Panorama alam makin terlihat indah dan anggun, dedaunan menutup
cahaya terang sang mentari pagi yang Nampak remang-remang dibalik
ranting cemara yang seakan menggambarkan hati dan perasaan saat ini, gundah dan tawa selalu
menemani kesendrianku disaat ummi bilang bahwa yuninda yang akan mendampingi
hidupku, tanpa kusangka juga kegundahan hadir disaat ummi
pergi untuk selama-lamanya yang siapapun takkan sanggup untuk lari
darinya.
Akupun menghela nafas yang panjang jika mengingat masa depan yang
akan aku hadapi saat ini, perlahan aku hapus air mataku yang terus menetes dari setiap ingatanku
kepada kedua orang tuaku, sebab hanya waktu dua tahun aku kehilangan keduanya,
dan kini aku ditemani kakak sholedan om ferdi, ingin aku membenci waktu tapi
aku takut pada yang menciptakannya.
Setelah beberapa lama dipondok ini, rasanya renyuh hanya om ferdi sedari tadi menatapi raut
sedihku, beberapa kali om ferdi mengawali pembicaraan namun sepertinya aku
bingung, aku masih sedih dalam kesedihan.sesaaat suasana menjadi hening ,
gamang dan galau,
“ faril kalau paman tahu bagaimana hubungan kanu dengan gadis
pilihan ummimu” Tanya om ferdi mengawali
pembicaraan .
“entah om… aku juga belum tahu soalnya ummi belum sempat
menghitbahnya untukku”
“maaf ril bukannya aku mau
ikut campur tentang perasaaanmu namun jika kamu ga’ keberatan kalau seandainya kamu mau aku kenalkan sama wanita pilihan om buat
kamu, om yakin dia pasti mampu mengisi kekurangan kamu, dia cantik
solehah, berpendidikan pesantren juga
sama sepertimu ril…!!!”. Ucap om memberipenawaran yang membuatku bingung sebab
sebenarnya aku masih mengharap kepada yuninda agar menjadi hidupku, tapi aku
tak mungkin juga menolak tawaran orang yang terlalu baik kepadaku bahkan om
ferdi telah menganggapku sebagai anaknya sendiri,
“ ya udahlah ril…. Kamu jawab lain kali aja yang penting kamu
belajar yang benar dan fikirkan tawaran om ini dangan sebaik mungkin, kalau
gitu om pamit dulu
Assalamualaikum…!!!”, pungkas paman menjauh dari pandanganku namun melekat sekali
dihati apa yang tadi om ferdi katakan.
Lagi-lagi bayangan yuninda menghenotis pikiranku, aura dalam
benakku tumbuh untuknya rasanya bersemi
kembali, disaat aku di terus
menghayalnya. Namun seketika itu
lamunannanku yang mulai tinggi terjerebab
kedasar ingatanku kan pesan om
ferdi, aku samakin larut dalam kegamangan
disisi lain kehendak om yang sungkan untuk ku hindari , dan diantara
bayangan yununida yang lepas menggugah
batinku, aku sadar tak akan ada yang sanggup menghitung jalannya kehidupann, yang setiap
waktu bias berputar bahkan berubah arah serta
bertolak belakang dengan harapan seseorang, aku sungguh tersesat
diantara dua pilihan, yuninda yangtelah aku kenal atau orang baru yang akan
membuatkunlebih saempurna “Tuhan…… berilah aku petunjukmu”.
Disaat malam gelap tanpa
sinar sedikitpun aku terlarut dalam fikiranku sendiri, hati yang bicara masa
depan yuninda, disaat ada dan tiada lagi bersama yuninda, aku mematung beku
dijendela aula pesantren kemudian
sentuhan lembut dibelakangku membuyarkan halusinasiku,
“faril kakak rasa hari- hari
ini kamu semakin aneh, sering menyendiri, janganlah kamu berkhalwat dengan perasaanmu
sendiri, sebab setan akan hadir menggundahkanmu, ril… sebenarnya ada apa dengan
dirimu..?” kak soleh menanyakan apa yang sebenarnya terjadi dengan diriku,
sejenak aku hanya membisu setelah menghela nafas akupun menjawab pertanyaan kak
soleh. Setelah mendengar ucapan kak soleh aku hanya terdiam malu seakan bibirku
terkunci karena aku tak biasa berbuat apa apa lagi.
