MUTIARA DARI KOTA ISFAHAN
Hampir diseluruh
madrasah, pesantren, lembaga-lembaga pendidikan Islam di Indonesia, utamanya daerah
Pulau Madura dan Pulau Jawa menetapkan sebagai materi kurikulum dan mempelajari
kitab Ghayah al Ikhthisar atau yang biasa disebut dengan kitab matan at Taqrib
sebuah
ringkasan ilmu fiqih Madzhab Syafii yang sarat dengan faedah dan
butiran-butiran hikmah yang luas, sebuah kitab yang sangat pas dikaji dan
dipelajari bagi pemula dan pelajar yang ingin belajar mensyarahkan serta
mentahqiq dalam kajian ilmu fiqhi Syafii. Matan at Taqrib juga adalah mukhtasor
yg terbaik dan mu'tabar yang pernah ada dalam Madzhab Syafii. Karya
seorang Ulama besar Madzhab Syafi’I, beliau adalah Syihab al-Dunya wa ad-Din
Ahmad bin Husain bin Ahmad al-Asfahani al-Syafii, populer dengan panggilan Abu
Syuja’, nama beliau dinisbathkan dengan al Asfahani karena beliau berasal dari
Asfahan salah satu kota di Persia,Iran. Disebutkan juga bahwa beliau dinisbatkan
kepada kota Abbadan sebuah wilayah terkenal di Basrah tempat tujuan untuk
berkunjung (plesiran), yang termasuk batas daerah subur di Irak yang dahulunya
adalah tempat pos-pos pertahanan kaum muslimin
Beliau dilahirkan di kota Bashrah
pada tahun 433 H/1042 M dan wafat pada tahun 593 H/1196 M. kealiman dan
kewaraan beliau tidak diragukan lagi, banyak dari para Ulama berlomba-lomba mempelajari
dan mensyarahi kitab Taqrib, kitab yang berbentuk kecil syarat akan kandungan-kandungan
hukum fiqhi Imam Syafii. Salah satu kelebihan dari kitab yang dikenal
dengan nama kitab at-Taqrib ini adalah penulisannya yang simpel dan mudah
dipelajari sehingga orang awam sekalipun akan dengan mudah memahami hukum-hukum
fiqih dan permasalahan-permasalahann agama yang sering dijumpai dalam kehidupan
sehari-hari.
Diantara kitab yang telah mensyarahinya:
Fath al-Qarib al-Mujib fi syarh
at-Taqrib atau al-Qaul
al-Mukhtar fi syarh Ghayat al-Ikhtishar, karya Syekh Abu Abdillah Muhammad
bin Qasim al-Gazzi, w. 918 H. Kitab ini sangat banyak dipakai sebagai bahan
materi kurikulum di madrasah dan pesantren.
Kifayah al-Akhyar fi Syarh
al-Ikhtisar, karya Imam
Taqiyuddin bin Muhammad al-Husaini al-Hishni ad-Dimasyqi, w. 829 H. kitab ini
sebanyak dua jilid.
al-Iqna’ fi Hall Alfazh Abi Syuja’, karya al-Khatib al-Syarbini.Dan juga masih
banyak diantara yang lainnya.
Syekh Abu Syuja’
dijuluki dengan panggilan Syihabbuddunya waddin yang berarti bintang dunia dan
agama. Julukan ini beliau peroleh ketika beliau menjabat sebagai seorang mentri
pada Dinasti Bani
Saljuk tahun 447H/1455M,Beliau dikenal sebagai orang yang pemberani di dalam
pemperjuangkan keadilan, tidak peduli cacian, hujatan,dan kecaman dari pihak
mana pun. Dan juga beliau dikenal sebagai seorang yang sangat darmawan. Syekh
Abu Syuja’ memberikan seratus dua puluh ribu dinar kepada para Ulama dan
orang-orang miskin.
Syekh Abu Syuja’
adalah salah satu Ulama Syafiiyyah yang hidup setelah tahun 500 H,beliau hidup
dalam umur yang panjang sekitar 160 tahun,namun dalam umur yang begitu panjang keadaan
fisiknya masih sangat kuat, tak ada satu anggota pun yang cacat, setelah
ditanya beliau menjawab
“Aku tidak
pernah menggunakan satu pun dari anggota tubuhku untuk bermaksiat kepada Allah.
Karena pada masa mudaku aku meninggalkan maksiat, maka Allah menjaga tubuhku di
usia senja.”
Al-Qadhi Abi Syuja’ adalah salah satu pakar
fiqih Madzhab Syafi’I setelah empat puluh tahun memperdalami fiqih Imam Syafii,
beliau selalu menjadi rujukan para Ulama pada masanya. Diakhir hayatnya Syekh
Abu Syuja’ mendalami kehidupan zuhud dengan menjadi abdi di Masjid Nabawi
Madinatul Munawwarah. Menyapu, menghampar tikar, dan membersih-bersihkan di
Masjid Nabawi. Hal ini dilakukannya sampai beliau wafat pada tahun 593
H/1196 M.
al Qadhi Abu Syuja’ wafat di
Madinah dan dimakamkan di Mesjid yang
ia bangun sendiri di dekat Bab Jibril, sebuah tempat yang pernah
disinggahi Malaikat Jibril. Letak kepalanya berdekatan dengan kamar makam Nabi
dari sebelah timur.
Kini memang Syekh Abu Syuja’ telah
tiada, namun ilmu dan keagungannya masih tetap bersemi bak jamur dimusim hujan
menyirami kalbu-kalbu yang haus akan keilmuan. Kemanfaatannya masih tetap
bersinar laksana mutiara disamudra lautan.
*Sutrisno
Farizy_NH/Aschal*
0 komentar:
Posting Komentar