Alunan ayat-ayat Al-Quran terdengar indah memisahkan keheningan
malam, ayat demi ayat terdengar dari bibir manis seorang gadis bernama Naizatul
Hasanah. Gadis yang telah menyatukan cintanya hanya pada Allah dan ibunya
semata, sehingga sulit bagi siapapun kaum adam menelusuri menemukan sisa-sisa
cinta dari seorang gadis yang hanya tinggal berdua bersama sang ibu(ibu
Suryana). Ibu Suryanaberprofesi sebagai tukang jahit dirumah sederhana,
sementara sang ayah telah lama tiada, walau hidup tanpa belaian seorang ayah,
Nayza adalah gadis terpelajar dalam pendidikan agama islam yang kuat sehingga
ia tumbuh menjadi gadis bersahaja dan berakhlak mulia. Ucapan sang ayah selalu
ia taati meski sang ayahanda telah tiada.Beliau adalah satu sosok yang dikagumi
Nayza.Adzan Isyak berkumandang indah Nayzapun menghentikan bacaan Al-Quran karena
dia tahu bahwa orang yang tidak menjawab adzan itu bisa mati dalam keadaan
su’ul khotimah.Dengan mata bersinar dan pendengaran yang jelas terdecak kagum
dengan suara indah mengumandangkan adzan, sehingga gadis itupun sedikit terlena
dengan merdunya suara sang muaddzin.
“Siapa ya gerangan… kok terasa asing di telingaku?”Ucap Nayza tak
terasa.
“Eem bagus ya… tidak salah pak hafidz(takmir masjid) mengangkatnya
menjadi muaddzin.” Sambung sang ibu seraya duduk merapikan baju tepat
dibelakang Nayza.
“Apa maksud ucapan ibu..?” kata Nayza.
“Ya…itu… yang adzan baguskan suaranya, fashih lagi.Itu muaddzin
baru dimasjid kita” ucap ibu Suryana yang memang suka dengan suara merdu.
“Ohh… “ Nayza merespon dengan cuek dan hendak membuka Al-Quran
lagi.
“Ternyata, walaupun anak itu dari kota tapi hebat cara adzannya
ketimbang anak kampung sini yang sudah mondok” puji ibu Suryana kembali.
“Ohh, dari kota… biasanya orang kota itu ilmu agamanya tidak
terlalu mendalam” ucap Nayza meremehkan. Mendengar itu ibu Suryana merasa
jengkel karena setiap kali dia memuji seorang laki-laki Nayza malah menanggapi
biasa saja padahal ibu Suryana sangat ingin Nayza cepat-cepat menikah tapi kaum
adam selalu menjahuinya karena penampilannya yang tak seindah remaja lainnya.
Ia selalu tampil apa adanya, alat make-up pun tak pernah tampil diwajahnya. “Kenapa
sich nduk, kamu terus begitu, selalu cuek sama laki-laki?Kamu tuh butuh
pendamping hidup” kata ibu Suryana yang khawatir anak gadisnya tidak laku
karena selalu sederhana dan memilih laki-laki yang mungkin sudah tak ada lagi
di zaman modern ini untuk menjadi pendamping hidupnya.
“Ayah pernah bilang bu, jadi wanita itu harus memiliki cinta yang
mahal agar dapat jodoh yang sholeh” kata Nayza.
“Iya..iya.. tapi jangan terlalu toh.. bisa-bisa kamu nanti jadi
perawan tua” nasehat ibu Suryana. Nayza lalu masuk ke kamarnya dan merapikan
sorban peninggalan ayahnya sembari merenungi ucapan ibunya tadi dan melipat
sorban itu yang ia gunakan untuk alas (sajadah) saat ia sholat. “Maafkan aku
ibu, Nayza selalu mengecewakan ibu, Nayza tidak akan menikah bila tidak ada
laki-laki sesholeh ayah.”Ucap gadis yang punya prinsip tak mau pacaran sebelum
menikah itu.
Disore yang indah Izal Maulana seorang muaddzin baru di desa itu
yang sudah satu bulan tinggal untuk pertama kalinya mengaji tartil memakai
microphone sehingga suara merdunya tersengar keseluruh penjuru
desa.Mendengarkan lantunan ayat suci Al-Quran itu.
“Subhanallah, merdu sekali dan fashih” ucap Nayza memujinya, tanpa
tahu siapa yang membaca al-Quran itu. Sementara itu Izal Maulana selesai
mengaji, ia duduk sejenak diserambi masjid itu. Ghoffar teman baru juga teman
dekatnya menghampiri.
“Aku kewalahan Zal, menjawab pertanyaan dari wanita-wanita di
kampung sini” seru Ghoffar.
“Pertanyaan tentang apa Far?”
