(Tab Widget 2)

Senin, 16 Januari 2017

SORBAN CINTA (ASCHAL Edisi 12)


Alunan ayat-ayat Al-Quran terdengar indah memisahkan keheningan malam, ayat demi ayat terdengar dari bibir manis seorang gadis bernama Naizatul Hasanah. Gadis yang telah menyatukan cintanya hanya pada Allah dan ibunya semata, sehingga sulit bagi siapapun kaum adam menelusuri menemukan sisa-sisa cinta dari seorang gadis yang hanya tinggal berdua bersama sang ibu(ibu Suryana). Ibu Suryanaberprofesi sebagai tukang jahit dirumah sederhana, sementara sang ayah telah lama tiada, walau hidup tanpa belaian seorang ayah, Nayza adalah gadis terpelajar dalam pendidikan agama islam yang kuat sehingga ia tumbuh menjadi gadis bersahaja dan berakhlak mulia. Ucapan sang ayah selalu ia taati meski sang ayahanda telah tiada.Beliau adalah satu sosok yang dikagumi Nayza.Adzan Isyak berkumandang indah Nayzapun menghentikan bacaan Al-Quran karena dia tahu bahwa orang yang tidak menjawab adzan itu bisa mati dalam keadaan su’ul khotimah.Dengan mata bersinar dan pendengaran yang jelas terdecak kagum dengan suara indah mengumandangkan adzan, sehingga gadis itupun sedikit terlena dengan merdunya suara sang muaddzin.
“Siapa ya gerangan… kok terasa asing di telingaku?”Ucap Nayza tak terasa.
“Eem bagus ya… tidak salah pak hafidz(takmir masjid) mengangkatnya menjadi muaddzin.” Sambung sang ibu seraya duduk merapikan baju tepat dibelakang Nayza.
“Apa maksud ucapan ibu..?” kata Nayza.
“Ya…itu… yang adzan baguskan suaranya, fashih lagi.Itu muaddzin baru dimasjid kita” ucap ibu Suryana yang memang suka dengan suara merdu.
“Ohh… “ Nayza merespon dengan cuek dan hendak membuka Al-Quran lagi.
“Ternyata, walaupun anak itu dari kota tapi hebat cara adzannya ketimbang anak kampung sini yang sudah mondok” puji ibu Suryana kembali.
“Ohh, dari kota… biasanya orang kota itu ilmu agamanya tidak terlalu mendalam” ucap Nayza meremehkan. Mendengar itu ibu Suryana merasa jengkel karena setiap kali dia memuji seorang laki-laki Nayza malah menanggapi biasa saja padahal ibu Suryana sangat ingin Nayza cepat-cepat menikah tapi kaum adam selalu menjahuinya karena penampilannya yang tak seindah remaja lainnya. Ia selalu tampil apa adanya, alat make-up pun tak pernah tampil diwajahnya. “Kenapa sich nduk, kamu terus begitu, selalu cuek sama laki-laki?Kamu tuh butuh pendamping hidup” kata ibu Suryana yang khawatir anak gadisnya tidak laku karena selalu sederhana dan memilih laki-laki yang mungkin sudah tak ada lagi di zaman modern ini untuk menjadi pendamping hidupnya.
“Ayah pernah bilang bu, jadi wanita itu harus memiliki cinta yang mahal agar dapat jodoh yang sholeh” kata Nayza.
“Iya..iya.. tapi jangan terlalu toh.. bisa-bisa kamu nanti jadi perawan tua” nasehat ibu Suryana. Nayza lalu masuk ke kamarnya dan merapikan sorban peninggalan ayahnya sembari merenungi ucapan ibunya tadi dan melipat sorban itu yang ia gunakan untuk alas (sajadah) saat ia sholat. “Maafkan aku ibu, Nayza selalu mengecewakan ibu, Nayza tidak akan menikah bila tidak ada laki-laki sesholeh ayah.”Ucap gadis yang punya prinsip tak mau pacaran sebelum menikah itu.
Disore yang indah Izal Maulana seorang muaddzin baru di desa itu yang sudah satu bulan tinggal untuk pertama kalinya mengaji tartil memakai microphone sehingga suara merdunya tersengar keseluruh penjuru desa.Mendengarkan lantunan ayat suci Al-Quran itu.
“Subhanallah, merdu sekali dan fashih” ucap Nayza memujinya, tanpa tahu siapa yang membaca al-Quran itu. Sementara itu Izal Maulana selesai mengaji, ia duduk sejenak diserambi masjid itu. Ghoffar teman baru juga teman dekatnya menghampiri.
“Aku kewalahan Zal, menjawab pertanyaan dari wanita-wanita di kampung sini” seru Ghoffar.
