(Tab Widget 2)

Senin, 16 Januari 2017

BAHTSUL MASAIL, PROGRESIFITAS PEMIKIRAN PESANTREN (ASCHAL Edisi 12)


                                     Oleh: El-Barbazy dan Ahrori Dhafir

Siapa yang tak kenal dengan system bahtsul masail yang ada didunia pesantren?. barangkali sangat sulit untuk dikatakan kalau forum bahtsul masail mau dipisahkan dengan karakter pesantren. Hampir seluruh pesantren menerapkan system bahtsul masail ini.
Bagi dunia pesantren bahtsul masa’il tak ubahnya sebagai area pengasahan intlektual dimana dengan banyak melakukan kajian lewat diskusi keagamaan seorang santri bisa mampu mentatbiq beberapa redaksi dari kitab kuning untuk kemudian dibenturkan dengan masalah ril yang berkembang dimasyarakat kita.
Melihat forum bahtsul masa’il yang berkembang belakangan ada plus-minus yang perlu kita cermati bersama. Sebagaimana maklum bahwa dalam forum bahtsu ada yang namanya angota musywwirin sebagai anggota yang mendiskusikan beberapa permasalahan yang sudah disiapkan beberapa hari sebelumnya. Ada pula moderator yang tugasnya menjadi seorang yang mengatur akan berjalannya bahtsu. Kemudian adalah perumus dan mushahhih yang ,menjadi puncak tertinggi diforum tersebut.
Dari beberapa structural yang ada pada ruh bahtsul masail betapa sangat ketatnya seorang pesantren dalam mencetuskan sebuah hukum. Jika ada yang mengatakan bahwa kegiatan bahtul masail merupakan cermin kemunduran dari dunia pesantren hal merupakan anggapan yang perlu untuk diluruskan. Saya sendiri pernah ditanyakan seorang teman yang saat ini menempuh pendidikan di UNISMA mengenai adanya bahtsu itu sendiri. Menurut seorang teman tadi, apa perlunya diadakan bahtsul masa’il?. Bukankah dunia pesantren sudah konsep usul fiqh yang bisa mencetuskan adanya problematika umat?. Kalau dunia pesantren masih takut dan berkutat dalam dunia bahtsul masa’il bukan tidak mungkin pesantren akan mengalami kejumudan yang berarti?. Mendengar pertanyaan seorang teman tadi saya hanya menjawab “ coba anda mengikuti sekali saja tentang kegiatan bahtsul masa’il biar tahu bagaimana metodelogi yang dipraktekan dilapangan”.
Bahtsul masail merupakan kegiatan yang dinamis dan sangat demokrasi. Walau tak jarang sampai menggebrak-gebrak meja. Namun suasana kekeluargaan tetap terasa. Dengan semangat menjalankan idiologi demokrasi para kiai yang hadir sebagai dewan mushahhih tidak egois dalam merumuskan beberapa hasil keputusan yang dibahas oleh anggota forum bahtsul masail.
Pada perkembangan terakhir bahtsul masa’il mencapai puncak keemasannya. Terbukti forum bahtsul masa’il saat ini tidak hanya membahas bagimana hukumnya jual beli yang sah, bagimana hukumnya menyentuh orang perempuan dalam perspektif islam. kini sudah merambah kedunia politik. Dipesantren Al-Falah, Ploso misalnya, mampu membahas hak angket dan interpelasi. Pondok pesantren Sidogiri lewat Bahtsul Masa’ail Wusthanya (BMW) mampu membahas isu golput menurut tinjauan yuridis fiqih. Bukan hanya itu, sekitar lima tahun yang lalu Forum Musyawarah Pondok Pesantren se-Jawa-Madura (FMPP) mampu menyelesaikan rencana pemerintah yang hendak melegalkan tempat lokalisasi diSurabaya dalam pandangan islam.      
Ternyata gairah intlektual para santri yang terwadah melalui intansi bahtsul masa’il sudah mulai berani menjamah masalah faktual. Bukan hanya ubudiyah saja namun ranah poilitik sudah bisa dijamah dengan ketajaman argumentasi ilmiyahnya. Memang para santri didalam mencetuskan hukum islam lebih pas dari pada orang-orang non pesantren. Meminjam bahasa Mbah Maimun Zubair, pengasuh pondok pesantren sarang, Jawa tengah, bahwa para santri merupakan komonitas yang sah dan pas dalam membicarakan soal hukum islam, mereka adalah cikal bakal lahirnya ijtihad baru. Memang, dari segi kapasitas para santri lebih banyak berkutat dalam masalah yang berbingkai fikih.
Untuk lebih meningkatkan kualitas forum bahtsul masa’il khusunya dipesantren Madura bagaimana sekiranya ada wadah yang mampu menyatukan antar pesantren Madura agar kegiatan bahtsul masail berjalan dengan serempak. Peran para pengasuh pondok pesantren sangat menentukan arahan tersebut. Karena diakui atau tidak pada saat ini di Madura bukan hanya membutuhkan akan majunya investor untuk memajukan pulau Madura, namun yang sangat urgen adalah bagaimana pulau Madura tercipta sebagai pulau yang maju dan bernuansa islami. Hal itu tidak akan terwujud tanpa ada filter yang dilakukan oleh masyarakat Madura sendiri khususnya para insan Pesantren.
Bagi pemerintah, jika nanti antar pesantren Madura sudah merealisasikan kegiatan forum bahtsu masail diharap tidak menutup mata. Sebab urgensitas para insan Pesantren dalam mencetuskan hukum bukan pekerjaan mudah namun butuh kejelian dan keuletan. Sebab kegiatan tersebut juga demi menyelesaikan problem masyarakat. Dengan adanya ittihad (pertsatuan) antar pesantren sangat diharapkan agar betul-betul dioptimalkan biar eksestensi bahtsul masa’il menjadi gairah intlektual pesantren yang merupakan ciri khasnya sepanjang masa.

0 komentar:

Posting Komentar