Di suatu tempat yang jauh disebrang
sana, tepatnya di desa pula garam yang terdapat sebuah pondok salaf peningglan
ulama’ kuno, pondok pesantren itu bernama “Darur Rahmah” di pondok itu
terdapat beratus-ratus santri putra dan putri dari berbagai daerah diseluruh
penjuru Bumi Nusantara. Berbagai kegiatan rutin disana dilaksanakan antara
lain: Diba’, Ratibul Haddad dan Musyawarah.
Di pondok itu terdiri
dari berbagai kamar disalah satu kamar itu ada yang bernama “Fajar Ilahi”
yang di tempati salah satu santri putri yang bernama Aira. Dia anaknya suka
bergaul dengan siapa saja. Dia berasal dari keluarga sederhana dan dia punya
sahabat yang amat menyanginya sebut saja dia adalah Rista, mereka berdua selalu
bersama-sama walaupun mereka berbeda kamar.
“Ris pulangan sebentar lagi, kamu mau pulang ama
siapa? “Tanya Aira.
“Masih nayak lagi ya bareng ama paman ku tersayang
gitu lho, soalnya dia kan belum pulang. “Jawab Rista dengan lemah lembut”,
kalau kamu sendiri pulang ama siapa? “Rista balik Tanya”.
“Kalau aku sih bareng ama ortuku, soalnya tadi malam
kata Nyai Filza, diharamkan bagi santri putri yang pulang bersama orang yang
bukan mahromnya. “Jawab Aira dengan gaya senyum manisnya”.
Mereka berdua emang
sahabat sejati kemana-mana mereka selalu bersama-sama sampai-sampai sahabat
yang ada di pondoknya punya prediksi kalau Aira dan Rista itu jeruk minum
jeruk.!!! Perputaran masa dan peredaran waktu telah menyebabakan silih
bergantinya musim, tanpa disadari hari yang dinanti-nanti pun telah tiba betapa
bahagia hatinya Aira, karna dia sangat rindu dengan suasana rumahnya yang
sangat sederhana sebuah rumah yang di tempati dua bersaudara. Suasana pagi
mulai cerah secerah hati yang penuh dengan cinta dan kelembutan kasih sayang,
senyum bertebaran menghinggapi semua wajah santri putri yang mempersiapkan diri
untuk pulang kerumahnya masing-masing tak terkecuali dengan Aira dan Rista ia
pun sibuk menata barang-barang yang akan mereka bawa pulang, setelah ia pamitan
sama Pengurus dan Pengasuh Pondok, Aira pun bergegas tuk pulang karna ia memang
sangat rindu dengan keluarganya. Setelah beberapa jam dalam perjalanan,
akhirnya ia sampai juga disebuah rumah yang sangat sederhana.
“Assalamualaikum”. “Ucap Aira sambil mengetuk pintu
rumahnya”.
“Waalaikum Salam”. Jawab Ibunya”. Gimana kabar kamu
di pondok Nak? “Tanya sang Ibu dengan lembut.
“Alhamdulillah baik-baik aja Bu”. “Jawab Aira dengan
sopan”. Kamu pasti lapar dan lelah ya juga kamu belum Sholat Asar kan? “Tanya Ibunya
lagi”.
Iya….Bu. ”Jawab Aira bersama anggukan kepalanya.
Ya udah kalau gitu kamu mandi dulu terus Sholat,
setelah itu baru makan soalnya waktu Sholat Asar udah mau habis. “Jelas Ibu Aira”.
Setelah berbincang-bincang sejenak Aira beranjak segera mandi sekaligus untuk
melaksanakan Sholat Asar. Sesaat dia merasaka suasana tenang, damai dan
menyejukkan hati. Perjalanan dari pondoknya memang melelahkan sekali dengan
melalui beberapa daerah sehingga membuat badan Aira lelah dan capek.
Pagi itu Matahari
bersinar dengan cerah yang dihiasi oleh merdunya suara gelombang dan hembusan
angin surgawi disitulah Aira duduk sendirian dan termenung di gubuk tua, sambil
menatap indahnya lautan samudra, karna sudah lama ia tidak pernah memandang
indahnya lautan itu, tak lama kemudian Aira ingat ama sahabat yang ada di
pondoknya, karna Aira merasa rindu sama sahabat dekatnya yakni Rista, tak lama
dari bengungnya Aira langsung ingat kalau dia punya nomor rumahnya Rista
sekaligus dia langsung mengcaling Rista, tapi apa yang terjadi ternyata harapan
tidak sesuai dengan kenyataan yang mengangkat telfon itu adalah pamanya Rista
sendiri.