“Pertanyaan tentang apa Far?”
“Iya tentang kamu Zal,,,!Semua wanita di desa ini pada kagum denganmu” ucap Ghoffar, Izal menanggapi dengan cuek.
“Kok kamu malah cuek..? bukalah sedikit pintu hati kamu untuk salah satu dari mereka..”
“Kan aku sudah bilang Far, hati aku sudah tertutup.cintaku sudah hilang untuk kaum hawa, karena wanita yang aku idamkan tak ada, hilang bersama kemajuan zaman di era globalisasi ini” ucap Izal.Memang sosok Izal tak seperti laki-laki lainnya. Karena dulu ia pernah terjerumus kedalam kenistaan hingga ia berubah menjadi sosok laki-laki yang sholeh, karena telah mendapatkan hidayah dari Allah dan ia pergi kesebuah desa untuk mencari jati dirinya dan meninggalkan urusan duniawi.
“Izal, memang gak bakalan ada wanita sepintar Siti Aisyah dan wanita sealim Rabiatul Adawiyah dan seorang istri nabi yang sempurna seperti Siti Khodijah ra” ucap Ghoffar dengan jengkel.Izal hanya tersenyum.Pagi itu Mila teman Nayza datang berkunjung, ibu suryana menemaninya karena Nayza sedang sholat Dhuha.
“Senang ya, nak Mila tahun depan sudah mau menikah, emang sih Nayza yang belum laku-laku padahal dia juga waktunya menikah.” Ucap ibu Suryana.
“Bukannya gak laku bu, cuman dianya saja yang belum siap” jawab Mila.
“Nah itu dia, cobalah kamu menasehatinya agar dia tidak terlalu cuek terhadap laki-laki.Ibu sudah tua takut umurku tidak kesampaian untuk menimang cucu” kata ibu Suryana, lalu ibu Suryana meninggalkan mereka.
“Mil, ibu barusan ngomong apa?” tanya Nayza.
“Gak ngomong apa-apa kok, ibu kamu hanya pengen melihat kamu bahagia dengan sempurna, cobalah buka hati kamu dengan mau menerima lamaran seorang pemuda yang berniat baik padamu, memang laki-laki idamanmu seperti apa sih Nay?” tanya Mila.
“Mau tau ya?Sederhana kok, orangnya itu harus tampan setampan Nabi Yusuf dan sesabar Nabi Ayub dan suaranya merdu seperti suaranya Nabi Daud dan tak lupa sesempurna Nabi Muhammad SAW”
Ucap Nayza sambil tersenyum.
“Itu sich gak sederhana, sampai kapanpun gak akan ada laki-laki seperti itu” gerutu Mila.
“Aku Cuma bercanda Mil, aku tidak menerima lamaran pemuda yang melamarku karena tidak bisa menjawab pertanyaanku yang aku lontarkan karena mereka tidak seperti sosok ayahku yang serba bisa.” Jelas Nayza. Diwaktu adzan subuh berkumandang ibu Suryana pergi kemasjid untuk sholat berjemaah karena sudah lama ia tidak pergi sholat berjemaah di sana. Karena pesanan jahit yang cukup banyak hingga ia tidak punya waktu untuk pergi kemasjid. Setelah ia mendengarkan pengajian pada waktu setelah subuh dimasjid. Ibu Suryana duduk diserambi masjid sambil mengeluh pada ibu Ria tentang keanehan sifat putrinya itu.
“Itu sih bukan aneh bu, ibu Suryana harus bersyukur karena punya anak se sholehah itu. “ ucap ibu Ria.
“Iya, tapi aku takut karena kealimanya itu dia tak laku-laku, masak kalau ada pemuda yang mau melamar dia kasih pertanyaan yang sulit tentang hukum agama atau masalah ilmu Nahwu, aku kan ingin cepat-cepat nimang cucu bu“ gerutuibu Suryana.
Izal yang sejak tadi berdzikir disebelah ibu Suryana dan ibu Ria. Izal mendengarkan semua cerita tentang Nayza secara tidak sengaja.“Apakah masih ada wanita impinku di era modern ini, diakah Nayza?” Ucap Izal.
Hari demi hari Izal lewati dengan rasa penasarannya pada Nayza, ingin rasanya ia tanyakan pada ibu Suryana, seperti apa sifat putrinya itu. Akhirnya ia memberanikan diri menghampiri ibu Suryana yang masih bercerita tentang putrinya.
“Assalamualaikum, maaf saya mengganggu” sapa Izal.
“waAlaikum salam, tidak apa-apa nak ada apa? Ayo duduk.”Jawab ibu Suryana ramah.
