(Tab Widget 2)

Rabu, 04 Januari 2017

BENTENGI SANTRI DENGAN AKIDAH AHUSSUNNAH WAL JAMAAH (ASCHAL Edisi 20)


Minggu (03/04/2016) lalu. Pondok Pesantren Syaichona Moh. Cholil (PPSMCH) Demangan Barat Bangkalan menggelar Seminar Aswaja dengan tema, “Sudah Benarkah Amaliyah Kita; (Nahdhiyin)?”. Acara yang bertempat  di Aula ppsmch lantai dasar ini dihadiri  langsung oleh KH. Ma’ruf Khozin sebagai Narasumber dari Aswaja Center dan didampingi oleh Ust. Ahrori selaku moderator  pada acara Seminar ini.
Seminar Aswaja yang di Narasumberi KH. Ma’ruf  Khozin ini bertujuan supaya santri yang menuntut ilmu di pesantren lebih kuat dalam berpegang teguh dengan Akidahnya dan  tidak mudah terjerumus pada aliran-aliran yang  sudah berkembang pesat di Indonesia (pada umumnya), terutama yang sudah masuk di daerah Bangkalan sendiri.
Dalam penjelasannya KH. Ma’ruf Khozin banyak bercerita tentang  aliran-aliran sesat yang muncul di muka bumi ini dan aliran yang pertama muncul yaitu aliran Khawarij dan setelah aliran Khawarij muncullah Syi’ah yang terus berkembang sampai saat ini.
Pada waktu berjalannya materi. Kh. Ma’ruf Khozin yang berasal dari Malang yang sekarang menetap di Surabaya dan juga seorang santri Alumni Ploso, itu menjabat sebagai Pengurus Wilayah Nahdhotul Ulama’ (PWNU). Yang mana beliau di PWNU berada dibidang Dakwah. Selain dibidang dakwah, beliau juga berada di Team Aswaja Center.
“Santri itu lebih intelektual ketika menghadapi aliran-aliran sesat seperti syi’ah, wahabi dan aliran-aliran yang merusak Aqidah ke-NUan dan satri itu jauh lebih teliti dalam mengambil sumber keilmuan dari jalur yang benar dan mempunyai sanad yang shoheh. Hanya saja santri butuh deberengi dengan Teknologi yang sekarang sudah menjadi bahan pokok semua orang. Yang mana para aliran yang didoktrin liberalisme itu menggunakan sebuah teknologi untuk merusak ajaran Ahlussunnah Waljama’ah”. Jelas beliau saat di wawancarai olen Crew Demangan News.  
Acara yang dilaksanakan pada jam 09:30 WIS yang bertepatan dengan jam Istirahat Madrasah al-Ma’arif itu diikuti sekitar 300 santri ppsmch dari tingkat Ibtida’iyah (IBT) yang di hususkan untuk kelas V dan VI Ibt. Selain dari kalangan Ibt dari tingkat Tsanawiyah (TS) dan Aliyah Tarbiyatul Muta’allim (ATM) juga mendapatkan undangan supaya ikut berpartisipasi dalam acara ini, yang mana dari tingkat Ts dan Atm diambil 3 peserta dari masing-masing kelas.
Menurut Ust. Funasul Kirom. Kegiatan yang telah direalisasikan pada hari Minggu (03/04/16) M. Di hususkan untuk kelas V dan VI Ibt, karena acara tersebut hanyalah dasar untuk mengetahui sebuah aqidah Ahlussunnah Waljamaah, yang mana dari tingkat Ibt masih minim di dalam mengetahui dalil-dalil yang bersangkutan dengan Amaliyah di sekitarnya.
Maka dari itu. Pengurus Ma’hadiyah yang bekerjasama dengan Kepala Madrasah al-Ma’arif, memprioritaskan acara tersebut untuk kalangan Ibt. Namun, dari tingkat Atm dan Ts juga ikut berpartisipasi adanya acara ini, tujuannya diambil 3 orang dari tingkat Atm dan Ts dari masing-masing kelas supaya bisa memberikan pertanyaan kepada pemateri. “Supaya mereka (dari tngkat Ts dan Atm) bisa mengembangkan adanya Kursus Aswaja di hari sebelumnya dan juga bisa bertanya tentang pendapatan selama mengikuti kursus Aswaja pada pemateri”.  Terang Ust. Funasul Kirom yang sekarang masih menjabat sebagai Ketua III Ma’hadiyah ppsmch yang menaungi terlaksananya acara Seminar.
Menurutnya. Acara yang di laksanakan pagi hari itu, adalah dasar-dasar untuk mengetahui tentang dalil-dalil di perbolehkannya amaliyah yang dilakukan oleh orang NU dan sebagai pengetahuan kita bahwa amaliyah kita itu bukanlah Bid’ah. “Kemaren itu sebenarnya bukan acara Seminar Aswaja, melainkan Daurah. Daurah Aswaja yang menjelaskan tentang Imam dan Dalil Amaliyah kita.”Lanjutnya saat di wawancai oleh  Crew Demangan News.
Dia menambahkan, setidaknya santri itu harus tahu dasar-dasar dari amaliyah yang kita kerjakan sehari-hari, baik itu amaliyah kita tentang mushafahah ba’da Sholatil Ashrih dan ba’da Sholatis Shubhih. Selain itu seorang santri juga harus tahu dalil-dalil yang memperbolehkan ziyaroh kubur, “karena kalau bukan santri siapa lagi yang akan meluruskan tradisi-tradisi Ulama’ Salaf terdahulu”. Imbuhnya ketika di wawancarai.
Sebenarnya, dari pengurus Ma’hadiyah sudah lama merencanakan acara tersebut. Dan menurut Ust. Funasul Kirom kegiatan itu akan dilakukan 3 kali selama satun tahun ini, hanya saja dari pengurus ma’hadiyah yang mengalami banyak kendala sehingga acaranya bisa terlaksana satu kali yaitu pada hari Minggu lalu.

Tahun depan ini. Dari pengurus ma’hadiyah yang sudah melakukan musyawarah dengan Kepala Madrasah, yang hasilnya akan dilaksanakan 2 kali acara di dalam satu Tahun. Setelah kegiatan daurah itu direalisasikan semaksimal mungkin oleh pengurus ma’hadiyah, pengurus ma’hadiyah akan mengambil 10 anak yang ikut berpartisipasi yang akan di bentuk Team Aswaja Center dari Bangkalan.

0 komentar:

Posting Komentar