“Asslamualaikum”. “Ucap Aira. “Waalaikum Salam”.
Sahut pamanya Rista. Ini benar ya nomor rumahnya Rista yang mondok di Darur
Rahmah? “Tanya Aira.
“Ia benar kamu sendiri siapa dan anak mana? soalnya
keponakan ku lagi mandi. “Jawab Pamannya”. Aku Aira tamen pondoknya Rista.
“Jawab Aira lemah lembut”.
“Oh…jadi kamu tah yang namanya Aira yang sering
diceritain keponakan ku itu ama aku. Kamu sendiri siapa cih kok kenal ama aku?“
Tanya Aira. Aku Arif pamanya Rista yang sepondok ama kamu. Boleh ya aku kenalan
sama kamu? sekaligus mau mengnalkan hatiku pada hatimu tuk menjadi pemuja
rahasiamu?” Tanya Arif. Kamu jangan gobes dan gila deh, mana mungkin kamu
menjadi pemuja rahasiaku sedangkan kamu aja ggak pernah tahu tentang Moral,
Etika dan Fisikku? “Ucpa Aira.
“Oh…gitu tah kalau gitu sekarang aku mau nayak ama
kamu. Apakah kamu pernah melihat Allah dan Rasul mu? Tidak kan, tapi kamu
sayang dan cinta ama mereka ia kan? Sekarang seperti itulah perasan hatiku
padamu, cinta itu tak perlu saling memandang antara satu sama lain, kadang
mendengar dari cerita orang lain kita bisa saja jatuh cinta dan sayang ama
orang lain, sebab cinta itu sendiri benda
Absetrak yang sulit untuk ditangkap oleh panca indra dan sulit untuk
difinisikan dengan benar. Mendengar perkatan dan ketulusan hati Arif untuk
mencintainya, Aira langung terhipnotis untuk jatuh hati. Rif sekarang aku mau
jujur juga ama kamu mulai aku kenal ama wajah kamu di pondok, aku langsung
jatuh hati dan ingin memilikimu selamanya, tapi sayang semua itu aku simpan dan
gak pernah aku ungkapkan perasaanku karna kamu sendiri udah punya belahan hati
di pondok, jadi aku gak pengen bahagia di atas penderitaan dan kesengsaraan
orang lain. “Jelas Aira. Apa kamu bilang tadi, “Potong Arif”. Oke aku akan
jujur juga ama kamu tentang kisah perjalanan cintaku di pondok semua itu cuman gosip
belaka. Aku emang pernah menjalani hubungan asmara cinta dengan sahabatmu, tapi
perjalanan cintaku tak begitu lama karna kedua orang tuanya tidak merestui
hubungan aku dengan dia, sampai-sampai dia harus diboyongkan dari pondok hanya
gara-gara problematika itu. Kamu
ngertikan dengan semua fenomene ini dan aku udah berjanji pada hatiku ketika
aku menemukan cahaya yang bisa menerangi jiwa dan ragaku. Maka aku tidak akan
pernah melepaskan dia dari genggaman hatiku, meskipun apa saja rintangannya
yang mau memusnahkan semua harapan dan cita-citaku. Jadi tolong kalau kamu
emang gak suka dan tidak mau menerimaku sebagai intan permata hatimu bilang aja
ama aku, engak usah sungkan-sungkan. Aku gak akan marah kok, asalkan kamu jujur
padaku. Bukan begitu Rif, aku takut kamu mempermainkan perasaanku yang tulus
untuk mencintai dan menyayangimu, karna kamu sendiri disini sudah terkenal
Playboy. kalau gitu aku akan menerimamu sebagai rohku, nafasku dan jantungku
dan aku akan mati bila kehilangan salah satu-Nya. “Ucap Aira.
“Ya udah ini Ririnnya
udah selesai dari mandinya. “Halo Ris gimana kabar kamu disitu? “Sambung Aira”.
