(Tab Widget 2)

Jumat, 13 Januari 2017

PERMUSUHAN DIBAWAH NAUNGAN CINTA (ASCHAL Edisi 11)


Di suatu tempat yang jauh disebrang sana, tepatnya di desa pula garam yang terdapat sebuah pondok salaf peningglan ulama’ kuno, pondok pesantren itu bernama “Darur Rahmah” di pondok itu terdapat beratus-ratus santri putra dan putri dari berbagai daerah diseluruh penjuru Bumi Nusantara. Berbagai kegiatan rutin disana dilaksanakan antara lain: Diba’, Ratibul Haddad dan Musyawarah.
Di pondok itu terdiri dari berbagai kamar disalah satu kamar itu ada yang bernama “Fajar Ilahi” yang di tempati salah satu santri putri yang bernama Aira. Dia anaknya suka bergaul dengan siapa saja. Dia berasal dari keluarga sederhana dan dia punya sahabat yang amat menyanginya sebut saja dia adalah Rista, mereka berdua selalu bersama-sama walaupun mereka berbeda kamar.
“Ris pulangan sebentar lagi, kamu mau pulang ama siapa? “Tanya Aira.
“Masih nayak lagi ya bareng ama paman ku tersayang gitu lho, soalnya dia kan belum pulang. “Jawab Rista dengan lemah lembut”, kalau kamu sendiri pulang ama siapa? “Rista balik Tanya”.
“Kalau aku sih bareng ama ortuku, soalnya tadi malam kata Nyai Filza, diharamkan bagi santri putri yang pulang bersama orang yang bukan mahromnya. “Jawab Aira dengan gaya senyum manisnya”.
Mereka berdua emang sahabat sejati kemana-mana mereka selalu bersama-sama sampai-sampai sahabat yang ada di pondoknya punya prediksi kalau Aira dan Rista itu jeruk minum jeruk.!!! Perputaran masa dan peredaran waktu telah menyebabakan silih bergantinya musim, tanpa disadari hari yang dinanti-nanti pun telah tiba betapa bahagia hatinya Aira, karna dia sangat rindu dengan suasana rumahnya yang sangat sederhana sebuah rumah yang di tempati dua bersaudara. Suasana pagi mulai cerah secerah hati yang penuh dengan cinta dan kelembutan kasih sayang, senyum bertebaran menghinggapi semua wajah santri putri yang mempersiapkan diri untuk pulang kerumahnya masing-masing tak terkecuali dengan Aira dan Rista ia pun sibuk menata barang-barang yang akan mereka bawa pulang, setelah ia pamitan sama Pengurus dan Pengasuh Pondok, Aira pun bergegas tuk pulang karna ia memang sangat rindu dengan keluarganya. Setelah beberapa jam dalam perjalanan, akhirnya ia sampai juga disebuah rumah yang sangat sederhana.
“Assalamualaikum”. “Ucap Aira sambil mengetuk pintu rumahnya”.
“Waalaikum Salam”. Jawab Ibunya”. Gimana kabar kamu di pondok Nak? “Tanya sang Ibu dengan lembut.
“Alhamdulillah baik-baik aja Bu”. “Jawab Aira dengan sopan”. Kamu pasti lapar dan lelah ya juga kamu belum Sholat Asar kan? “Tanya Ibunya lagi”.
Iya….Bu. ”Jawab Aira bersama anggukan kepalanya.
Ya udah kalau gitu kamu mandi dulu terus Sholat, setelah itu baru makan soalnya waktu Sholat Asar udah mau habis. “Jelas Ibu Aira”. Setelah berbincang-bincang sejenak Aira beranjak segera mandi sekaligus untuk melaksanakan Sholat Asar. Sesaat dia merasaka suasana tenang, damai dan menyejukkan hati. Perjalanan dari pondoknya memang melelahkan sekali dengan melalui beberapa daerah sehingga membuat badan Aira lelah dan capek.