“Sudah lama saya sering mendengar ibu bercerita tentang putri ibu, maaf bukan maksud saya menguping” Ucap Izal.
“Ohh, gak apa-apa saya Cuma takut nak, nggak ada laki-laki yang mau membahagiakan hidupnya karena ia terlalu emoh pada laki-laki” ucap ibu Suryana lalu menceritakan putrinya itu.Izal merasa kagum pada sosok Nayza, beberapa hari kemudian Izal kembali mendengarkan cerita ibu Suryana, setelah sholat shubuh Izalpun mengutarakan niatnya untuk melamar Nayza.Ibu Suryana sangat bahagia dan langsung menerimanya dan tinggal menunggu Izal menemui Nayza beserta ibu Suryana dirumahnya dan menyerahkan semuanya pada Nayza. Izalpun berjanji pada ibu Suryana akan membahagiakannya. Sepulangnya, ibu Suryana tidak memberitahukan hal itu pada Nayza ia masih menunggu Izal datang bersama keluarganya dan menyerahkan semua itu pada Nayza. Walaupun ibu Suryana sangat menyukai kesopanan Izal, namun ia tidak bisa menentukan sendiri. Setelah sholat istikhoroh dan Allah telah memberi petunjuk dengan kebaikan, Izal memberi tahu niatnya kepada orang tuanya untuk melamar Nayza dan setelah ia melihat langsung seperti apa Nayza, secara tidak langsung ia bertemu dengannya saat dari acara pengajian bersama. Ghoffar memberitahukan padanya bahwa dialah Nayza.Keluarga Izalpun menyetujuinya karena sudah lama keluarganya menanti hal itu, mereka mengira Izal sampai kapanpun takkan mendapatkan jodoh. Namun keluarganya masih sibuk dan memenuhi hajat Izal minggu depan. Disela-sela Izal menunggu hari yang menegangkan dan bersejarah dalam hidupnya ia duduk diserambi masjid, Pak Hafidz menghampirinya dengan muka sedih dan tergesa-gesa. Setelah mengucap salamPak Hafidz mengatakan niatnya menemui Izal. “Tolong beri tahu. Maksudnya beri pengumuman pada warga bahwa ibu Suryana telah tutup usia” ucap Pak Hafidz lalu pamit pergi. Dengan terkejutnya hati Izal “Innalillahi Wainna ilaihi rojiun, Nayza betapa hancurnya hatimu, kau telah kehilangan orang yang sangat kau sayangi untuk yang kedua kalinya” setelah itu ia segera pergi melihat keluarga Nayza. Terlihat Nayza terkulai lemas sembari meneteskan airmata, ingin rasanya menghapusnya, namun ia belum halal bagi Izal.
“Izal, kau sudah datang? Sebelum ibu suryana wafat ia berpesan kamu yang  menyolati janazahnya dan beliau berpesan agar kamu menepati janjinya” ucap Ghoffar yang menemani ibu Suryana di detik-detik terakhirnya. Karena sudah lama ibu Suryana mengidap penyakit liver tanpa memberitahu siapapun termasuk anaknya, Nayza.Beberapa hari kemudian setelah Nayza telah sembuh dari keterpurukannya, Izal datang melamarnya kehadapan pamannya.Mengetahui hal itu Nayza terkejut karena ia tidak pernah merasa bertemu dan mengenal Izal. Jadi mengapa ia datang mengucapkan janji sucinya.
“Aku telah berjanji pada ibumu akan membahagiakan hidupmu seprti halnya ayahmu, ayahmu membahagiakan ibumu, aku harap kamu menerima khitbahku” ucap Izal.
“Sudahlah Nay, dia laki-laki yang sholeh, terimalah” nasehat pamannya.
“Aku akan menerimamu jikalau kamu bisa menjawab pertanyaanku” ucap Nayza sambil menunduk.
“Sebisa mungkin aku akan menjawabnya” ucap Izal.
“Izal, sekarang dengarkan aku dengan baik karena aku tidak mau mengulanginya.”Nayza menghela nafas dan berkata kembali.
“Kenapa dalam lafadz “ana uhibbu ilaika” yang artinya: aku cinta kamu, mengapa masih pakek dhomir ana padal hamzah wasol dalam lafadz “uhibbu” sudah menjelaskan aku cinta??”ucap Nayza. Pertanyaan itu adalah pertanyaan dari sang ayah bila akan ada orang yang meminang putrinya.
“Kalau tidak salah itu taukid, untuk memperkuat pernyataan cinta bahwa aku cinta kamu” ucap Izal.