“ariel aku mengerti pada perasaanmu karena aku juga mempunyai
perasaan normal sama sepertimu tapi apakah kamu berfikir kalau semuanya akan
selesai, ia kalau disini kamu selalu memikirkan yuninda tapi apakah kamu yakin
disana yuninda memikirkanmu, bukan maksud kakak untuk menghalangimu tapi hanya
saja aku tidak ingin orang yang selama ini aku anggap saudara harus murung dan
menyendiri jika cinta itu bias mengilhamimu dalam kesetiaan maka jagalah cinta
itu seperti engkau menjaga dirimu sendiri, tapi jika tidak ……..! tinggalkanlah
dia sebagaimana engkau meninggalkan sesuatu yang tidak terarti, satu hal penting
yang harus selalu kamu ingat bahwa mencintai bukan berarti memiliki”. Setelah
mendengar perkataan kak soleh tampa terasa pipiku hangat dengan airmata,
setelah kak soleh melangkah meninggalkanku barulah aku menyadari sekelumit dari
perkataannya dengan persaan yang semakin kacau aku beranikan untuk menulis
surat kepada yuninda agar aku tau bagaimana perasaannya.
Aku mencoba untuk terus
berfikir secara sehat, aku singkap lenganku
untuk berwudlu’ dan ku persiapkan batin dan jasadku untuk berdialog dengan
tuhan, ku anggkat tanganku tinggi-tinggi menunjukkan butuhnya aku akan dzatnya
dan aku pinta yang tertera dalam hatiku, aku semakin hening dalam nyannyian
dzikirnya. “ ya rabbi…tolonglah hambamu ini kejalan yang engkau ridlhai,
tunjukkan pula besit hati yuninda kepadaku agar aku terkungkung dalam cinta
yang salah, tuhan ku pasrah sebaik-baiknya jodohku adalah darimu, aku memohon
kepadamu meskipun aku bisa berjalan tapi hakikatnya ini darimu tuhan maka
lepaskan tekanan bain cintaku, tunjukkan
sabda-sabda cinta untukku, agar aku bisa
mengukir lambang keabadian cinta sejati, tuhan ijinkanlan aku mencari
tuhan dalam cinta, tuhan maafkan aku, aku terlalu lemah menerima ujianmu, aku
tak bisa berbuat apa-apa tanpa pertolonganmu.
Tiga hari sudah ku berlalu layangkan
suratku kepada yuninda, namun sampai
sekarang tak kunjung juga ada balasan darinya, aku semakin bingung apa yang harus
aku katakan kepada kak sholeh, aku bisu dalam parau hati yang hamper tak
bersuara, aku bingung menyendiri
disurauku, namun tiba-tiba saja arul menghentikan ketermenunganku.
“arul… bikin aku kaget aja…!!!” paparku menergunya
“maaf gus….ganggu…?”
“oh ya… tadi ada gadis ngasih surat ini ke kamu’ terus dia nitip
salam sama gus faril katanya maaf..?”,
papar arul membuat batinku penasaran.
“makasih ya rul…!!!” balasku seraya diiringi langkah arul yang
semakin jauh dari pandanganku.
Assalamualaikum.Wr.Wb
To: kak faril di tempat
Langsung aja………..
Gus faril….
Engkau bagaikan rembulanku meski gelap engkau yang menerangiku, aku
selalu mendambakanmu untuk bersemayam dalam kalbuku, tapi apakah mungkin sang
renbulan akan berpijak dibumi yang penuh
dengan debu ini.