“Baik-baik
aja kamu sendiri gimana? “Rista balik tanya. seperti yang kamu dengar kamu mao
kembali kapan kepondok? Soalnya aku kangen banget ama kamu. “Tanyak Aira. kalau
aku sih tanggal 17 Syawal soalnya aku harus bareng paman ku gitu lho.
“O…
gi tah Ya udah dulu ya ini aku lagi di panggil Ortuku kita terus kan
kapan-kapan aja bicarnya. “Asslamualaikum”. Ucap Aira sambil menutup Henfonnya.
”Waalaikum Salam”. Wr.
Wb. Jawab Rista.
Ketika kembalian udah
sampai Aira langsung kembali dan ingin sekali bertemu dengan Arif yakni orang
yang selalu menghiasi dan mewarnai kehidupannya dengan cinta dan kasih sayang,
sampai-sampai mereka berdua ketika ada di pondoknya tidak konsen pada pelajaran
mereka, yang mereka ingat dan dibicarakan setiap hari cuman cinta, sehingga
diantara temannya ada yang bilang ama Aira jangan terlalu mencintai dan
menyayangi kekasihmu, karna aku khawatir dia akan menjadi musuh mu dan jangan
kamu terlalu memusuhi kekasihmu karna aku juga khawatir dia akan menjadi
kekasihu.“Ucap salah satu temannya, Tapi Naysa tetap saja tidak merespon dan
mendengarkan perkataan sahabatnya yang mao memberikan saran baik ama Aira,
karna Naysa sendiri telah terbelenggu hatinya dengan permainan teka teki sebuah
cinta.
Hari telah berganti
hari, minggu berganti minggu, bulan pun telah berlalu. Hubungan mereka laksana
taman bunga di dalam relung hatinya yang tumbuh dengan subur. Arif tidak ingin
kehilangan orang yang dicintainya, maka secepatnya Arif ingin meminang Aira
pada Ortunya, ketika Arif curhat tentang pertunangannya ama keluarganya Arif.
Ortunya langsung terkejut sekaligus memberi pilihan ama Arif. Dia harus memilih
antara boyong dan meneruskan mondok, kalau emang dia itu mau tunangan, maka dia
harus boyong dari pondoknya. kalau tidak? Ia teruskan mondok, karna ortunya
khawatir semua itu akan mengganggu pelajarannya mereka. Mendengar ucapan
ortunya Arif langsung berbisik dalam hatinya. Ya Allah…Ya Raby Benarkah cinta
itu tak harus memiliki? Dan kenapa semua momen ini terjadi padaku? Haruskah aku
kehilangan cinta sejati ku? Mungkinkah Memory Tahun 2007-2008 cukup sampai
disini? Setelah selesai dari kesedihannya, Arif langsung punya Strategi baru
untuk berpisah dengan Aira. ketepatan pada saat itu sahabat Arif sendiri
menaruh hati ama Aira ya terpaksa dia dukung asalkan sahabatnya bahagia
menjalani hubungan dengan dia. Dan Arif langsung ingin mengajak pertemuan ama Aira
ketika pulangan pondok nanti, soalnya Arif harus cepat-cepat putus hubungannya
ama Aira, kalau enggak, dia bisa diboyongkan dari pondoknya oleh ortunya. Sebenarnya
dalam hati kecilnya Arif enggak ingin berbuat kayak itu karna Arif sendiri
sangat mencintai dan menyayangi Aira sepenuh jiwa dan raganya dan Arif tak
ingin kehilangan dan berpisah ama Aira, meskipun apa rintangannya karna Arif
sendiri udah berjanji sehidup dan semati di dunia dan akhirat, tapi apalah daya
semua cita-cita itu tak bisa untuk dipenuhi ternyata takdir berkehendak lain,
ingin rasanya memeluk gunung, tapi tangan tak sampai tuk merangkulnya.
Dikala silver senja
menghiasi pelanet sebentar, tanpa diundang pagi pun datang tuk menyikap
tirai-tirai hitam disitulah Tepat pada tanggal 7 Maulid, semua santri putra
liburan pondok kesempatan buat Arif tuk mengutarakan semua apa-apa yang
terkandung dalam benak hatinya pada Aira dirumahnya nanti, ketepatan pada saat
itu temannya Aira yang ada di pondoknya mau kawin dan Arif pun diundang oleh
temannya untuk hadir di acara pesta pernikahannya. Tibalah hari pernikahan
temannya Aira dan Arif saling memandang dan bertukar senyuman ama Aira di
tempat presepsian itu. Aira aku ingin bicara empat mata dengan kamu tentang
hubungan kita. Emangnya ada apa dengan hubungan kita? “Tanya Aira penasaran”.
