Dulu
sewaktu kecil dilingkungan tempat tinggal saya ada beberapa orang yang memakai
tato, si pemakai merasa bangga dengan tatonya, saya tidak tahu apa alasan
kebaanggaan itu, menurut pandangan orang-orang, orang bertato itu adalah lelaki
pemberani, jagoan, alias preman. Waktu kuliah saya juga memiliki teman
punya tato di bahu kanannya dan dia memang seorang pemberani yang didukung
kondisi fisiknya jangkung dan berotot. Seorang teman lagi waktu itu seorang
penggemar dan pemain musik, hidup memang seperti perilaku preman, gaul banget,
untuk memasang tato di hampir semua wilayah dadanya dia menghabiskan 2 botol
minuman keras bermerek columbus, katanya untuk menahan rasa sakit.
Cerita
pun berkembang, umumnya “alumni” lapas (napi) memakai tato, sehingga
diasumsikan si pemakai termasuk anggota kelompok kejahatan, si pemakai pun
bangga dengan itu. Pada tahun 80-an, sewaktu muncul penembak misterius (petrus)
untuk menumpas para penjahat, salah satu ciri orang-orang yang dikejar adalah pemakai
tato, ini semakin mengesahkan anggapan masyarakat bagi yang memiliki tato dicap
sebagai penjahat. Korban petrus memang semuanya bertato, sampai tetangga saya
yang bertato pada waktu itu, mencari segala cara untuk menghilangkannya dengan
cara mengirisnya dengan benda tajam, terluka dan berdarah, hasilnya tato itu
hilang berganti seperti borok-borok luka yang menonjol.
Tato
atau body painting atau rajah adalah gambar atau simbol pada kulit tubuh yang
diukir dengan menggunakan alat sejenis jarum. Biasanya gambar dan simbol itu
dihias dengan pigmen berwarna-warni. Jaman dulu, orang-orang masih menggunakan
teknik manual dan dari bahan-bahan tradisional untuk mentato seseorang.
Orang-orang Eskimo misalnya, memakai jarum dari tulang binatang. Sekarang, orang-orang
sudah memakai jarum dari besi, yang kadang-kadang digerakkan dengan mesin untuk
“mengukir” sebuah tato. Di kuil-kuil Shaolin malah memakai gentong tembaga yang
panas untuk mencetak gambar naga pada kulit tubih. Murid-murid Shaolin yang
dianggap memenuhi syarat untuk mendapatkan simbol itu kemudian menempelkan
kedua lengan mereka pada semacam cetakan gambar naga yang ada di kedua sisi
gentong tembaga panas itu.
Di
Indonesia sendiri, pada tahun 80-an saat Petrus beraksi dimana tato dianggap
sebagai sesuatu yang buruk. Orang-orang yang memakai tato dianggap identik
dengan penjahat, gali dan orang nakal. Pokoknya golongan orang-orang yang hidup
di jalan dan selalu dianggap mengacau ketentraman masyarakat. Namun kini
seiring perkembangan jaman tato sudah dianggap sebagai fashion. Sebelum tato
dianggap sebagai sesuatu yang modis, trendi dan fashionable seperti sekarang
ini, tato memang dekat dengan budaya pemberontakan. Anggapan negatif masyarakat
tentang tato dan larangan memakai rajah atau tato bagi penganut agama tertentu
semakin menyempurnakan imej tato sebagai sesuatu yang dilarang, haram, dan
tidak boleh. Maka memakai tato sama dengan memberontak terhadap tatanan nilai
sosial yang ada, sama dengan membebaskan diri terhadap segala tabu dan
norma-norma masyarakat yang membelenggu. Orang-orang yang dipinggirkan oleh
masyarakat memakai tato sebagai simbol pemberontakan dan eksistensi diri.
Anak-anak yang disingkirkan oleh keluarga memakai tato sebagai simbol
pembebasan…
Menurut
sejarah, konon tato selalu dikaitkan dengan ritual yang mengerikan dan
mengeluarkan darah yang dipergunakan dalam ritual agama untuk menyelaraskan
jiwa manusia dengan kekuatan gaib supaya jiwa tersebut bisa masuk ke dalam alam
baka dengan tenang. Selain itu, makna spiritual lainnya yang tersembunyi dalam
tato antara lain adalah merupakan lambang perbudakan (dipakai oleh bangsa
Yunani dan Roma kepada budak mereka); sebagai perantara untuk berhubungan dengan
dewa-dewa, jimat pelindung, simbol akan arwah-arwah leluhur, sebagai tanda
pengenal sekte-sekte tertentu, simbol dalam ritual-ritual seks, serta lambang
untuk mengambil bagian dalam pesta narkoba, dan berbagai hal yang berhubungan
dengan pemberontakan, paganisme, mistik, kanibalisme, dan penyembahan terhadap
setan.
Dari
sisi kesehatan, tato juga membawa dampak yang buruk dan menurut penelitian,
orang yang memiliki tato memilki kemungkinan lebih besar terkena AIDS,
hepatitis B, C, tetanus, syphilis, TBC, dan beberapa penyakit lainnya. Orang
yang memiliki tato juga memiliki kecenderungan bersikap “rebellion” atau
memberontak. Baik agama Islam dan Kristen, keduanya mengharamkan melakukan tato
di badan manusia. Banyak orang juga yang tidak mengetahui efek yang
ditimbulkan, kulit yang terkena tato bisa bengkak dan terjadi infeksi,
sementara kulit yang sudah terkena tato sampai pada bagian dermis atau bagian
paling dalam kulit, tidak bisa dikeluarkan lagi. Menindik tato pada kulit dapat
terkena MRSA, penyakit kulit yang mematikan.
Trend
tato saat ini kemudian banyak muncul dikalangan celebrity, sehingga para
penggemar tato semakin bangga memakainya, kebanggaan diri karena melakukan
pembebasan diri atas tatanan sosial, pencarian dan aktualisasi jati diri,
sekaligus merasa bagian dari afiliasi celebrity. Dulu tato dipakai dengan
motivasi “thug wannabe”, ingin nampak sebagai penjahat, sekarang ingin nampak
sebagai celebrity. Bagi para penikmat narkoba (bisa juga nampak kolor bangga),
bagi para penggemarnya itu adalah seni, walau tahu bahayanya seperti rokok,
tetap asik saja melakukannya. Nah, kalau agama sudah mencap haram, katanya ya
sama saja, jajanan sex, zina juga haram, toh dilabrak juga. Korupsi juga haram,
malah pemakainya umumnya pejabat-pejabat penting.
Demikian
itulah kencenderungan manusia, malahan setan dijadikan sumber penyebabnya, padahal
macam mana rupa setan pun kagak pernah dilihatnya, maka benarlah kata firman
Tuhan, manusia itu mahkluk yang bodoh, tetapi manusia menyebutnya seni. Semua
manusia memang bodoh, kalau tidak, maka dia sempurna, padahal tidak ada manusia
sempurna kecuali rokok yang bernama sampoerna, ha…ha..ha..ha..
Wallahualam.
0 komentar:
Posting Komentar