang
mendorong saya dan saudara-saudara untuk benar-benar belajar dan tidak
bersantai-santai selama mencari ilmu,” Imbuh Kiyai Syaiful.
Hingga sampai saat ini yang meneruskan
pondok pesantren peninggalan Kiyai Thobroni adalah Putra-putri dan cucu beliau
yang turun langsung mengajar dan membimbing para santri.
Wafatnya Kiyai
Thobroni
Malam Ahad 5 Shafar 1408 H/28
September 1987 M, langit mendung di daerah Sabeneh terdengar isak tangis ribuan
manusia, berita wafatnya Kiyai Thobroni langsung terdengar menyebar luas.
Seorang Kiyai yang dikenal sangat Wira’i dan penuh ketawaduan ini akhirnya
dipanggil Tuhannya untuk menghadapnya. Mulai dari putra-putri, kerabat,
santri-santri beliau, sampai masyarakat luas
berbondong-bondong datang ke Sabeneh untuk bertakziah menyaksikan
pemakaman Sang Guru terakhir kali. Wafat sudah Sang pembimbing umat namun
jasa-jasanya tetap akan dikenang sepanjang masa. Beliau dimakamkan di komplek
pesantren Sabeneh yang sekarang dikenal dengan nama Pondok Pesantren Al
Aziziyah Sabeneh. Semoga segala kesalahan beliau diampuni dan diterima segala
jasa dan amal kebaikannya oleh Allah Swt.
Amin.
Oleh : Sutrisno Farizy_NH
Mohon maaf ustadz, Bukankah kyai Thobroni di makamkan di Martajasah?
BalasHapusinsyaallah Sesuai yang ada di berita tersebut ustadz... karena ini nara sumber langsung majlis keluarga yang di pp sebbheneh
Hapusnamun akan tetap kami koreksi (terimakasih atas masukkannya)
bukannya dimakamkan di martajesah??
BalasHapusngebahas kyai fadli bin affan (bancaran) kapan ustadz/admin??
BalasHapusinsyaallah akan kami pertimbankan :)
Hapusinsyaallah Sesuai yang ada di berita tersebut ustadz... karena ini nara sumber langsung majlis keluarga yang di pp sebbheneh
BalasHapusnamun akan tetap kami koreksi (terimakasih atas masukkannya)
Maaf, Kiai Thobroni bin abd Aziz dimakamkan di martajasah. Jelas dengan papan nama nisannya di martajazah, sebelah tengah agak ke barat. Mungkin adminnya yg salah. Karena memang dari Nara sumber dan semua Masyayikh Sebaneh mengatakan makam kiai Thobroni di martajasah. Dan semua santri sebaneh jika ziarah kubur ke martajasah (Syaikhona Kholil) pasti menyempatkan ke makam kiai Thobroni
HapusMaaf, Kiai Thobroni bin abd Aziz dimakamkan di martajasah. Jelas dengan papan nama nisannya di martajazah, sebelah tengah agak ke barat. Mungkin adminnya yg salah. Karena memang dari Nara sumber dan semua Masyayikh Sebaneh mengatakan makam kiai Thobroni di martajasah. Dan semua santri sebaneh jika ziarah kubur ke martajasah (Syaikhona Kholil) pasti menyempatkan ke makam kiai Thobroni.
BalasHapus