Kiai Marzuki Mustamar
PWNU Jatim
Kehidupan masyarakat sangat dipengaruhi
oleh aturan yang diterapkan, jika aturannya baik maka masyarakat pun menjadi
baik, jika aturannya korup maka masyarakat pun menjadi korup, jika aturannya
sesat maka masyarakat pun mudah menjadi sesat, inilah logika sederhana yang
bisa kita gunakan untuk memahami kasus aliran-aliran sesat yang kerap kali bermunculan.
Bagaimna cara untuk menghindarinya ? Langkah-langkah seperti apa yang paling
efektif untuk mencegah aliran sesat ? baik itu pada diri sendiri, keluarga dan
lingkungan sekitar. Berikut ini penjelasan hasil wawancara (Pimred Majalah ASCHAL) Agus
Sholeh dan Syamsul Steven (Reporter Majalah ASCHAL) kepada salah
satu ulama karismatik dan produktif KH. Marzuki Mustamar pengasuh PP.
Sabilurrosyad Gasek Karangbesuki Sukun Malang yang di temui langsung oleh crew
ASCHAL beberapa hari lalu di kediaman beliau.
Siapakah yang paling berperan penting dalam menyelamatkan kaum sunni dari aliram-aliran yang sesat kiai?
Semua orang
itu pasti ingin selamat, dirinya sendiri ingin selamat, keluarganya,
murid-muridnya, santri-santrinya, sanak familinya juga ingin selamat semua,
begitu kan? kita sebagai keluarga besar, sebagai anak bangsa ingin selamat juga, lebih besar lagi sebagai
umat manusia juga ingin selamat. Selamat itu menurut kami sebagai manusia hidup
sampai mati dalam kedaan membawa Islam wal iman sesuai dengan tuntunan Allah
SWT. Yang kita yakini sampai sekarang masih utuh,
yang ada di dalam agama Islam yaitu al-Quran
dan as-sunnah. Namun kebenaran hal tersebut perlu tahkik,
juga penelitian yang lebih tentang beberapa hadits yang mungkin masih mu’talaf,
lantas apa yang harus di selamatkan terlebih dahulu? yaitu diri kita
masing-masing. Sesuai dengan apa yang Allah sabdakan dalam al-Quran
surah
at-Takrim ayat 6.
كًوْ
اَنْفًسَكًمْ وَاَهْلِكًمْ نَارًا
Artinya: “Jaga
dirimu, keluarga anak istri dari api neraka”
Pertama yang
di perintahkan ayat di atas tersebut untuk menjaga diri kita sendiri dari api
neraka, dalam artian kita harus
menyelamatkan diri kita sendiri terlebih dahulu, setelah diri kita
sendiri telah selamat baru yang lainnya. Hati orang yang normal akan
berkesimpulan sama, kebahagiaan, keselamatan itu belum lengkap sebelum seluruh
anggota keluarganya juga selamat semua. Saya sendiri sebagai kepela keluarga
rasanya tidak enak ketika makan sate sendirian, padahal anak istri kelaparan, atau
makan enak di rumah padahal ada salah satu anak kita yang kebetulan di penjara,
rasanya juga tidak tegakan kalau kita makan enak sementara ada salah satu anak
kita yang di penjara. Jadi rumus kebahagiaan itu seperti itu, jadi keselamatan
dan kebahagiaan itu semakin lengkap apabila dia dan seluruh keluarganya sudah
selamat semua, sesuai dengan fitrah manusia yang seperti itu, al-Quran pun juga
menyuruh untuk selamatkan dirimu dan seluruh keluargamu jangan sampai masuk
neraka. Kewajiban orang menyelamatkan keluarga dan dirinya berarti itu
kewajiban fitrah sebagai manusia yang normal, juga kewajiban agama dalam kata
lain upaya serius untuk menyelamatkan diri dan seluruh anggota keluarganya itu
sesuatu yang sesuai dengan hablum minalallah dan hablum minannas. Kalau ditanya
siapa yang paling bertanggung jawab tentag keselamatan orang, keselamatam diri
