(Tab Widget 2)

Selasa, 31 Januari 2017

RAHASIA CINTA DIBALIK DUKA (ASCHAL Edisi 13)



Panorama alam makin terlihat indah dan anggun, dedaunan menutup cahaya terang  sang mentari  pagi yang Nampak remang-remang dibalik ranting cemara yang seakan menggambarkan hati dan  perasaan saat ini, gundah dan tawa selalu menemani kesendrianku disaat ummi bilang bahwa yuninda yang akan mendampingi hidupku,  tanpa kusangka juga  kegundahan hadir  disaat ummi  pergi untuk selama-lamanya yang siapapun takkan sanggup untuk lari darinya.
Akupun menghela nafas yang panjang jika mengingat masa depan yang akan aku hadapi saat ini, perlahan aku hapus air mataku  yang terus menetes dari setiap ingatanku kepada kedua orang tuaku, sebab hanya waktu dua tahun aku kehilangan keduanya, dan kini aku ditemani kakak sholedan om ferdi, ingin aku membenci waktu tapi aku takut pada yang menciptakannya.
Setelah beberapa lama dipondok ini, rasanya renyuh  hanya om ferdi sedari tadi menatapi raut sedihku, beberapa kali om ferdi mengawali pembicaraan namun sepertinya aku bingung, aku masih sedih dalam kesedihan.sesaaat suasana menjadi hening , gamang dan galau,
“ faril kalau paman tahu bagaimana hubungan kanu dengan gadis pilihan ummimu” Tanya  om ferdi mengawali pembicaraan .
“entah om… aku juga belum tahu soalnya ummi belum sempat menghitbahnya untukku”
“maaf ril  bukannya aku mau ikut campur tentang perasaaanmu namun jika kamu ga’ keberatan  kalau seandainya kamu mau  aku kenalkan sama wanita pilihan om buat kamu, om yakin dia pasti mampu mengisi kekurangan kamu, dia cantik solehah,  berpendidikan pesantren juga sama sepertimu ril…!!!”. Ucap om memberipenawaran yang membuatku bingung sebab sebenarnya aku masih mengharap kepada yuninda agar menjadi hidupku, tapi aku tak mungkin juga menolak tawaran orang yang terlalu baik kepadaku bahkan om ferdi telah menganggapku sebagai anaknya sendiri,
“ ya udahlah ril…. Kamu jawab lain kali aja yang penting kamu belajar yang benar dan fikirkan tawaran om ini dangan sebaik mungkin, kalau gitu  om pamit dulu Assalamualaikum…!!!”,  pungkas paman  menjauh dari pandanganku namun melekat sekali dihati apa yang tadi om ferdi katakan.
Lagi-lagi bayangan yuninda menghenotis pikiranku, aura dalam benakku tumbuh untuknya  rasanya bersemi kembali, disaat aku  di terus menghayalnya.  Namun seketika itu lamunannanku yang mulai tinggi terjerebab  kedasar  ingatanku kan pesan om ferdi,  aku samakin larut dalam  kegamangan  disisi lain kehendak om yang sungkan untuk ku hindari , dan diantara bayangan yununida yang lepas menggugah  batinku, aku sadar tak akan ada yang sanggup  menghitung jalannya kehidupann, yang setiap waktu bias berputar bahkan berubah arah serta  bertolak belakang dengan harapan seseorang, aku sungguh tersesat diantara dua pilihan, yuninda yangtelah aku kenal atau orang baru yang akan membuatkunlebih saempurna “Tuhan…… berilah aku petunjukmu”.
Disaat malam  gelap tanpa sinar sedikitpun aku terlarut dalam fikiranku sendiri, hati yang bicara masa depan yuninda, disaat ada dan tiada lagi bersama yuninda, aku mematung beku dijendela aula pesantren  kemudian sentuhan lembut dibelakangku membuyarkan halusinasiku,