“Bismillahirrahmanirrahim demi ibu dan ayah dan demi kebahagiaanku akan kuterima lamaranmu” ucap Nayza. Mendengar itu betapa bahagianya hati Izal sehingga ia bersujud Syukur dihadapan Nayza,melihat hal itu Nayza merasa kagum dan benar ucapan sang ibu karena sebelum wafat ia telah menceritakan banyak hal tentang Izal padanya. Pernikahan merekapun berlangsung dua hari, kemudian Izal dan Nayza memulai hidup barunya dari nol. Izal mengajak Nayza tinggal dirumah mewahnya. Namun Nayza tidak mau,ia ingin membangun rumah tangga yang sederhana dan tinggal dirumahnya yang kecil itu. Izalpun menyetujuinya hari itu mereka membersihkan rumah itu sambil bercanda gurau.
“Maafkan aku mas karena aku kamu harus rela tinggal dirumah yang sempit ini.” Ucap Nayza sembari menyodorkan teh.
“Aku punya syair untukmu.” Ucap Izal lalu melantunkan sebuah syair indah yang artinya: Luasnya sahara jika berkumpul dengan orang yang dibenci terasa sempit, namun lubang jarum yang kecil jika berkumpul dengan orang yang kita cintai terasa luas. Nayza tersenyum manis mendengarnya. Bulan berganti bulan mereka jalani bersama tak pernah terlewatkan satu malampun untuk sholat berjemaah dan sholat malam bermunajat kepada Allah agar bisa membina keluarga yang sakinah mawadah warohmah.Hari itu tepat pada hari jumat, Izal bersiap-siap pergi ke masjid untuk sholat jumat.Setelah menyisir rambutnya di depan cermin Nayza datang menghampiri membawa kopyah milik suaminya itu yang sudah dicuci bersih.
“Sebelum mas pergi, mas harus tau bahwa aku sekarang sedang hamil tujuh minggu mas. Kemaren ibu mas kemari dia datang membawa dokter karena mendengar bahwa aku sakit, tapi ternyata aku sakit karena hamil mas.” Ucap Nayza.
“Subhanallah, alhamdulillah ya Allah aku sangat bahagia mendengarnya, aku akan menjadi seorang ayah” ucap Izal.
“Sudah mas hari sudah siang sekarang mas cepat berangkat tapi tunggu, sebelum mas pergi pakai ini.” Kata Nayza memberi Sorban peninggalan sang ayah, Izal tersenyum dan memakainya.
“Wah suamiku terlihat sangat tampan dan berwibawa.” Puji Nayza.
“Ini adalah Sorban ayahku mas, dulu beliau berpesan agar memberi Sorban ini pada jodohku, sekarang aku telah melaksanakannya.” Ucap Nayza.
“Aku pasti akan selalu memakainya, ini kan sunnah hukumnya memakai Sorban kalau mau ibadah”
“Ya udah aku berangkat dulu ya” kata Izal.
Nayza mengantarkan suaminya sampai depan pagar.Tak biasanya dia melakukan hal itu.
“Tumben perhatian amet??” Tanya Izal
“Soalnya gak bosen-bosen memandanginya” canda Nayza.
Izal tersenyum setelah itu ia pergi. Nayza melangkahkan kakinya berhenti seketika.”allohu akbar” suara Izal berteriak, mendengar itu Nayza membalikkan badannya, betapa terkejutnya  hati Nayza ia langsung menjatuhkan diri ke tanah, lemas tak berdaya ketika melihat Izal suaminya tergeletak tak bernyawa ditabrak truk. Darah mengalir menandakan bahwa Izal telah pergi untuk selama-lamanya.Warga yang melihat kejadian itu menghampiri.Sementara Nayza tak sadarkan diri. Kini ia telah kehilangan semua orang yang paling berharga dalam hidupnya.Rasanya tak mampu lagi ia menjalani hidupnya. Dengan tetes-tetes airmata yang masih berjatuhan Nayza mencoba bangkit dari ketidak sadarannya. Nayza menangis sejadi-jadinya, air mata yang berjatuhan tak terbendung lagi, setelah kejadian itu ia hanya bisa  duduk sendiri dan termenung, hari-harinya diperuntukkan menyepi. Dia sering duduk sendiri, sampai-sampai ia tidak ingat makan dan minum. Tubuhnya kurus, ia tak punya daya untuk berjalan jauh karena tak ada kekuatan dalam tubuhnya. Sorot matanya tak ada kebahagiaan yang ada Cuma kesedihan yang berkesinambungan, namun dengan janin yang telah tumbuh didalam rahimnya menjadi semangat untuk menjalani hidupnya.


By:Umam Munaji C 04

0 komentar:

Posting Komentar