masing-masing, ya dirinya masing-masing kalau di tarik lebih luas yang paling
bertanggung jawab terhadap keselamatan keluarganyanya, anak istrinya, ya kepala
keluarga. Selain mempunyai tanggung jawab pada keluarganya, dia juga mempunyai
tanggung jawab terhadap pribadai-pribadinya sendiri. Karena tidak mungkin
kepala keluarga itu menyelamatkan anak dan istrinya kalau dirinya tidak ingin
selamat, rasanya tidak mengkin saya gebukin anak tak karu-karuan untuk saya
suruh sholat kalau dia sendiri tidak ada kemauan untuk sholat. Jadi
masing-masing bertanggung jawab atas dirinya, tapi kita tidak menutup mata
karena tidak semua manusia beruntung mempunyai bapak yang sadar akan pentingnya
pendidikan terhadap anaknya. Meskipun idealnya menurut al-Quran harus
bertanggung jawab terhadap anaknya tapi kenyataannya tidak, wong umur 20 sudah
mempunyai anak yang perempuan umur 16 atau 17 sudah punya anak meski demikian
kenyataannya di masyarakat ada yakni masyarakat awan yang lemah ekonominya,
masyarakat yang termarginalkan, baik itu secara struktural sastemik atau
“takdir” tapi yang jelas masyarakat yang lemah iman, kesadaran, ekonomi, pengalaman,
lemah pendidikan itu ada.
Bagaimanakah
peran orang tua dalam menyelamatkan anaknya dari aliran sesat yang kian
merambat, bukan hanya ditinggkat kota tapi di pedesaan kian berkembang biak?
Peran orang
tua terhdap anaknya dalam menyelamatkan anaknya dari aliran sesat sesuai dengan
perintah masing-masing keluarga bertanggung jawab terhadap anak istrinya, namun
kenyataannya di masyarakat yang bisa dilakukan hanya sekitar 10% mau masyarakat
Jawa atau Madura, semua yang full bertanggung jawab pada anak dengan di ajari
ngaji, di ajari akhlak, di doakan, malam tahajjud sekitar 10% itu, yang lain ya
orang awam. Maka bagi yang sudah selesai menyelamatkan anak istrinya kemudian
dia diberi harta melimpah, dia diberi waktu yang banyak dan ilmu yang di
anugrahkan oleh Allah, tenaga juga ada, waktu juga ada. Malah orang-orang
seperti ini setelah selesai bertanggung jawab atas keluarganya dia harus
bertanggung jawab atas orang lain, maka ketika tokoh-tokoh ini urusan keluarga selesai
maka dia harus menyisikan waktu untuk menyelamatkan masyarakat pula. Tapi pada
masyarakat juga kita himbau meskipun anak-anak kalian sudah di madrasah dibimbing
kiai bukan berarti lepas tangan, bagaimanapun orang tua yang awam ini juga
mempunyai tanggung jawab dengan cara mendoakan anaknya, kerja yang benar
supanya rizkinya halal. Jadi kalau anak yang di pondok diajari ilmu yang baik,
di ajari ilmu yang jernih. Bedahalnya dengan orang tua yang dari rumahnya
mengirimkan uang yang tidak halal. Jadi tanggung jawab orang tua itu harus
tetap mengotrol anaknya sesekali sowan ke pondok, mendoa’kan, kerja yang benar,
harus dikirimkan uang yang halal, karena bagaimanapun anaknya itu tidak
selamanya di pondok, pasti ada hari-hari libur dan pulang ke rumah sehingga
orang tua juga harus bisa mengkondisikan, kebiasaan di pondok tetap dilakukan
di rumah seperti di pondok berjemaah maka kitika di rumah orang tua harus
memerintahkan anaknya untuk berjemaah dan kebiasaan baik yang di lakukan di
pondoknya. Nah peran orang tua yang awam kami harapkan yang seperti itu.