Gus faril…
Mungkin dirimu bingung dengan kata-kata ini, tapi seberat apa aku mencintaimu sepertinya aku takkan bisa menggapainya, maaf
gus sebenarnya aku telah dijodohkan oleh ummiku, dulu memang aku akan
bersanding denganmu gus, tapi ummi selalu takut sama gus faril yang belum bisa
mengambil keputusan tentang rencana (Alm ummi faril) dibeberapa yang lalu sebab
itulah ummi menjodohkanku.
Maaf Gus….
Bukan maksud hati menyakiti gus faril, tapi sebenarnya aku sudah
berusaha untuk menghelanya tapi aku lebih takut jika penghelaanku membuat
kedurhakaan kepada abah dan ummi, dengan penjelasan ini kuharap gus faril dapat
mengerti hatiku ini, aku masih sangat mencintai gus faril tapi waktu selalu
menjadi parasit namun maaf gus…? Aku ga’ bisa juga menyalahkan waktu karena aku
juga di ikat olehnya.
Terima kasih gus
faril….!!!,Salam do’a untukmu semoga mendapatkan yang lebih senpurna dan lebih
baik dari pada diriku.
Dari: Yang mengagumimu
Yuninda Azkia
Saat itu hatiku pecah
berserbakan dimana-mana, gugur lepas berantakan bagai dedaunan yang lepas dari
ranting-rantingnya,aku terus meresapi perkattan kak sholeh ternyata memang
betul terjadi bahwa mencintai bukan berarti memiliki, dan juga tak selamanya
cinta itu indah, aku tearomabang ambing bagai laiutan tanapa pantai, yang tak
tahu ku kan kemana tuk bertepi, aku berusaha menerima kenyataan meski terasa
begitu sakit dan perih, merenung lebih dalam aku paksakan juga hati ini utuk
mnenerima taawaran om ferdi waktu lalu, aku iklaskan keprgian yuninda dari
bayanganku, karena ku yakin dia tidak akan bsa hadir dalam benakku dalam
kenyataan karena semua berubah menjadi semu semata. Penyesalan kini tiada arti,
sebab semua telah berlalu sangup atau tidak aku aku harus siap bermain hidup
ini, anadai saja waktu bisa aku utar
maka akan aku putar 180* agar air mataku
tak menyentuh pipiku, ingin rasanya
aku kembarai masa laluku
agar aku tak bisa sedih.
Kini tibalah hari kepulanganku dari pondok pesantren darul
hikmah sebagai lulusan tsanawiyah
tervaforit, ingin rasanya aku meneruskan pendidikan pada jenjang
yang lebih tinggi, tapi…inilah waktu aku tak bisa lepas darinya , aku
masih belum siap untuk melnggatikan tugas Alm
Abahku sebagai pengasuh PP.
Raudlatul aliyah, namun aku juga ga’ bisa meninggalkan tugas berat ini begitu
saj sebagai pengecut, aku harus tetap siap melakukan apa yang telah aba lakukan
kepada segenap santri darul aliyyah.