Begini Aira sebenarnya temen aku yang pernah aku kenalkan ama kamu waktu
pulangan Ramdhan itu ada rasa ama kamu. Tolong jangan kecewakan temenku, dia
sangat mencintaimu melebihi cintaku padamu aku rela kehilangan cinta dan kasih
sayangmu, asalkan kalian bisa bahagia untuk hidup bersamanya. Apa kamu bilang
Rif, “Potong Aira sambil meneteskan air matanya”, Sebegitukah adanya cinta dan
kasih sayangmu pada ku yang selama ini tercipta hanya untukku? Apakah kamu
sudah lupa dengan semua janji manismu itu? Bahwa kita ibaratkan sang rembulan
dan sang bintang yang tak ingin dipisahkan dan selalu menghiasi kegelapan
malam, teganya kamu padaku yang rela menukar kebahagiaanmu hanya demi
kebahagian seorang shabatmu sendiri,
sedangkan aku tak mampu hidup tanpamu karna jiwa dan ragaku telah
terkunci oleh cinta dan kasih sayangmu dan orang lain tak akan mampu tuk
membukanya karna kunci itu ada padamu. “Ternyata kamu ini orangnya pengcut,
penghianat dan pendusta. Ternyata santri putri itu gak salah melakobi kamu tak
ubahnya seorang PKB di pondok. Dulu Kata-kata manis mu itu semuanya gobes dan
fikti belaka. Aku kira kamu itu orang yang bisa menuntunku kejalan yang lurus
dan memberikan kebahagian dalam hidupku, tapi kenyataannya kamu tak ubahnya
seperti hewan yang tak punya perasaan dan perlu kamu ingat Rif aku ini bukanlah
seperti halnya bola yang diumpan kesana dan kesitu semau mu. Aku juga manusia
yang punya perasaan sekali lagi ingat hukum karma itu masih berlaku apa lagi
kamu punya keponakan yang cukup dewasa. Dan mulai detik ini aku enggak akan
percaya ama omongan laki-laki camkan itu Rif. “Tanpa terasa Arif langsung
meneteskan air mata seraya langsung berdoa pada sang maha pencipta yang
menciptakan dunia beserta isinya”.
Ya Allah….Ya
Robby…semua resah nan pilu hatiku tuk hidup membagi rasa, derai air mata ku tak
cukup tuk hapus semua dosa. Ya….Allah ampunilah dosa hamba mu ini dan dosa kaum
pecinta yang salah mengartikan cinta kedunia nyata, sebenarnya bukan maksud
hati tuk berbuat sedemikian itu, tapi aku lakukan semua itu semata-mata hanya
ingin membahagiakan shabat dan kedua orang tuaku, meskipun hati ini terasa
perih dan pedih tuk meninggalkan semua kenangan yang terindah yang pernah kau
ciptakan padaku. Ya….Robby aku rela Kehilngan cinta dan kasih sayangnya,
asalkan ridho dan hidayah mu selalu tetap barsama ku hingga akhirnya hamba
menemukan cinta sejati hamba yang pernah hilang ditelan masa dan waktu.
Ya…Allah hanya kepadamu aku bersimpuh dan memohon supaya hamba di anugerahi
ketabahan dan kesabaran hati, untuk tetap berkeyakinan bahwa yang namanya cinta
adalah anugerah yang terindah bagi hambamu ini. Walaupun cinta itu tekadang membuat
mata hati hamba terkontaminasi dan menderita. Mungkin semua ini adalah suratan
takdir yang telah engkau gariskan bagi hamba, Sehingga hamba tak mampu tuk
menerobos lingkaran takdir itu dan aku yakin dibalik fenomene ini pasti ada
hikmah yang terselubung di dalamnya. Semoga Aira menemukan yang lebih baik dan lebih sempurna
dari pada hamba untuk dijadikan pengganti hatiku di ruang kehidupannya yang
baru di dunia dan akhiratnya Amin….Amin….Ya… Robbal Alamin.
Oleh
: Ririn & Naya
Alumni
PPSMCH
0 komentar:
Posting Komentar