Terkadang ada orang tua yang tidak peduli ketika anaknya ada di pondok, sudah
apa kata kiai, orang tua lepas tangan begitu saja. Tidak seharusnya orang tua
pasrah sepenuhnya pada kiai, karena kiai dan ustad itu hanya membantu,
sejatinya adalah kewajiban orang tua. Perlu diketehui juga jumlah kiai
terbatas, kemampuannya juga terbatas karena kiai hanya mempunya ide sebagai
metode tapi tidak mempunyai kewanangan untuk memaksa, padahal sejatinya tidak
semua masyarakat bisa menerima hal itu, tidak semua masyarakat bisa paham
dengan ceramah kiai.
Pentingkah
pemerintah ikut berperan aktif untuk mencegah masuknya aliran sesat tersebut,
mengingat banyaknya aliran-aliran yang hampir menguasai dan mendoktrin pemuda indonesia
dengan paham aliran sesat itu?
Kami rasa
perlu adanya umaro atau sulton, aparat dan segala perangkat hukum, yang mana
sangsi dan hukumannya di tegakkan untuk mengantisipasi tersebarnya faham-faham
aliran sesat tersebut, kalau ada masalah yang baik-baik cukup para kiai dan
ulama yang menanganinya, apabila ada masyarakat yang tidak mau diatur apa
katanya sendiri maka ini perlu adanya sulton untuk membina mereka, memberi
sangsi pada mereka yang semuanya itu bukan dalam rangka menyengsarakan
orang-orang nakal itu, tapi dalam rangka mengembalikan mereka kepada jalan yang
benar. Biasanya kalau ada maling yang terlibat nerkoba di tangkap, itu tugasnya
polisi dan aparat hukum dengan memberikan semua sangsinya dengan memasukkan ke
dalam penjara. Setelah itu tugasnya kiai dan para ustad untuk memberikkan
kesadaran, makanya sekarang penjara di Malang sudah ada seperti miniatur
pesantren. Jadi ada kegiatan jam sekian mengaji, jam sekian jemaah, uapaya ini
harus terus ada kesinambungan dengan harpan masing-masing peribadi adanya
kesadaran diantara mereka, terus mereka yang lemah di bantu oleh para ulama
untuk membina anak-anknya. Kemudian mereka yang tidak bisa di bina dikarenakan
nakal atau tidak tau dan sebagainya, di serahkan pada pemerintah atau aparat
untuk di cebloskan ke penjara, tapi tujuan di hukum ini bukan untuk di
sengsarakan, bukan unuk di bunuh tapi untuk dikembalikan pada jalan yang benar
dan agar kejahatan tersebut tidak menular pada yang lainnya. Kalau
pemerintahnya ini terus adil, ulamanya adil, orang tua sering mengirim doa
dengan memberi nafkah yang halal. Harapan kita kalau seperti itu insya Allah
angka kegagalan itu kecil, dan wajar kalau kita gagal karena kita manusia tidak
ada yang sempurna, kesempurnaan hanya milik Allah. Kewajiban kita berusaha
maksimal termasuk ada koordinasi antar semua bagian dan semua lini.
Langkah
kongkrit apakah yang paling efektif dalam menanggulangi adanya aliran tersebut
?