“Iya tentang kamu Zal,,,!Semua wanita di desa ini pada kagum
denganmu” ucap Ghoffar, Izal menanggapi dengan cuek.
“Kok kamu malah cuek..? bukalah sedikit pintu hati kamu untuk salah
satu dari mereka..”
“Kan aku sudah bilang Far, hati aku sudah tertutup.cintaku sudah
hilang untuk kaum hawa, karena wanita yang aku idamkan tak ada, hilang bersama
kemajuan zaman di era globalisasi ini” ucap Izal.Memang sosok Izal tak seperti
laki-laki lainnya. Karena dulu ia pernah terjerumus kedalam kenistaan hingga ia
berubah menjadi sosok laki-laki yang sholeh, karena telah mendapatkan hidayah
dari Allah dan ia pergi kesebuah desa untuk mencari jati dirinya dan
meninggalkan urusan duniawi.
“Izal, memang gak bakalan ada wanita sepintar Siti Aisyah dan
wanita sealim Rabiatul Adawiyah dan seorang istri nabi yang sempurna seperti Siti
Khodijah ra” ucap Ghoffar dengan jengkel.Izal hanya tersenyum.Pagi itu Mila
teman Nayza datang berkunjung, ibu suryana menemaninya karena Nayza sedang
sholat Dhuha.
“Senang ya, nak Mila tahun depan sudah mau menikah, emang sih Nayza
yang belum laku-laku padahal dia juga waktunya menikah.” Ucap ibu Suryana.
“Bukannya gak laku bu, cuman dianya saja yang belum siap” jawab Mila.
“Nah itu dia, cobalah kamu menasehatinya agar dia tidak terlalu
cuek terhadap laki-laki.Ibu sudah tua takut umurku tidak kesampaian untuk
menimang cucu” kata ibu Suryana, lalu ibu Suryana meninggalkan mereka.
“Mil, ibu barusan ngomong apa?” tanya Nayza.
“Gak ngomong apa-apa kok, ibu kamu hanya pengen melihat kamu
bahagia dengan sempurna, cobalah buka hati kamu dengan mau menerima lamaran
seorang pemuda yang berniat baik padamu, memang laki-laki idamanmu seperti apa
sih Nay?” tanya Mila.
“Mau tau ya?Sederhana kok, orangnya itu harus tampan setampan Nabi Yusuf
dan sesabar Nabi Ayub dan suaranya merdu seperti suaranya Nabi Daud dan tak
lupa sesempurna Nabi Muhammad SAW”
Ucap Nayza sambil tersenyum.
“Itu sich gak sederhana, sampai kapanpun gak akan ada laki-laki
seperti itu” gerutu Mila.
“Aku Cuma bercanda Mil, aku tidak menerima lamaran pemuda yang
melamarku karena tidak bisa menjawab pertanyaanku yang aku lontarkan karena
mereka tidak seperti sosok ayahku yang serba bisa.” Jelas Nayza. Diwaktu adzan
subuh berkumandang ibu Suryana pergi kemasjid untuk sholat berjemaah karena
sudah lama ia tidak pergi sholat berjemaah di sana. Karena pesanan jahit yang
cukup banyak hingga ia tidak punya waktu untuk pergi kemasjid. Setelah ia
mendengarkan pengajian pada waktu setelah subuh dimasjid. Ibu Suryana duduk
diserambi masjid sambil mengeluh pada ibu Ria tentang keanehan sifat putrinya
itu.
“Itu sih bukan aneh bu, ibu Suryana harus bersyukur karena punya
anak se sholehah itu. “ ucap ibu Ria.
“Iya, tapi aku takut karena kealimanya itu dia tak laku-laku, masak
kalau ada pemuda yang mau melamar dia kasih pertanyaan yang sulit tentang hukum
agama atau masalah ilmu Nahwu, aku kan ingin cepat-cepat nimang cucu bu“ gerutuibu
Suryana.
Izal yang sejak tadi berdzikir disebelah ibu Suryana dan ibu Ria.
Izal mendengarkan semua cerita tentang Nayza secara tidak sengaja.“Apakah masih
ada wanita impinku di era modern ini, diakah Nayza?” Ucap Izal.
Hari demi hari Izal lewati dengan rasa penasarannya pada Nayza,
ingin rasanya ia tanyakan pada ibu Suryana, seperti apa sifat putrinya itu.
Akhirnya ia memberanikan diri menghampiri ibu Suryana yang masih bercerita
tentang putrinya.
“Assalamualaikum, maaf saya mengganggu” sapa Izal.
“waAlaikum salam, tidak apa-apa nak ada apa? Ayo duduk.”Jawab ibu
Suryana ramah.
