Membicarakan masalah remaja yang mulai mengalami krisis moral,
seakan kita dihadapkan pada tantangan yang cukup pelik. Tentu, dalam
menganalisisnya perlu kajian dan riset serta solusi jitu karena bagaimanapun
remaja merupakan aset agama dan bangsa yang sangat fital. Namun demikian banyak
remaja yang tidak ingat dan tidak paham dengan perannya bahkan cenderung tidak
memperdulikannya. Selalu disebut-sebut bahwa remaja kita, tak terkecuali di
Madura telah dijajah oleh budaya dan trend yang diusung oleh kaum barat.
Sebenarnya problem apakah yang telah mereka alami? Untuk lebih lengkapnya
ikutilah bincang-bincang reporter ASCHAL, Badrut_TM & Nasrullah_AM bersama KH.
D. Nawawie Sa’doellah, Sidogiri.
Bagaimana Anda melihat remaja yang moralnya kian merosot?
Saya pikir itu adalah fenomena yang suram yaa, baik dalam kehidupan beragama maupun kehidupan berbangsa. Remaja
itu kan wajah masa depan. Meskipun
kita tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan, tapi setidaknya merupakan
sunnatullah yang menjadi kebiasaan, bahwa apa yang melekat di masa muda akan terus
dibawa ke masa tua. Dalam nasehat-nasehat itu kan disebutkan: Seseorang akan mati sesuai dengan hidupnya, dan
akan dihidupkan kembali sesuai dengan matinya. Jadi, apa yang kita lakukan
sekarang ini adalah gambaran masa depan.
Bisakah Anda jelaskan mengenai motif mereka mengalami degradasi
moral?
Motifnya tentu saja sangat kompleks, dari berbagai sisi. Semua
faktor bisa berpengaruh. Namun, secara psikologis, setidaknya ada dua
ketertipuan psikologis yang banyak dialami oleh anak-anak muda. Yang pertama
adalah perasaan bahwa saya masih muda. Bahwa saya masih lama yang mau mati. Bahwa
masa muda adalah masa-masa yang harus dimaklumi, dan lain sebagainya. Pola
pikir “mumpung masih muda” ini sangat
berbahaya bagi perkembangan anak remaja, karena rata-rata dipakai sebagai
alasan untuk melakukan hal-hal negatif.
Yang kedua adalah perasaan bahwa banyak orang yang seperti saya,
atau lebih buruk dari saya. Rata-rata anak remaja nakal berpikir bahwa temannya
juga melakukan hal yang sama dengan dirinya, atau bahkan lebih parah dari
dirinya. Perasaan ini menyebabkan dia mencoba-coba hal-hal buruk, lalu terbiasa
melakukan keburukan, dengan nyaris tanpa beban moral sedikitpun.
Dari sekian banyak latar belakang, kira-kira apa yang sangat
berpengaruh hingga menjadikan mereka “brutal”?
Lebih tepatnya menurut saya bukan brutal yaa… tapi nakal. Yang
paling besar pengaruhnya, menurut saya, adalah pendidikan dan interaksi
lingkungan sosial. Begini yaa, anak
remaja itu rata-rata masih sangat labil secara emosional. Mereka belum memiliki
jati diri, sehingga mudah sekali terpengaruh dengan lingkungan. Ke mana sebuah
trend melangkah, maka ke situ pula mereka melangkah. Ironisnya, kemudian trend
ini sekarang sedang dipegang oleh Barat. Melalui perkembangan teknologi
informasi yang sedemikian rupa, Barat dengan mudahnya menciptakan trend yang
diikuti oleh seluruh dunia.
Melihat semakin merebaknya degradasi moralitas remaja, apa yang
harus kita lakukan?