Kita sebagai
umat manusia, peribadi dari keluarga dan masyarakat yaitu upaya menyelamatkan
dari apapun yang menyebabkan nanti tidak selamat dan yang menyebabkan tidak
selamat itu seperti kafir, murtad, munafiq dan semuanya yang sesudah sebutkan
dari itu harus dengan upaya keras untuk menghindarkan dirinya, keluarganya, masyarakatnya
dan rakyatnya dari ke sesatan jangan sampai ada istilah murtadisasi kepada
masyarakat awam baik itu kristenisasi kemudian tadklil, upaya menyesatkan umat
dengan aliran-aliran baru, seperti kafatar, musadik dan nabi baru dan aliran
sesat lainnya itu harus segera ditangani. Jadi upayakan semua itu iman dan Islam
secara benar, perilaku tidak benar itu mungkin karena ilmunya juga tidak benar
makanya semua orang tua, kiai dan pribadi terus menyebarkan ilmu yang benar,
bagimana akidah yag benar, cara mendidik yang benar, sholat yang benar mulai
toharoh dan seterusnya. Bagaimana cara bergaul yang benar, bagaimana memimpin
yang benar karena ilmu itu harus terus, setelah ilmunya benar tidak semua orang
itu perilakunya benar kadang-kadang sudah berilmu perilakunya salah itu berawal
dari hati yang tidak benar, seorang seperti kiai dia memimpin tahlil dan
seterusnya tapi terkadang dia ingin menjatuhkan kiai yang lain, orang seperti
ini bukan karena ilmunya salah tapi karena hatinya yang salah karena dikuasai
nafsu dan keserakahan, dengki, dendam dan seterusnya. Sanak family habis pilkada
terus bertengkar bukan ilmunya yang salah tapi hatinya yang salah, yang menang
sombong dan yang kalah sakit hati, padahal tidak perlu yang menag sombong dan
yang kalah sakit hati, supaya yang kalah ini tidak sakit hati maka sebaiknya
usai pilkada di adakan perkumpulan bersama ulama yang kalah di undang dan yang
menang di undang supaya baikan lagi dinasehati oleh para ulama. Jadi wajib
menyelamatkan diri dari apapun yang membuat celaka seperti yang sudah saya
sebutkan tadi di atas. Selain itu yang membuat celaka adalah amal gak benar,
haji gak benar, sholat gak benar karena itu ilmunya gak benar maka seharusnya
kiai atau dai harus teres menyampaikan pengajian di pondok-pondok, di hutbah
baik itu di tv atau di radio diisi dengan ceramah agar ilmunya benar, kalau
ilmunya benar maka amalnya juga ikut benar. Setelah semua itu benar maka hati
juga harus benar kalau akidahnya benar, amalnya benar, ilmunya benar, hatinya
benar insya Allah orang-orang ini akan selamat. Nah satu hal yang menyebabkan
amal tidak benar itu karena akidah tidak benar, akidah atau aliran yang tidak
baner. Menurut kami semua akidah atau aliran yang jelas-jelas menyimpang dari
al-Quran dan hadits mungkin sepintas tidak menyimpang tapi ini bukan hanya
akidah, ini gerakan untuk mempengaruhi umat, punya tujuan tertentu, program
tertentu, punya visi dan misi tertentu.
Pentingkah
pemerintah ikut bereran aktif untuk mencegah masuknya aliran sesat tersebut,
mengingat banyakya aliran-aliran yang hampir menguasai dan mendoktrin para
pemuda Indonesia dengan paham sesat itu?
Menurut kami
kahadiran pemerintah untuk menindak tegas kelompok-kelompok yang merusak Islam
atas nama Islam karena intelejen pemerintah apapun itu pasti tau gerak gerik
aliran tersebut. Kami mohon pihak intelejen tidak main-main dengan agama,
kasian umat karena umat ini tidak tau karena di ajak baik-baik mareka ikut
apalagi ada duitnya. Kayak kafatar itu, sudah tau kayak itu dokter-dokter pada
ikut tapi awalnya memang manis di ajak sholat dhuha, membantu anak yatim dan
lainnya. Tapi setelah mereka mulai terjerat di belokkan, seperti terlepas
aliran Wahabi itu benar apa tidak. Bahkan menurut salah satu kitab di balik
orang Wahabi itu Kristenya si pendiri Wahabi Muhammad bin Abdul Wahab, itu