Pagi itu Matahari bersinar dengan cerah yang dihiasi oleh merdunya suara gelombang dan hembusan angin surgawi disitulah Aira duduk sendirian dan termenung di gubuk tua, sambil menatap indahnya lautan samudra, karna sudah lama ia tidak pernah memandang indahnya lautan itu, tak lama kemudian Aira ingat ama sahabat yang ada di pondoknya, karna Aira merasa rindu sama sahabat dekatnya yakni Rista, tak lama dari bengungnya Aira langsung ingat kalau dia punya nomor rumahnya Rista sekaligus dia langsung mengcaling Rista, tapi apa yang terjadi ternyata harapan tidak sesuai dengan kenyataan yang mengangkat telfon itu adalah pamanya Rista sendiri.
“Asslamualaikum”. “Ucap Aira. “Waalaikum Salam”. Sahut pamanya Rista. Ini benar ya nomor rumahnya Rista yang mondok di Darur Rahmah? “Tanya Aira.
“Ia benar kamu sendiri siapa dan anak mana? soalnya keponakan ku lagi mandi. “Jawab Pamannya”. Aku Aira tamen pondoknya Rista. “Jawab Aira lemah lembut”.
“Oh…jadi kamu tah yang namanya Aira yang sering diceritain keponakan ku itu ama aku. Kamu sendiri siapa cih kok kenal ama aku?“ Tanya Aira. Aku Arif pamanya Rista yang sepondok ama kamu. Boleh ya aku kenalan sama kamu? sekaligus mau mengnalkan hatiku pada hatimu tuk menjadi pemuja rahasiamu?” Tanya Arif. Kamu jangan gobes dan gila deh, mana mungkin kamu menjadi pemuja rahasiaku sedangkan kamu aja ggak pernah tahu tentang Moral, Etika dan Fisikku? “Ucpa Aira.
“Oh…gitu tah kalau gitu sekarang aku mau nayak ama kamu. Apakah kamu pernah melihat Allah dan Rasul mu? Tidak kan, tapi kamu sayang dan cinta ama mereka ia kan? Sekarang seperti itulah perasan hatiku padamu, cinta itu tak perlu saling memandang antara satu sama lain, kadang mendengar dari cerita orang lain kita bisa saja jatuh cinta dan sayang ama orang lain, sebab cinta itu sendiri benda  Absetrak yang sulit untuk ditangkap oleh panca indra dan sulit untuk difinisikan dengan benar. Mendengar perkatan dan ketulusan hati Arif untuk mencintainya, Aira langung terhipnotis untuk jatuh hati. Rif sekarang aku mau jujur juga ama kamu mulai aku kenal ama wajah kamu di pondok, aku langsung jatuh hati dan ingin memilikimu selamanya, tapi sayang semua itu aku simpan dan gak pernah aku ungkapkan perasaanku karna kamu sendiri udah punya belahan hati di pondok, jadi aku gak pengen bahagia di atas penderitaan dan kesengsaraan orang lain. “Jelas Aira. Apa kamu bilang tadi, “Potong Arif”. Oke aku akan jujur juga ama kamu tentang kisah perjalanan cintaku di pondok semua itu cuman gosip belaka. Aku emang pernah menjalani hubungan asmara cinta dengan sahabatmu, tapi perjalanan cintaku tak begitu lama karna kedua orang tuanya tidak merestui hubungan aku dengan dia, sampai-sampai dia harus diboyongkan dari pondok hanya gara-gara problematika  itu. Kamu ngertikan dengan semua fenomene ini dan aku udah berjanji pada hatiku ketika aku menemukan cahaya yang bisa menerangi jiwa dan ragaku. Maka aku tidak akan pernah melepaskan dia dari genggaman hatiku, meskipun apa saja rintangannya yang mau memusnahkan semua harapan dan cita-citaku. Jadi tolong kalau kamu emang gak suka dan tidak mau menerimaku sebagai intan permata hatimu bilang aja ama aku, engak usah sungkan-sungkan. Aku gak akan marah kok, asalkan kamu jujur padaku. Bukan begitu Rif, aku takut kamu mempermainkan perasaanku yang tulus untuk mencintai dan menyayangimu, karna kamu sendiri disini sudah terkenal Playboy. kalau gitu aku akan menerimamu sebagai rohku, nafasku dan jantungku dan aku akan mati bila kehilangan salah satu-Nya. “Ucap Aira.
“Ya udah ini Ririnnya udah selesai dari mandinya. “Halo Ris gimana kabar kamu disitu? “Sambung Aira”.