“faril  kakak rasa hari- hari ini kamu semakin aneh, sering menyendiri,  janganlah kamu berkhalwat dengan perasaanmu sendiri, sebab setan akan hadir menggundahkanmu, ril… sebenarnya ada apa dengan dirimu..?” kak soleh menanyakan apa yang sebenarnya terjadi dengan diriku, sejenak aku hanya membisu setelah menghela nafas akupun menjawab pertanyaan kak soleh. Setelah mendengar ucapan kak soleh aku hanya terdiam malu seakan bibirku terkunci karena aku tak biasa berbuat apa apa lagi.
“ariel aku mengerti pada perasaanmu karena aku juga mempunyai perasaan normal sama sepertimu tapi apakah kamu berfikir kalau semuanya akan selesai, ia kalau disini kamu selalu memikirkan yuninda tapi apakah kamu yakin disana yuninda memikirkanmu, bukan maksud kakak untuk menghalangimu tapi hanya saja aku tidak ingin orang yang selama ini aku anggap saudara harus murung dan menyendiri jika cinta itu bias mengilhamimu dalam kesetiaan maka jagalah cinta itu seperti engkau menjaga dirimu sendiri, tapi jika tidak ……..! tinggalkanlah dia sebagaimana engkau meninggalkan sesuatu yang tidak terarti, satu hal penting yang harus selalu kamu ingat bahwa mencintai bukan berarti memiliki”. Setelah mendengar perkataan kak soleh tampa terasa pipiku hangat dengan airmata, setelah kak soleh melangkah meninggalkanku barulah aku menyadari sekelumit dari perkataannya dengan persaan yang semakin kacau aku beranikan untuk menulis surat kepada yuninda agar aku tau bagaimana perasaannya.
Aku mencoba  untuk terus berfikir secara sehat, aku singkap lenganku  untuk berwudlu’ dan ku persiapkan batin dan jasadku untuk berdialog dengan tuhan, ku anggkat tanganku tinggi-tinggi menunjukkan butuhnya aku akan dzatnya dan aku pinta yang tertera dalam hatiku, aku semakin hening dalam nyannyian dzikirnya. “ ya rabbi…tolonglah hambamu ini kejalan yang engkau ridlhai, tunjukkan pula besit hati yuninda kepadaku agar aku terkungkung dalam cinta yang salah, tuhan ku pasrah sebaik-baiknya jodohku adalah darimu, aku memohon kepadamu meskipun aku bisa berjalan tapi hakikatnya ini darimu tuhan maka lepaskan tekanan bain cintaku,  tunjukkan sabda-sabda cinta untukku, agar aku bisa  mengukir lambang keabadian cinta sejati, tuhan ijinkanlan aku mencari tuhan dalam cinta, tuhan maafkan aku, aku terlalu lemah menerima ujianmu, aku tak bisa berbuat apa-apa tanpa pertolonganmu.
Tiga hari sudah  ku berlalu layangkan suratku  kepada yuninda, namun sampai sekarang tak kunjung juga ada balasan darinya, aku semakin bingung apa yang harus aku katakan kepada kak sholeh, aku bisu dalam parau hati yang hamper tak bersuara, aku bingung menyendiri  disurauku, namun tiba-tiba saja arul menghentikan ketermenunganku.
“arul… bikin aku kaget aja…!!!” paparku menergunya
“maaf gus….ganggu…?”
“oh ya… tadi ada gadis ngasih surat ini ke kamu’ terus dia nitip salam sama gus  faril katanya maaf..?”, papar arul membuat batinku penasaran.
“makasih ya rul…!!!” balasku seraya diiringi langkah arul yang semakin jauh dari pandanganku.
Assalamualaikum.Wr.Wb