“Sudah lama saya sering mendengar ibu bercerita tentang putri ibu,
maaf bukan maksud saya menguping” Ucap Izal.
“Ohh, gak apa-apa saya Cuma takut nak, nggak ada laki-laki yang mau
membahagiakan hidupnya karena ia terlalu emoh pada laki-laki” ucap ibu
Suryana lalu menceritakan putrinya itu.Izal merasa kagum pada sosok Nayza,
beberapa hari kemudian Izal kembali mendengarkan cerita ibu Suryana, setelah
sholat shubuh Izalpun mengutarakan niatnya untuk melamar Nayza.Ibu Suryana
sangat bahagia dan langsung menerimanya dan tinggal menunggu Izal menemui Nayza
beserta ibu Suryana dirumahnya dan menyerahkan semuanya pada Nayza. Izalpun
berjanji pada ibu Suryana akan membahagiakannya. Sepulangnya, ibu Suryana tidak
memberitahukan hal itu pada Nayza ia masih menunggu Izal datang bersama
keluarganya dan menyerahkan semua itu pada Nayza. Walaupun ibu Suryana sangat
menyukai kesopanan Izal, namun ia tidak bisa menentukan sendiri. Setelah sholat
istikhoroh dan Allah telah memberi petunjuk dengan kebaikan, Izal memberi tahu
niatnya kepada orang tuanya untuk melamar Nayza dan setelah ia melihat langsung
seperti apa Nayza, secara tidak langsung ia bertemu dengannya saat dari acara
pengajian bersama. Ghoffar memberitahukan padanya bahwa dialah Nayza.Keluarga
Izalpun menyetujuinya karena sudah lama keluarganya menanti hal itu, mereka
mengira Izal sampai kapanpun takkan mendapatkan jodoh. Namun keluarganya masih
sibuk dan memenuhi hajat Izal minggu depan. Disela-sela Izal menunggu hari yang
menegangkan dan bersejarah dalam hidupnya ia duduk diserambi masjid, Pak Hafidz
menghampirinya dengan muka sedih dan tergesa-gesa. Setelah mengucap salamPak
Hafidz mengatakan niatnya menemui Izal. “Tolong beri tahu. Maksudnya beri
pengumuman pada warga bahwa ibu Suryana telah tutup usia” ucap Pak Hafidz lalu
pamit pergi. Dengan terkejutnya hati Izal “Innalillahi Wainna ilaihi rojiun,
Nayza betapa hancurnya hatimu, kau telah kehilangan orang yang sangat kau
sayangi untuk yang kedua kalinya” setelah itu ia segera pergi melihat keluarga
Nayza. Terlihat Nayza terkulai lemas sembari meneteskan airmata, ingin rasanya
menghapusnya, namun ia belum halal bagi Izal.
“Izal, kau sudah datang? Sebelum ibu suryana wafat ia berpesan kamu
yang menyolati janazahnya dan beliau
berpesan agar kamu menepati janjinya” ucap Ghoffar yang menemani ibu Suryana di
detik-detik terakhirnya. Karena sudah lama ibu Suryana mengidap penyakit liver
tanpa memberitahu siapapun termasuk anaknya, Nayza.Beberapa hari kemudian
setelah Nayza telah sembuh dari keterpurukannya, Izal datang melamarnya
kehadapan pamannya.Mengetahui hal itu Nayza terkejut karena ia tidak pernah
merasa bertemu dan mengenal Izal. Jadi mengapa ia datang mengucapkan janji
sucinya.
“Aku telah berjanji pada ibumu akan membahagiakan hidupmu seprti
halnya ayahmu, ayahmu membahagiakan ibumu, aku harap kamu menerima khitbahku”
ucap Izal.
“Sudahlah Nay, dia laki-laki yang sholeh, terimalah” nasehat
pamannya.
“Aku akan menerimamu jikalau kamu bisa menjawab pertanyaanku” ucap
Nayza sambil menunduk.
“Sebisa mungkin aku akan menjawabnya” ucap Izal.
“Izal, sekarang dengarkan aku dengan baik karena aku tidak mau
mengulanginya.”Nayza menghela nafas dan berkata kembali.
“Kenapa dalam lafadz “ana uhibbu ilaika” yang artinya: aku cinta
kamu, mengapa masih pakek dhomir ana padal hamzah wasol dalam lafadz “uhibbu”
sudah menjelaskan aku cinta??”ucap Nayza. Pertanyaan itu adalah
pertanyaan dari sang ayah bila akan ada orang yang meminang putrinya.
“Kalau tidak salah itu taukid, untuk memperkuat pernyataan cinta bahwa
aku cinta kamu” ucap Izal.