murid dari Jeffi Hemper dan dia mata-mata intelejen Inggris, makanya Wahabi itu
di desain untuk terus meruwetin Islam, negara manapun yang di masuki Wahabi
mesti ruwet bisa jadi teman-teman Wahabi salafi bilang benar ini sunah, ya kalau
anda sudah jadi kelompok itu, lah jadi gerakan ini diarahkan kemana, arahan
untuk menyatuhkan Islam atau diarahkan untuk memecah belah Islam atas nama
sunah. Seharusnya mesti kembali ke sunah
tentang bidah, tapi memecah belah, beda dengan gerakan yang gerakan itu dari Islam
dan untuk Islam seperti wali sogo itu tidak ada campur tangan orang asing, ini
dari interen Islam tidak ada niat sedikitpun untuk memecah belah Islam mereka
itu anti keliru, itupun kalau keliru berijtihad bukan keliru yang di sengaja,
yang begini menurut kami berlakulah hadits nabi yang artinya barang siapa yang
berijtihad kemuian ijtihadnya benar maka akan mendapatkan dua pahal, dan
apabila ijtihadnya salah mendapatkan satu pahala. Tapi kalau sudah ikut
kelompok yang arahnya sudah menguntungkan Keristan, arahnya menguntungkan
Yahudi, kayak di Syiah ada Abdullah bin Saba, dia itu siapa? dia orang Yahudi
jadi menurut kami sesat itu secara konten menentang orang sunah, menentang
ijmak itu sesat, arti yang kedua secara konten mungkin tidak menentang tapi
gerbong ini miliknya orang non Islam yang bertanggung jawab pada semua. Karena
masyarakat awam tidak mengert, jadi pemerintah, hakim dan ulama harus lebih
serius lagi, ulama jangan pernah bertengkar, semua harus barsama dan BIN itu
harus jujur HTI itu siapa BIN harus jujur, di balik kafatar BIN harus jujur, di
balik NII BIN juga harus jujur, di balik MTA solo BIN harus jujur sehingga
ulama-ulama itu bisa profesianal. Kadang-kadang kalau kami tidak tau malah
memancing ulama marah, setelah ulama marah maka ada alasan bagi pihak tertentu
untuk menjebloskan ulama, hal sedemikkian itu tidak seharusnyaa terjadi.
Adakah
saran dari Kiai untuk semua kaum sunny dalam menyelamatkan keluarga dari
paham-paham sesat dan lain sebagainya tersebut?
Itu tadi
koordinasi antar semua lini, semua pihak jangan sendiri-sendiri, nanti kiai
saja tanpa MUI, bisa jadi kiai pondok dan MUI malah bertengkar karena tidak
terkoordinasikan dengan baik. MUI sudah baik, NU juga, Muhammadiyah dan
komunitas pesantren baik semua, tapi tidak bersama dengan aparat malah
kadang-kadang kita yang di bilang anarkis, maka kita harus bareng-bareng. Kalau
sifatnya menindak kita harus melibatkan semua pihak tapi kalau sifatnya memberitahu
dan memberikan kesadaran pada warga ya monggo tidak semua pihak itu, karena
kita kaum pesantren berbuat sebisa kita masing-masing, MUI juga sepeti itu,
tapi kalau sudah ada tindakan harus semua. Terus menurut kami sendiri maaf
sebelumnya. Wahabi sejak kira-kira 130 tahun yang lalu sudah ada, kemudian
Syiah, dari dulu memang ada. Nah bagaimana pribadi-pribadi kiai Ahlussunnah wal
Jamaah menyikapi Syiah, saya kira tidak jauh seperti imam Syafii menyikapi
Syiah tidak jauh dari imam-imam madhab menyikapi Syiah dan Mu’tazilah yang
sejak zaman Abbasiyah Harun Arrosyid, al-Makmun yang pada waktu itu
raja-rajanya Mu’tazilah, ternyata menurut sejarah mencatat imam-imam madhab
pada zamannya tidak pernah membangun kekuatan dan memberontak kepada raja
Mu’tazilah, saya kira sebaiknya yang sekarang juga seperti itu, yaitu kiai-kiai
yang menentang tentang aliran seperti ini tirulah Imam Syafii, tidak perlua
pakek gerakan fisik, itu tugasnya aparat, yang bisa di lakukan kiai usul atau
mendesak aparat supaya segera menindak aliran sesat tersebut. Jangan sampai
kiai dan santrinya turun sendiri pakek pentung, ini yang dilihat orang Kristen