To: kak faril   di tempat
Langsung  aja………..
Gus faril….
Engkau bagaikan rembulanku meski gelap engkau yang menerangiku, aku selalu mendambakanmu untuk bersemayam dalam kalbuku, tapi apakah mungkin sang renbulan akan berpijak dibumi  yang penuh dengan debu ini.
Gus faril…
Mungkin dirimu  bingung  dengan kata-kata ini, tapi seberat  apa aku mencintaimu  sepertinya aku takkan bisa menggapainya, maaf gus sebenarnya aku telah dijodohkan oleh ummiku, dulu memang aku akan bersanding denganmu gus, tapi ummi selalu takut sama gus faril yang belum bisa mengambil keputusan tentang rencana (Alm ummi faril) dibeberapa yang lalu sebab itulah ummi menjodohkanku.
Maaf Gus….
Bukan maksud hati menyakiti gus faril, tapi sebenarnya aku sudah berusaha untuk menghelanya tapi aku lebih takut jika penghelaanku membuat kedurhakaan kepada abah dan ummi, dengan penjelasan ini kuharap gus faril dapat mengerti hatiku ini, aku masih sangat mencintai gus faril tapi waktu selalu menjadi parasit namun maaf gus…? Aku ga’ bisa juga menyalahkan waktu karena aku juga di ikat olehnya.
Terima kasih  gus faril….!!!,Salam do’a untukmu semoga mendapatkan yang lebih senpurna dan lebih baik dari pada diriku.
Dari: Yang mengagumimu
Yuninda Azkia
Saat  itu hatiku pecah berserbakan dimana-mana, gugur lepas berantakan bagai dedaunan yang lepas dari ranting-rantingnya,aku terus meresapi perkattan kak sholeh ternyata memang betul terjadi bahwa mencintai bukan berarti memiliki, dan juga tak selamanya cinta itu indah, aku tearomabang ambing bagai laiutan tanapa pantai, yang tak tahu ku kan kemana tuk bertepi, aku berusaha menerima kenyataan meski terasa begitu sakit dan perih, merenung lebih dalam aku paksakan juga hati ini utuk mnenerima taawaran om ferdi waktu lalu, aku iklaskan keprgian yuninda dari bayanganku, karena ku yakin dia tidak akan bsa hadir dalam benakku dalam kenyataan karena semua berubah menjadi semu semata. Penyesalan kini tiada arti, sebab semua telah berlalu sangup atau tidak aku aku harus siap bermain hidup ini, anadai saja waktu bisa aku  utar maka akan aku putar  180* agar air mataku tak menyentuh pipiku, ingin rasanya  aku  kembarai masa laluku agar  aku tak bisa sedih.
Kini tibalah hari kepulanganku dari pondok pesantren darul hikmah   sebagai lulusan tsanawiyah tervaforit, ingin rasanya aku meneruskan pendidikan pada  jenjang  yang lebih tinggi, tapi…inilah waktu aku tak bisa lepas darinya , aku masih belum siap untuk melnggatikan tugas Alm  Abahku  sebagai pengasuh PP. Raudlatul aliyah, namun aku juga ga’ bisa meninggalkan tugas berat ini begitu saj sebagai pengecut, aku harus tetap siap melakukan apa yang telah aba lakukan kepada segenap santri darul aliyyah.
Pagi memang terasa dingin dengan gemertik hujan yang tak juga berhenti, sisa hujan dari malam tadi ini sungguh membuat halaman pesantren bagaikan lautan kecil, aku teruskan dzikirku dikamar dengan menyendiri, ku teruskan juga dengan membaca novel surat yusuf kepada zulaikha yang muallifnya adalah taufiqur rohman, aku memang sangat senang dengan sebuah buku apalagi novel, aku sempat termenung mengingat kisah didalam novel yang baru saja aku baca, bagai mana sabarnya syusuf dan zulaikha mempertahankan perasaannya, aku renungi lebih dalam lagi mengingatkanku pada tawaran om ferdi waktu lalu, aku sedikit gelisah aku sempat tak bisa mengelak dengan tawaran ini, aku seakan sudah terikat dengan pilihan om ferdi itu, namun aku harus tetap mempunyai pilihan sebab bagaimanapun aku belum pernah bertemu dengannya,