Yang paling penting dilakukan adalah peran orang tua dan keluarga. Itu
kuncinya. Jika orang tua dan keluarga memiliki perhatian yang tinggi terhadap
moralitas anaknya, maka hal itu akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan
moralitas dia. Masalahnya sekarang sangat banyak orang tua yang tidak memiliki
perhatian terhadap urusan moralitas itu. Betapa banyak orang tua yang sudah
tidak peduli apakah anaknya salat atau tidak? Betapa banyak orang tua yang
tidak memperhatikan pakaian dan aurat anak remaja putrinya. Bahkan, tidak
sedikit orang tua yang melarang anak putrinya memakai jilbab, karena dianggap
kurang menarik. Ini fakta yaa, saya tidak buat-buat. Sungguh ironis
sekali!
Banyak orang tua yang sudah tidak peduli, di mana anaknya bermain,
ke mana dia pergi, dengan siapa dia berteman, hiburan apa yang dia gemari, kegiatan
apa yang dia lakukan, dan lain sebagainya. Padahal, anak-anak usia remaja itu
sangat perlu dibatasi gerak langkahnya. Kalau dibiarkan bebas, hampir pasti
mereka akan melangkah ke arah-arah yang negatif.
Di Madura misalnya, sebagai komunitas penganut paham religi, saat
ini moralitas remaja Madura sampai pada titik akhirnya. Bagaimana pandangan
Anda?
Ini gejala yang merata. Hampir tidak ada sebuah daerah yang anak-anak
remajanya terlihat santun seperti dulu, di daerah pedesaan sekalipun, apalagi
di perkotaan. Termasuk Madura! Bahkan, Madura yang tiga puluh tahun lalu
dikenal sangat menghormati nilai-nilai agama dan tradisi, boleh jadi sudah
lebih parah dari yang lain. Begini yaa, orang Madura itu dikenal sebagai
suku perantau. Iya kan!? Anak-anak muda Madura, katanya, banyak yang
merantau ke daerah-daerah perkotaan, seperti Surabaya dan Jakarta. Bahkan,
tidak jarang yang bekerja ke luar negeri.
Hal ini memiliki potensi besar untuk mengangkut budaya dan pola
pikir kota, bahkan pola pikir luar negeri, ke daerah Madura. Meski sudah
tinggal di Surabaya atau Jakarta, orang Madura perantau itu kan sering pulang ke Madura. Ini, secara
otomatis, akan men-Surabaya-kan Madura. Apalagi, dengan sudah adanya Jembatan
Suramadu. Surabayaisasi Madura tidak terelakkan, dan hampir pasti terjadi
dengan lebih cepat lagi.
Siapakah yang berperan penting untuk mengawal moralitas remaja saat
ini, selain orang tua dan pendidikan?
Yaah, tentu saja agama dan tradisi. Jika ajaran agama dan nilai-nilai
lokal yang mulia dijaga dengan baik oleh masyarakat, maka hal itu akan
menciptakan lingkungan dan tradisi yang kondusif. Secara sosiologis-psikologis,
jika ditanamkan dengan baik, agama dan tradisi akan menanamkan karakter pada
masing-masing orang yang terlibat di dalamnya. Tradisi mulia yang mengakar di
sebuah masyarakat, hal itu akan menjadi karakter bagi masing-masing anggota
dari masyarakat tersebut.
Langkah apa yang harus ditempuh untuk mencegah degradasi moral
remaja?
Semua hal lah. Seperti yang telah saya sebutkan tadi, mulai dari
pengentalan spiritualitas keagamaan, pelestarian nilai-nilai lokal yang mulia, peran
orang tua dan keluarga, juga penciptaan lingkungan yang baik, dan tentu saja
pendidikan yang tidak hanya mengedepankan aspek keilmuan, tapi juga kental
dengan aspek-aspek moral-spiritual.
Mungkin ada pesan untuk para remaja, khususnya remaja Madura?
Pesan saya, sibukkanlah diri dengan sesuatu yang bermanfaat. Tidak
adanya aktivitas yang bermanfaat, akan membuat Anda berpikir untuk mengisi
waktu dengan kesenangan-kesenangan yang sangat merugikan diri Anda dan masa
depan Anda. Lalu, setelah itu, jangan mudah tertipu oleh kecenderungan teman
dan trend yang sedang marak di kalangan remaja.
0 komentar:
Posting Komentar