(Tab Widget 2)

Senin, 16 Januari 2017

MABADI' (ASCHAL Edisi 12)


Dari  Uvairy untuk Nabi

Penyakitku
adalah perpisahan
Tak
ada obat selain pertemuan

Malam-malamku
hanya termenung
Tak
ada yang menyadarkan selain wajahmu

Hidupku
buntu dengan masalah
Tak
ada solusi kecuali mengingat namamu

Mentaripun
tak mampu menjadi cerah
Bumi
ini dan aku membutuhkan senyumanmu

Saat
rindu itu membuat sesak dadaku
Maka
jadilah udara yang memberi nafas di kehidupanku

Bidadari di surge
bukan lagi suatu hadiah ketika aku mengenalmu
Melihat
pelangi bukan lagi hal yang indah saat wajahmu menguasai mataku

Terlalu
sedikit istilah-istilah keindahan dalam bahasaku
Sehingga
tak ada kata untuk mengungkapkan bagaimana keindahanmu...


Istimewa

Ku
teringat wajahmu saat kita bertemu
Saat kurenungi indahnya pelangi

Kufikir keindahan yang terindah
Namun hanya terukir senyumanmu

Saat aku ingin mendengarkan lagu-lagu cinta
Mengapa seakan-akan hanya suaramu yang tiba

Juga saat aku ingin melihat sinar purnama
Mengapa wajah indahmu menghadangnya

Peluklah aku dan biarkana ku menggumam
"Disinilah aku merasakan ketenangan"

Aku membutuhkan air untuk kesegaranku
Namun aku lebih membutuhkanmu untuk ketenanganku

Aku butuh udara untuk bias bernafas bebas
Namun aku lebih butuh dirimu untuk kehidupanku

Sungguh senyumanmu meluluhkan segalanya
Bagaiman aku tak rindu sedangkan hanya ada senyumanmu di otak yang kupunya

Walau kau tak hadir di mataku
Kau tetap yang teristimewa di hatiku...

Mungkinkah aku melupakanmu
Jika setiap aku bernafas, rindu itu menyesakkanku?

Mengapa
EngkauTinggalkanAku?

Jiwaku
tergetar, ragaku tak tegar...
Oh makhluk
indah yang bersemi
Oh peluk
rebah hangat menyelimuti..

Ini
malamku denganmu, kelamlah tanpa pengganggu
Sunyi
akan bunyi, senyap dari pengap..

Bintang
itu bersaksi, rasa ini bereaksi, cinta pun beraksi dan citaku berkreasi..

Mengalir air mata, mencair salju cinta
Membanjiri
hati, membunuh hingga mati

Duhai kicau kicau burung, indahkan wajah ini bermurung..
Tak
ada rindu berderu, sungguh hati ini haru..

Bagai
binatang melata, yang haus ketika dia buta
Namun
bagai sang sendu, yang selalu menghiru pudara rindu...

Sejak
kau tak kemari, sungguh aku menyendiri
Taukah
bunga yang layu, seperti itulah aku tanpamu

Mengapa
kau tinggalkan aku?
Betapa
sedih ini membeku
Lelah, resah, kesah, oh tiadatara
Letih, rintih, sedih, pedih
membara

Mengapa
kau tinggalkan aku?
Disaat
api cinta membara
Dan rindu
yang mengembara
Mencari-cari
dirimu
Namun
tak bertemu

Dimana
dirimu? Kemana kau pergi?
Mengapa
kau tinggalkan diri ini?

0 komentar:

Posting Komentar