“Baik-baik aja kamu sendiri gimana? “Rista balik tanya. seperti yang kamu dengar kamu mao kembali kapan kepondok? Soalnya aku kangen banget ama kamu. “Tanyak Aira. kalau aku sih tanggal 17 Syawal soalnya aku harus bareng paman ku gitu lho.
“O… gi tah Ya udah dulu ya ini aku lagi di panggil Ortuku kita terus kan kapan-kapan aja bicarnya. “Asslamualaikum”. Ucap Aira sambil menutup Henfonnya.
”Waalaikum Salam”. Wr. Wb. Jawab Rista.
Ketika kembalian udah sampai Aira langsung kembali dan ingin sekali bertemu dengan Arif yakni orang yang selalu menghiasi dan mewarnai kehidupannya dengan cinta dan kasih sayang, sampai-sampai mereka berdua ketika ada di pondoknya tidak konsen pada pelajaran mereka, yang mereka ingat dan dibicarakan setiap hari cuman cinta, sehingga diantara temannya ada yang bilang ama Aira jangan terlalu mencintai dan menyayangi kekasihmu, karna aku khawatir dia akan menjadi musuh mu dan jangan kamu terlalu memusuhi kekasihmu karna aku juga khawatir dia akan menjadi kekasihu.“Ucap salah satu temannya, Tapi Naysa tetap saja tidak merespon dan mendengarkan perkataan sahabatnya yang mao memberikan saran baik ama Aira, karna Naysa sendiri telah terbelenggu hatinya dengan permainan teka teki sebuah cinta.
Hari telah berganti hari, minggu berganti minggu, bulan pun telah berlalu. Hubungan mereka laksana taman bunga di dalam relung hatinya yang tumbuh dengan subur. Arif tidak ingin kehilangan orang yang dicintainya, maka secepatnya Arif ingin meminang Aira pada Ortunya, ketika Arif curhat tentang pertunangannya ama keluarganya Arif. Ortunya langsung terkejut sekaligus memberi pilihan ama Arif. Dia harus memilih antara boyong dan meneruskan mondok, kalau emang dia itu mau tunangan, maka dia harus boyong dari pondoknya. kalau tidak? Ia teruskan mondok, karna ortunya khawatir semua itu akan mengganggu pelajarannya mereka. Mendengar ucapan ortunya Arif langsung berbisik dalam hatinya. Ya Allah…Ya Raby Benarkah cinta itu tak harus memiliki? Dan kenapa semua momen ini terjadi padaku? Haruskah aku kehilangan cinta sejati ku? Mungkinkah Memory Tahun 2007-2008 cukup sampai disini? Setelah selesai dari kesedihannya, Arif langsung punya Strategi baru untuk berpisah dengan Aira. ketepatan pada saat itu sahabat Arif sendiri menaruh hati ama Aira ya terpaksa dia dukung asalkan sahabatnya bahagia menjalani hubungan dengan dia. Dan Arif langsung ingin mengajak pertemuan ama Aira ketika pulangan pondok nanti, soalnya Arif harus cepat-cepat putus hubungannya ama Aira, kalau enggak, dia bisa diboyongkan dari pondoknya oleh ortunya. Sebenarnya dalam hati kecilnya Arif enggak ingin berbuat kayak itu karna Arif sendiri sangat mencintai dan menyayangi Aira sepenuh jiwa dan raganya dan Arif tak ingin kehilangan dan berpisah ama Aira, meskipun apa rintangannya karna Arif sendiri udah berjanji sehidup dan semati di dunia dan akhirat, tapi apalah daya semua cita-cita itu tak bisa untuk dipenuhi ternyata takdir berkehendak lain, ingin rasanya memeluk gunung, tapi tangan tak sampai tuk merangkulnya.
