Thoriqoh
As-syadziliyah begitulah ajarannya sebagai mana yang telah kami sebutkan di
majalah aschal sebelumnya perihal visi dan misinya yakni bagaimana mengupayakan
masyarakat Bangkalan agar senantiasa selalu dzikrullah, bermunajat kepada Alloh
melalui tawajjuh yang di sertai dengan pembacaan sholawat Nabi sebelumnya. Dimana
substansi dari thoriqoh yang ada sebetulnya Tidak lain adalah sebagai
sarana/media penyambung hati kita kepada sang kholiq secara langsung. Apa lagi dalam prosesi
tawajjuh tersebut KH. Fakhrillah Aschal selaku
mursyid terlebih dahulu selalu memberikan rintihan kalbu melalui
wejangan-wejangannya yang sangat menyentuh. Tak ayal jika dari masyarakat yang
hadir banyak yang tidak bisa membendung air matanya karena terbuai dalam
khidmatnya suasana yang kelam, sunyi, namun penuh dengan sejuta makna. ini
merupakan salah satu wujud dari salah satu produk unggulan KH. Fakhrillah Aschal
dalam mencanangkan agendanya. Dan Alhamdulillah sejauh program ini berjalan
ternyata membuahkan hasil yang signifikan di antaranya banyak dari masyarakat Bangkalan
yang dulunya sombong, tinggal sholat, keras hati karena tidak pernah tersirami
oleh dzikir, kini berubah menjadi sosok orang yang rendah diri, giat ibadah dan
penuh lemah lembut.
Melihat
reaksi positif luar biasa dari seluruh lapisan warga Bangkalan dan hasil yang
lumayan bagus, membuat RKH. Fakhrillah Aschal jadi semakin greget ingin
meningkatlkan lebih jauh lagi dalam mensyiarkan panji-panji islam yang lebih
menekankan pada pembinaan hati, karena dirasa
perlu sekali apa lagi pasca suramadu yang tidak dapat di pungkiri menjadi
jembatan arus luar Madura yang kian marak silih berganti. Belum lagi proses
industrilalisasi yang saat ini sudah mulai merambah masuk ke berbagai ranah dan
beberapa pedesaan yang ada dengan
lekasnya kondisi ini membuat resah dan
khawatir warga dan para tokoh masyarakat Bangkalan. Menyorot fenomena yang ada
sehingga perlu adanya penangan yang ekstra ketat agar semua warga Madura
khususnya Bangkalan dapat terhindari dari aliran yang bisa merusak sum-sum
ajaran dan adat Madura sendiri khususnya kaum remaja. Oleh karenanya RKH. Fakhrillah
Aschal Merasa terpanggil untuk ikut menjaga kemurnian dan kesalafan yang memang
menjadi icon pulau Madura, dan butuhnya suatu lembaga yang orientasinya khusus
dalam pembersihan hati, apa lagi hati merupakan pondasi sekaligus cermin dari
jasad kita.
Bukti
kepedulian RKH. Fakhrillah Aschal pada ummat tersebut, beliau realisasikan melalui
berdirinya Pondok pesantren “Nuru Syadzily” yang berbasis akhlakul karimah.
Nama Nurul Syadzily sendiri di adopsi bukan berarti karena beliau menganut faham
As-syadziliyah atau hanya di ikuti dan di dominasi oleh kaum Sydzili saja ini tidak
tetapi dari nama tersebut beliau berharap ada tafaul cahaya barokah dari imam As-syadzily
agar tetap mengalir deras mengiringi langkah segenap lapisan masyarakat Bangkalan.
Karena
ini sifatnya urgen dan memang perlu untuk di kembangkan sehingga RKH.
Fakhrillah Aschal Berupaya untuk mendirikan pondok tersebut di seluruh
kecamatan Bangkalan yang terhitung 17 kecamatan. Meskipun belum teralisasi secara
menyeluruh namun ada yang sudah mulai berdiri di antaranya, kecamatan Tanah Merah,
Modung, Kokop, Geger, Aros baya dan Labang yang semuanya di urusi oleh masing-masing pengurus yang
sudah di pilih namun tetap secara keseluruhan di bawah pimpinan satu komando yakni RKH. Fakhrillah Aschal pengasuh
Pondok Pesantren Syaichona Moh. Cholil. Pola pendidikan yang ada di pondok Nuru
Syadzily sendiri hakikatnya tidak jauh berbeda dengan pondok-pondok pesantren
pada umum seperti kurikulum pendidikan, sekolah madrasah, pengajian kitab rutin
bahkan masalah kepesantrenan lainnya, hanya titik tekan di sini lebih mengacu
pada pembenahan/pembinaan etika diri.
Statemen
Ini berlaku bagi sapa saja yang ingin berminat masuk tanpa ada diskriminasi
faham atau golongan. Termasuk bagi mereka warga Bangkalan yang kurang mampu atau
yatim piatu. Bahkan beliau menyempatkan
diri demi untuk terjun langsung ke pondok-pondok tersebut melalui pengajian
rutin kitab kuning “Bidayatul Hidayah sebulan satu kali. Harapan dari salah
satu pengurus NU KATIB PWNU yakni H. Moh. Toyyib Fawwaz adalah bagaiman nantinya
pondok “Nuru Syadzily” ini bisa benar-benar berjalan sesuai harapan, terutama
mampu menjadi tameng dari virus luar Madura yang kapan saja siap untuk
menggerogoti jantung waraga Madura khususnya pasca suramadu. Red/El-barbazy.
com
Ingin baca dari edisi pertama
BalasHapus