“Bismillahirrahmanirrahim demi ibu dan ayah dan demi kebahagiaanku
akan kuterima lamaranmu” ucap Nayza. Mendengar itu betapa bahagianya hati Izal
sehingga ia bersujud Syukur dihadapan Nayza,melihat hal itu Nayza merasa kagum
dan benar ucapan sang ibu karena sebelum wafat ia telah menceritakan banyak hal
tentang Izal padanya. Pernikahan merekapun berlangsung dua hari, kemudian Izal
dan Nayza memulai hidup barunya dari nol. Izal mengajak Nayza tinggal dirumah mewahnya.
Namun Nayza tidak mau,ia ingin membangun rumah tangga yang sederhana dan
tinggal dirumahnya yang kecil itu. Izalpun menyetujuinya hari itu mereka
membersihkan rumah itu sambil bercanda gurau.
“Maafkan aku mas karena aku kamu harus rela tinggal dirumah yang
sempit ini.” Ucap Nayza sembari menyodorkan teh.
“Aku punya syair untukmu.” Ucap Izal lalu melantunkan sebuah syair
indah yang artinya: Luasnya sahara jika berkumpul dengan orang yang dibenci
terasa sempit, namun lubang jarum yang kecil jika berkumpul dengan orang yang
kita cintai terasa luas. Nayza tersenyum manis mendengarnya. Bulan berganti
bulan mereka jalani bersama tak pernah terlewatkan satu malampun untuk sholat
berjemaah dan sholat malam bermunajat kepada Allah agar bisa membina keluarga
yang sakinah mawadah warohmah.Hari itu tepat pada hari jumat, Izal bersiap-siap
pergi ke masjid untuk sholat jumat.Setelah menyisir rambutnya di depan cermin
Nayza datang menghampiri membawa kopyah milik suaminya itu yang sudah dicuci bersih.
“Sebelum mas pergi, mas harus tau bahwa aku sekarang sedang hamil
tujuh minggu mas. Kemaren ibu mas kemari dia datang membawa dokter karena
mendengar bahwa aku sakit, tapi ternyata aku sakit karena hamil mas.” Ucap
Nayza.
“Subhanallah, alhamdulillah ya Allah aku sangat bahagia
mendengarnya, aku akan menjadi seorang ayah” ucap Izal.
“Sudah mas hari sudah siang sekarang mas cepat berangkat tapi
tunggu, sebelum mas pergi pakai ini.” Kata Nayza memberi Sorban peninggalan
sang ayah, Izal tersenyum dan memakainya.
“Wah suamiku terlihat sangat tampan dan berwibawa.” Puji Nayza.
“Ini adalah Sorban ayahku mas, dulu beliau berpesan agar memberi
Sorban ini pada jodohku, sekarang aku telah melaksanakannya.” Ucap Nayza.
“Aku pasti akan selalu memakainya, ini kan sunnah hukumnya memakai
Sorban kalau mau ibadah”
“Ya udah aku berangkat dulu ya” kata Izal.
Nayza mengantarkan suaminya sampai depan pagar.Tak biasanya dia
melakukan hal itu.
“Tumben perhatian amet??” Tanya Izal
“Soalnya gak bosen-bosen memandanginya” canda Nayza.
Izal tersenyum setelah itu ia pergi. Nayza melangkahkan kakinya
berhenti seketika.”allohu akbar” suara Izal berteriak, mendengar itu Nayza
membalikkan badannya, betapa terkejutnya
hati Nayza ia langsung menjatuhkan diri ke tanah, lemas tak berdaya
ketika melihat Izal suaminya tergeletak tak bernyawa ditabrak truk. Darah
mengalir menandakan bahwa Izal telah pergi untuk selama-lamanya.Warga yang
melihat kejadian itu menghampiri.Sementara Nayza tak sadarkan diri. Kini ia
telah kehilangan semua orang yang paling berharga dalam hidupnya.Rasanya tak
mampu lagi ia menjalani hidupnya. Dengan tetes-tetes airmata yang masih
berjatuhan Nayza mencoba bangkit dari ketidak sadarannya. Nayza menangis
sejadi-jadinya, air mata yang berjatuhan tak terbendung lagi, setelah kejadian
itu ia hanya bisa duduk sendiri dan
termenung, hari-harinya diperuntukkan menyepi. Dia sering duduk sendiri,
sampai-sampai ia tidak ingat makan dan minum. Tubuhnya kurus, ia tak punya daya
untuk berjalan jauh karena tak ada kekuatan dalam tubuhnya. Sorot matanya tak
ada kebahagiaan yang ada Cuma kesedihan yang berkesinambungan, namun dengan
janin yang telah tumbuh didalam rahimnya menjadi semangat untuk menjalani
hidupnya.
By:Umam Munaji C
04
0 komentar:
Posting Komentar