Dikala silver senja menghiasi pelanet sebentar, tanpa diundang pagi pun datang tuk menyikap tirai-tirai hitam disitulah Tepat pada tanggal 7 Maulid, semua santri putra liburan pondok kesempatan buat Arif tuk mengutarakan semua apa-apa yang terkandung dalam benak hatinya pada Aira dirumahnya nanti, ketepatan pada saat itu temannya Aira yang ada di pondoknya mau kawin dan Arif pun diundang oleh temannya untuk hadir di acara pesta pernikahannya. Tibalah hari pernikahan temannya Aira dan Arif saling memandang dan bertukar senyuman ama Aira di tempat presepsian itu. Aira aku ingin bicara empat mata dengan kamu tentang hubungan kita. Emangnya ada apa dengan hubungan kita? “Tanya Aira penasaran”. Begini Aira sebenarnya temen aku yang pernah aku kenalkan ama kamu waktu pulangan Ramdhan itu ada rasa ama kamu. Tolong jangan kecewakan temenku, dia sangat mencintaimu melebihi cintaku padamu aku rela kehilangan cinta dan kasih sayangmu, asalkan kalian bisa bahagia untuk hidup bersamanya. Apa kamu bilang Rif, “Potong Aira sambil meneteskan air matanya”, Sebegitukah adanya cinta dan kasih sayangmu pada ku yang selama ini tercipta hanya untukku? Apakah kamu sudah lupa dengan semua janji manismu itu? Bahwa kita ibaratkan sang rembulan dan sang bintang yang tak ingin dipisahkan dan selalu menghiasi kegelapan malam, teganya kamu padaku yang rela menukar kebahagiaanmu hanya demi kebahagian seorang shabatmu sendiri,  sedangkan aku tak mampu hidup tanpamu karna jiwa dan ragaku telah terkunci oleh cinta dan kasih sayangmu dan orang lain tak akan mampu tuk membukanya karna kunci itu ada padamu. “Ternyata kamu ini orangnya pengcut, penghianat dan pendusta. Ternyata santri putri itu gak salah melakobi kamu tak ubahnya seorang PKB di pondok. Dulu Kata-kata manis mu itu semuanya gobes dan fikti belaka. Aku kira kamu itu orang yang bisa menuntunku kejalan yang lurus dan memberikan kebahagian dalam hidupku, tapi kenyataannya kamu tak ubahnya seperti hewan yang tak punya perasaan dan perlu kamu ingat Rif aku ini bukanlah seperti halnya bola yang diumpan kesana dan kesitu semau mu. Aku juga manusia yang punya perasaan sekali lagi ingat hukum karma itu masih berlaku apa lagi kamu punya keponakan yang cukup dewasa. Dan mulai detik ini aku enggak akan percaya ama omongan laki-laki camkan itu Rif. “Tanpa terasa Arif langsung meneteskan air mata seraya langsung berdoa pada sang maha pencipta yang menciptakan dunia beserta isinya”.
Ya Allah….Ya Robby…semua resah nan pilu hatiku tuk hidup membagi rasa, derai air mata ku tak cukup tuk hapus semua dosa. Ya….Allah ampunilah dosa hamba mu ini dan dosa kaum pecinta yang salah mengartikan cinta kedunia nyata, sebenarnya bukan maksud hati tuk berbuat sedemikian itu, tapi aku lakukan semua itu semata-mata hanya ingin membahagiakan shabat dan kedua orang tuaku, meskipun hati ini terasa perih dan pedih tuk meninggalkan semua kenangan yang terindah yang pernah kau ciptakan padaku. Ya….Robby aku rela Kehilngan cinta dan kasih sayangnya, asalkan ridho dan hidayah mu selalu tetap barsama ku hingga akhirnya hamba menemukan cinta sejati hamba yang pernah hilang ditelan masa dan waktu. Ya…Allah hanya kepadamu aku bersimpuh dan memohon supaya hamba di anugerahi ketabahan dan kesabaran hati, untuk tetap berkeyakinan bahwa yang namanya cinta adalah anugerah yang terindah bagi hambamu ini. Walaupun cinta itu tekadang membuat mata hati hamba terkontaminasi dan menderita. Mungkin semua ini adalah suratan takdir yang telah engkau gariskan bagi hamba, Sehingga hamba tak mampu tuk menerobos lingkaran takdir itu dan aku yakin dibalik fenomene ini pasti ada hikmah yang terselubung di dalamnya. Semoga Aira  menemukan yang lebih baik dan lebih sempurna dari pada hamba untuk dijadikan pengganti hatiku di ruang kehidupannya yang baru di dunia dan akhiratnya Amin….Amin….Ya… Robbal Alamin.
                                                                                                           
Oleh : Ririn & Naya
Alumni PPSMCH
                                                                                                                                   




0 komentar:

Posting Komentar