Pagi memang terasa dingin dengan gemertik hujan yang tak juga
berhenti, sisa hujan dari malam tadi ini sungguh membuat halaman pesantren
bagaikan lautan kecil, aku teruskan dzikirku dikamar dengan menyendiri, ku
teruskan juga dengan membaca novel surat yusuf kepada zulaikha yang muallifnya
adalah taufiqur rohman, aku memang sangat senang dengan sebuah buku apalagi
novel, aku sempat termenung mengingat kisah didalam novel yang baru saja aku
baca, bagai mana sabarnya syusuf dan zulaikha mempertahankan perasaannya, aku
renungi lebih dalam lagi mengingatkanku pada tawaran om ferdi waktu lalu, aku
sedikit gelisah aku sempat tak bisa mengelak dengan tawaran ini, aku seakan
sudah terikat dengan pilihan om ferdi itu, namun aku harus tetap mempunyai
pilihan sebab bagaimanapun aku belum pernah bertemu dengannya,
“assalamualaikum…….” Zainal khoddam Alma bah yang akrab dengan
diriku itu yang membuat aku terhenyak dngan hayalanku,
“waalaikum salam” jawabku pelan
“ maaf gus di luar ada tamu mencari panjenengan”
“ya makasih bilang aja tugggu sebentar, sebentar lagi aku keruang
tamu”, pungkasku menelan hayalanku
kembali,
Aku mencoba mengatur
diriku sendiri sebab aku merasa kaget sekali sebab tamu itu adalah om
ferdi dan kak sholeh,
“ om ferdi kak sholeh maaf nuggu lama soalnya baru saja ada urusan
kecil”, sapaku pendek
“ga’ apa-apa faril…..kita baru aja nyampe’ kok, sebenarnya aku tahu kamu sibuk sekali aku juga memahami bagaimana beratnya kamu mengerjakan amanat Alm abahmu,
seandainya saja kamu tidak sibuk maka aku akan mengajakmu kejakarta sekarang
sebab ini adalah yang sangat penting, bagi dirimu dan semua orang, faril…kamu
sekarang harusberani menentukan pilihanmu sebab kamu telah lepas dengan gadis
pilihan ummimu, kalau begitu ikutlah sebentar
aku hanya ingin dirimu menetukan pilihanmu tidak lebih dari itu”, tegas
om ferdi panjang lebar
“ baiklah om ferdi saya
beres-beres dulu”, balas lisanku bergetar yakin akan pilihan om ferdi itu,
sebenatrnya dilain sisi aku merasa tertekan
hati kecilku sempat berbesit
bagaimana aku bisa melupakan yuninda sedangkan rumahnya dijakarta juga, apalgi isan adalah
temapat lahirnya, hampir saja air mata ini pecah namun aku bisa menahan
sakitnya masa lalu.
Beberapa jam berlaulu tanpa pegas, hati ini sepertinya mulai deg-degan ,
aku bingung sepertinya aku pernah
melihat bangunan besar itu, lagi-lagi air mata ini hampir pecah, mataku
juga tak mampu menahan air mata kecil
dari batinku, aku juga terbelalak ketika bangunan yang tingggi itu adalah
sebuah pesantren PP. Abul cholil yang dia asuh
oleh Kh, Abdullah Akbar yang tak lain adalah abah dari yuninda itu
sendiri, aku kurang mengerti dengan maksud om ferdi membawaku kepesantren ini,
disaat itu fikiranku menguak tabir dari bayangan yuninda yang semakin menggugah
hatiku, aku semakain heran dengan tingkah hatiku yang semakin menggoda bayangan
yuninda yng hadir di hatiku.
“ faril……? Kenapa kau menunduk
masihkan kamu ingat dengan
yuninda “, Tanya om ferdi mengagetkanku di ruang tamu rumahnya yuninda, aku
semakin malu yuninda, melihat yuninda seketika yang bersembunyi di balik korden
merah,
“ maaf om ferdi…? Bukannya aku tak mau dengan perasaan yang sesungguhnya
ini tapi aku hanya tidak ingin menyakiti om ferdi dan gadis yang om pilihkan
untukku< JUJUR OM SEBENARNYA berat bagiku untuk melupakan yuninda tapi
menagapa saat ini seperti menggoda hatiku untuk selalu mengingatnya, tolong om
jelaskan maksud semua ini, agar hatiku tidak terus terkung-kung dalam senyap hampa
yang tanpa status ini”.
“maafkan aku ril….!!!, telah merahasiakan ini untukmu, sebenarnya
dari awal aku telah yakin kepada pilihan ummimu, tapi aku sengaja lakukan ini hanya untuk menguji
kesabaran serta kesiapanmu untuk memikul dua beban besar sekaligus, yang
pertama dirimu harus bisa mendidik para santri raudlatul aliyyah, dan yang
kedua kamu harus lebih bisa mendidik
yuninda sebagai istrimu agar menjadi
istri yang sholehah, sekarang maukah kamu menjadikan yuninda sebagai
istrimu…???”.
By: Maisuro El-Karomy (Maya)
Ladies Lover Science “ P3 PPSMCH “
Of: Taman Indah Macajeh
(Garistab Putri)
0 komentar:
Posting Komentar