“assalamualaikum…….” Zainal khoddam Alma bah yang akrab dengan diriku itu yang membuat aku terhenyak dngan hayalanku,
“waalaikum salam” jawabku pelan
“ maaf gus di luar ada tamu mencari panjenengan”
“ya makasih bilang aja tugggu sebentar, sebentar lagi aku keruang tamu”,  pungkasku menelan hayalanku kembali,
 Aku mencoba  mengatur  diriku sendiri sebab aku merasa kaget sekali sebab tamu itu adalah om ferdi dan kak sholeh,
“ om ferdi kak sholeh maaf nuggu lama soalnya baru saja ada urusan kecil”, sapaku  pendek
“ga’ apa-apa faril…..kita baru aja nyampe’ kok,  sebenarnya aku tahu kamu sibuk sekali  aku juga memahami bagaimana  beratnya kamu mengerjakan amanat Alm abahmu, seandainya saja kamu tidak sibuk maka aku akan mengajakmu kejakarta sekarang sebab ini adalah yang sangat penting, bagi dirimu dan semua orang, faril…kamu sekarang harusberani menentukan pilihanmu sebab kamu telah lepas dengan gadis pilihan ummimu, kalau begitu ikutlah sebentar  aku hanya ingin dirimu menetukan pilihanmu tidak lebih dari itu”, tegas om ferdi panjang lebar
“ baiklah om ferdi  saya beres-beres dulu”, balas lisanku bergetar yakin akan pilihan om ferdi itu, sebenatrnya dilain sisi aku merasa tertekan  hati kecilku sempat berbesit  bagaimana aku bisa melupakan yuninda sedangkan  rumahnya dijakarta juga, apalgi isan adalah temapat lahirnya, hampir saja air mata ini pecah namun aku bisa menahan sakitnya masa lalu.
Beberapa jam berlaulu tanpa  pegas, hati ini sepertinya mulai deg-degan , aku bingung sepertinya aku pernah  melihat bangunan besar itu, lagi-lagi air mata ini hampir pecah, mataku juga  tak mampu menahan air mata kecil dari batinku, aku juga terbelalak ketika bangunan yang tingggi itu adalah sebuah pesantren PP. Abul cholil yang dia asuh  oleh Kh, Abdullah Akbar yang tak lain adalah abah dari yuninda itu sendiri, aku kurang mengerti dengan maksud om ferdi membawaku kepesantren ini, disaat itu fikiranku menguak tabir dari bayangan yuninda yang semakin menggugah hatiku, aku semakain heran dengan tingkah hatiku yang semakin menggoda bayangan yuninda yng hadir di hatiku.
“ faril……? Kenapa kau menunduk  masihkan  kamu ingat dengan yuninda “, Tanya om ferdi mengagetkanku di ruang tamu rumahnya yuninda, aku semakin malu yuninda, melihat yuninda seketika yang bersembunyi di balik korden merah,
“ maaf om ferdi…? Bukannya aku tak mau dengan perasaan yang sesungguhnya ini tapi aku hanya tidak ingin menyakiti om ferdi dan gadis yang om pilihkan untukku< JUJUR OM SEBENARNYA berat bagiku untuk melupakan yuninda tapi menagapa saat ini seperti menggoda hatiku untuk selalu mengingatnya, tolong om jelaskan maksud semua ini, agar hatiku tidak terus terkung-kung dalam senyap  hampa  yang tanpa status ini”.
“maafkan aku ril….!!!, telah merahasiakan ini untukmu, sebenarnya dari awal aku telah yakin kepada pilihan ummimu, tapi aku  sengaja lakukan ini hanya untuk menguji kesabaran serta kesiapanmu untuk memikul dua beban besar sekaligus, yang pertama dirimu harus bisa mendidik para santri raudlatul aliyyah, dan yang kedua  kamu harus lebih bisa mendidik yuninda sebagai istrimu agar menjadi  istri yang sholehah, sekarang maukah kamu menjadikan yuninda sebagai istrimu…???”.
By: Maisuro El-Karomy   (Maya)
Ladies Lover Science “ P3 PPSMCH “
Of: Taman Indah Macajeh

(Garistab Putri)

0 komentar:

Posting Komentar