Islam perang saudara, tapi kalau yang di lakukan kiai laporkan aparat dan
ditindak oleh aparat itu memang haknya. Saya sendiri kurang pas kalau kiai
bertidak sendiri, itu tidak di contohkan oleh Imam Syafii. Ulama kita itu
cerdas yang antipatinya kepada Syiah tidak sampai mendorong ulama-ulama itu
perang saudara, tidak ada imam Syafii mengajak perang dengan Syiah tapi dengan
hujjahnya yang luar biasa mampu mengalahkan tokoh Syiah sekaligus. Kayak
al-Azhar itu yang mendirikan adalah dinasti Fatimiyah yaitu Syiah meskipun itu
didirikan oleh kaum Syiah ulama-ulama dari dulu tidak antipati dengan kekerasa
al-Azhar mereka melihat al-Azhar itu pusat ilmu. Malah banyak keinginan untuk
mesuk ke al-Azhar menjadi dominan di al-Azhar, ternyata meski didirikan oleh
dinasti Fatimiyah hingga sampai sekarang yang memegang kendali adalah kaum
Sunny, yaitu Ahlussunnah Wal Jamaah. Andaikan dari dulu ulama-ulama itu ambisi
memerangi mereka yang Syiah maka hilanglah al-Azhar, ea kan ? nah kalau bisa
begitu mungkin sikap-sikap kiai sepuh di mana-mana dengan Syiah mereka juga
tentu anti gak rela kalau di olok-olok dan di hina-hina sampai di kafirkan,
tapi cara mensikapi Syiah itu santri dan muridnya diberikan pemahaman tentang
sesatnya ajaran Syiah. Tapi dalam muamalah sehari-hari mereka tidak apa-apa. Misalnya
ada acara manten di suguhi yang kebetulan tetangga yang Syiah datang, nah itu
bagi kiai sepuh malah kesempatan untuk ngomong-ngomong dalam suasana enak
bukannya dalam suasana marah untuk memasukkan idenya, mungkin satu dua poin
malah masuk, kalau di gebukin, pertama-tama akan merusak citra Islam perang
saudara, yang kedua membuat kebencian yang ketika itu tidak mungkin ide-ide
Ahlussunnah dia terima orang dia dikarenakan terlanjur marah. Nah itu yang
menurut kami supaya masing-masing pihak bertindak secara profesional, yang
berhak menindak aparat, kita hanya melaporkan bahkan mungkin bisa mendesak tapi
jangan sampai terjadi pertentangan antar kelompok, apabila itu sampai terjadi
pertentangan antar kelompok sebenarnya kita sudah terpancing dengan teori
karmax yang sebetulnya dia itu Yahudi dia mempunya teori yang krastragel memebuat pertentangan dan perpecahan
antar kelompok, maka anda dan kelompokmu bisa hadir seperti menjadi pahlawan
kesiangan, saya hawatir itu untuk di ciptakan seperti itu.
Sebetulnya
kalau mau terus ingin menegakkan kebenaran, sesuai dengan sabda nabi yang artinya
sampaikanlah padaku tentang kebenaran walaupun itu menyakitkan, sampaikanlah
padaku kebenaran walau hanya satu ayat, saya tidak akan pernah tau kecuali ada
yang menyampaikannya. Inilah perannya para ulam-ulama dan tokoh-tokoh sunny
yang semestinya di aplikasikan, ada saja sebenarnya satu dua orang yang dulunya
salafi Wahabai kembali ke Sunny, yang dulu moh dengan tawasul dan haul akhirnya
mau, jadi siapapun yang telaten yang itu ternyata di baca oleh orang di luar NU
hasilnya sekarang sudah banyakkan, orang Muhammadiyah yang gak mau Thalil, gak
Ziarah sekarang sudah banyak kan? rombongan orang Muhammadiyah seperti Pak.
Amin Rais sudah tahlil, Prof. Syafi Maarif juga tahlil. Baru-baru ini saya
pengajian dengan Habib Musthofa Tuban, Bangil dia mantunya Kiai Misbah yang
dulunya Syiah, mantan Yapi, sekarang sudah kembali ke Ahlussunnah Wal Jamaah,
ya kalau dulu di gebuki kan malah anti pati, dan ketulusan hati, niat yang
lurus full karena Allah dan di dukung dengan hujjatul balighoh, argumentasi
yang kuat dan kebersamaan tentu gak kalah wajib di doa’kan semua, supaya yang
Wahabi yang Syiah itu di berikan hidayah dan kembali ke Ahlussunah Wal Jamaah,
jangan ada nafsu karena menurut saya itu perlu.
0 komentar:
Posting Komentar