(Tab Widget 2)

Selasa, 07 Februari 2017

SYAICH IHSAN JAMPES (ASCHAL Edisi 14)


SYAICH IHSAN JAMPES;
Santri Syaichona Cholil Yang Karyanya Mendunia

Kepiawaian dan kealimannya pernah membuat Raja Faruq yang waktu itu  1934 M, berkuasa di Mesir meminta kesediannya mengajar di Universitas Al Azhar Kairo Mesir, namun karena alasan ingin mengabdikan diri di tanah air, beliau menolak permintaan sang raja dengan halus.

Masa Kecil Yang Nyeleneh 

Beliau berasal dari Dusun Jampes, Desa Putih, Kecamatan Gampengrejo, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Lahir di lingkungan pesantren pada tahun 1901M. Dari pasangan KH. Dahlan bersama Nyai Artimah. Nama aslinya adalah Bakri dan lebih dikenal sebagai pengasuh pondok pesantren  al-Ihsan Jampes.
Masa kecil beliau tidaklah seperti layaknya putra seorang kiai yang tumbuh dikalangan pesantren. Bakri kecil memiliki kebiasaan yang sangat meresahkan keluarganya yaitu berjudi hingga akhirnya beliau sadar dan berhenti dari kebiasaannya ketika sang kakek hadir dalam mimpi seraya meminta Bakri kecil untuk berhenti dari kebiasaan buruknya tersebut. Sejak saat itu beliau berhenti dan kesehariannya lebih sering menyendiri dan merenung.

Jelajah Ke Berbagai Pesantren Hingga Ke Bangkalan

Kesadaran untuk meninggalkan kebiasaan buruknya juga merembet pada kesadaran akan pentingnya Bakri menuntut ilmu. Sejak saat itu Bakri mulai menjelajahi berbagai pesantren di nusantara hingga akhirnya beliau singgah di Demangan Bangkalan berguru pada Syaichona Moh. Cholil bin Abdullatif.
Di demangan beliau belajar ilmu nahwu, Al-Fiyah Ibnu Malik. Waktu yang beliau tempuh tidaklah panjang karena memang rihlah ilmiyah yang dilakukan oleh beliau terbilang cukup unik; tidak pernah menghabiskan banyak waktu di setiap pesantren yang beliau singgahi. Di Demangan beliau hanya selama dua bulan, beliau juga pernah belajar ilmu falak pada KH. Dahlan semarang selama dua puluh hari. Meskipun begitu, dibalik singkatnya waktu yang beliau jalani di pesantren, beliau selalu berhasil memboyong ilmu para gurunya.
Selain itu, statusnya sebagai seorang gus (lora. Madura, Red) tidak pernah membuat beliau nyaman menyandangnya terbukti beliau selalu menutupi identitasnya sebagai anak seorang ulama kesohor, KH Dahlan Jampes dan tidak segan-segan beliau menghilang begitu saja dari pesantren bilamana identitasnya diketahui oleh santri-santri yang lain.
Mengajar Dan Mengarang

 Dua tahun setelah ayahandanya meninggal, nama yang semula “Bakri” diganti dengan “Ihsan” sepulang beliau dari tanah suci Mekkah demi melaksanakan haji. Ayah beliau ,KH Dahlan meninggalkan pesantren yang setelah kewafatannya diembankan kepada adiknya yaitu KH. Kholil. Baru setelah empat tahun Syeich Ihsanlah yang menjadi pengasuh pesantren peninggalan ayahnya tersebut. Kemajuan pesat terjadi dalam kepengasuhan Syeich Ihsan Jampes, mulai dari kemajuan kualitas, seperti meningkatnya jumlah santri hingga membutuhkan perluasan lokasi pesantren sebanyak 15 hektar, maupun kemajuan kuantitas, seperti mulai terkonsepnya materi pelajaran dengan didirikannya Madrasah Miftahul Huda (MMH) pada tahun 1942 M.
Ditengah kesibukan mengajarnya sebagai seorang pengasuh, beliau juga menyempatkan diri untuk menuangkan pengetahuan dan keluasan ilmunya dengan cara mengarang berbagai kitab baik dibidang tasawwuf, astronomi, fikih dan lain sebagainya. Karena beliau adalah seorang Ulama yang masyhur dengan predikat sufinya, selain itu beliau juga ahli fikih, astronomi, hadist dan lain sebagainya, maka tidaklah heran jika kemudian beliau melahirkan beberapa karya yang digunakan di segala penjuru dunia. Karya beliau tidak hanya dinikmati orang muslim saja melainkan juga orang non Muslim.
Diantara kitab karangan beliau adalah,
1.    Siraj al-Thalibin (syarah kitab Minhaj al-Abidin karya Al-Ghozali), menjelaskan tentang tasawwuf.
2.    Manahij al-Imdad (syarah Irsyad al-Ibad karya Syeich Zainuddin al-Malibary), juga menerangkan masalah tasawwuf.
3.    Tashrih al-Ibarat, kitab yang menjelaskan tentang astronomi
4.    Irsyad al-Ikhwan fi Bayani Hukmi Syurbi al-Qahwah wa ad-Dukhan, menerangkan polemik tentang hukum minum kopi dan rokok.

Siraj Al-Thalibin Dan Respon Dunia

Diantara beberapa karya Syeich Ihsan Jampes yang paling terkenal adalah kitab yang berjudul Siraj al-Thalibin, menerangkan tentang tasawwuf sehingga kitab ini pula yang telah mengangkat nama pengarangnya, Syeich Ihsan Jampes kepermukaan dunia dengan predikat ulama sufi yang familiar.
Kitab yang terdiri dari dua jilid ini tidak hanya tersebar di kalangan pesantren Nusantara dan digunakan oleh umat Islam saja, melainkan juga di jadikan acuan ataupun refrensi di berbagai perguruan tinggi dunia yang mayoritas penduduknya bukanlah muslim seperti Amerika Serikat (AS), Australia, Kanada dan lain-lain. Pujian luas juga ditujukan pada kitab ini oleh kalangan ulama di timur tengah sehingga keberadaannya sebagai buku wajib untuk kajian pasca sarjana di Kairo, Mesir tidaklah mengherankan.
“Kitab ini (Siraj al-Thalibin) juga dikaji di beberapa majelis taklim kaum muslim di Afrika dan Amerika” begitu ketua PBNU, KH. Aqil Siradj, mengomentari keberadaan karya Syeich Ihsan Jampes ini, seperti dikutip dari situs NU Online.

Wafatnya Sang Muallif

Tepatnya pada hari Senin, 25 Dzul Hijjah 1371 H, yang bertepatan dengan bulan September 1952 M. Umat muslim kehilangan sang tokoh sufi lebih khususnya masyarakat Dusun Jampes, Desa putih Kecamatan Gampengrejo Kabupaten Kediri Jawa Timur. Syeich Ihsan Jampes berpulang ke rahmatullah dengan meniggalkan ribuan santri, seorang istri dan delapan anak. Wallahu a’lam.

*Mufti Shohib/Aschal*


0 komentar:

Posting Komentar