(Tab Widget 2)

Minggu, 05 Februari 2017

DIORAMA TASBIH AIRMATA (ASCHAL Edisi 14)


   Puisi, sebuah karya sastra yang membuatku mengenal cinta, kecintaanku pada sastra mengenalkanku pada seorang pemuda Zaki Ezie az-Zami, nama yang sering membuat hatiku tak menentu, pesonanya tak hanya terpancar dari wajahnya, namun tingkah laku,  hati dan semua yang ada pada dirinya. Dia pemuda yang berhasil merebut dan menawan hatiku, kemahirannya dalam mencoretkan pena, suara emasnya ketika membaca tartilul Qur’an, membuatku tak bisa lupakan pancaran cahaya di wajahnya. Sebuah perkenalan yang tak disengaja, disaat pesantren tempatnya menuntut ilmu mengadakan lomba pidato tiga bahasa, dan aku Ana Naurel el-Hidayah merupakan salah satu dari peserta lomba tersebut, sungguh perkenalan singkat yang memikat.
“Naurel,you get telephone call”.
“ok,wait the moment sister”.
Tidak biasanya ummi memberi tahuku terlebih dahulu ketika hendak menjengukku di pesantren, Aneh….!!
Al-hawa min an-nawa, Al-bu’du yazidul qalba wa lu’an. Kisah cinta yang terjalin diantara dua insan di pesantren berbeda memang membutuhkan kepercayaan dan kesetiaan yang besar, keberaniaan menahan rindu adalah hal yang harus dilakukan, bahkan menjadi sebuah kewajiban.
Kuntu fi syauqil ‘amiq”. keluh hatiku.
“Ya Allah..Semuga kak Ezie benar-benar menjadi jodoh yang engkau anugrahkan padaku, Aamin”.sebait doa yang sering aku panjatkan disetiap akhir ruku’ dan sujudku.
Perjanjian cinta yang kupatrikan, sekuat hati akan aku coba untuk menjaganya. Meski terkadang nafsu menggodaku untuk mengikutinya, diriku mencoba melawannya kadang nafsu mendorongku untuk mendatangi dan menemuinya sekedar untuk menumpahkan rindu yang menyesakkan.Tapi peraturan pesantren yang begitu ketat melumpuhkan nafsu itu.
Alhamdulillah “Ini adalah konsekuensi cinta”. ku coba kuatkan tekad dalam hati. Lindungi cinta kami ya rob.
Senja, semoga cinta yang kuberi terus kau jaga (purnamamu). Purnama, semoga senyum yang kupersembahkan padamu selalu kau rindu (senjamu). “Nak, maaf ummi baru menceritakan perihal perjodohan ini padamu,sebab memang sedari awal abah dan ummi merencanakan untuk memberitahumu ketika usiamu beranjak 20 Tahun”. Ummi menjelaskanku dengan lembut, namun tetap saja dada ini begitu sesak terasa, aku benar-benar tak habis pikir kenapa budaya perjodohan ini terus saja bertahan hingga detik ini,dan sekarang menimpaku.
Mengkarat. cinta itu mulai sekarat
Terangkai, perangai mulai terurai
Menjelajahi waktu, pada titik tak tentu
Aku bukanlah bidadari itu
Yang bermata nila diwajah semesta
Aku bukanlah bidadari itu
Yang berhati bersih, bak air yang jernih
Kilau itu mulai mencekam
Tecabik asa yang mulai binasa
Bukan rindu…!
Karna hati selalu berseru, haru
Itu cumbu….!
Dipelupuk mata sang benalu
Bukan aku bidadari itu
Yang slalu ku puja sepanjang masa
Bukan aku bidadari itu
Yang kau beri sejuta rayu
Tuk balaskan pengabdian waktu
Let the world stop running/let the sun stops shining/let them tell me love not worth going trought/if those all fall apart,I’ll know deep in my heart/the only dream that matered had come true in this life,I was covered by you.
“Assalamu’alaikum kak, ini aku, Naurel”.
“kok tumben nelvon, dik…?”.
“Ea kak, sekarang kakak cukup mendengarkanku saja, sebab aku tak diberi banyak waktu, sebelumnya aku minta maaf kak, beberapa hari yang lalu, ummi memberitahuku tentang perjodohanku yang telah lama direncanakan, dan aku benar-benar tidak tahu tentang hal itu, aku memang bukan Siti Nurbaya, tapi aku tak memiliki kemampuan untuk menolak kehendak abah dan ummi kak. Afwan..karna aku tak bisa mempertahankan rajutan hubungan kita, semuga kakak dapat mengerti, aku doakan semuga kakak mendapatkan bidadari sholehah, aku harap tak ada rasa benci diantara kita. Terimakasih atas waktunya kak, wassalamualaikum”. Langsung saja aku tutup sambungan telephone itu, sebab aku takkan mampu mempertahankan tumpahan air mataku, jika aku mendengar suaranya yang khas, lembut namun penuh ketegasan.
If loving you is a cream, I might be punished to death, if loving you is a mistake, I would make thoushand of them, but if loving you is losing you, may I go the apposite direction.
Diseberang sana seorang lelaki duduk menyendiri,disudut sepi, ada senyum penuh arti yang timbul setelah sambungan telephone ditutup secara tiba tiba oleh orang yang dia cinta. Senyum penuh misteri senyum yang sulit untuk dimengerti.
“Ya Allah jadikanlah aku wanita sholehah, bagi kedua orang tuaku, guruku dan suamiku, Aamin”.
Disepertiga malam yang sunyi, kucoba merajut cinta dalam sepi, berharap cinta yang selama ini kujaga cepat terlupa, dan tergantikan dengan cinta yang baru untuknya, calon imamku.
“Allahumma robbana hablana minladunka zaujan toyyiban wa yakuna shohiban lii fii ad-dini wa ad-dunya wa al-akhiroh”.
Kenapa begitu sulit ya rob, aku mau tapi aku tak mampu, meski hanya untuk menghapus namanya dari fikiranku,
Jangan dekat atau jangan datang kepadaku lagi, aku semakin tersiksa karna tak memilikimu, ku coba jalani hari dengan pengganti dirimu, tapi hatiku selalu berpihak lagi padamu,mengapa semua ini, terjadi kepadaku,tuhan maafkan diri ini, yang tak pernah bisa menjauh, dari angan tentangnya, namun apalah daya ini, bila ternyata sesungguhnya aku terlalu cinta dia. “Naurel, 2 bulan lagi akan di adakan ta’arufan, abah dan ummi akan menjemputmu ke pesantren, 1 bulan setelah itu pernikahanmu akan dilaksanakan”.
“Engghi,mie”. Namun ternyata semua tidak sesuai rencana, tak ada ta’arufan, 1 minggu lagi pernikahanku akan dilaksanakan, tak ada alasan jelas kenapa pernikahanku dipercepat, aku hanya mampu mengangguk dan pasrah, ini hidupku. Bismillah. “Adik…” suara lembut yang tak asing itu mengagetkanku. “ka’ Ezie,,,?!”.kagetku penuh Tanya. “Ehem ehem,,,!!!” Seisi ruang tamu dirumahku gaduh. Ada apa ini…?? Aku benar benar tak dapat mengerti ”. Ternyata Allah mempertemukan kita untuk bersama,dik”. Ucapnya sembari mengedipkan sebelah matanya juga senyuman yang menggoda. Subhanallah..ternyata dia..!! syukurku tiada henti setelah aku tahu bahwa ka’ Ezie lah yang akan menjadi imamku, aku pasti sangat bahagia menjalani hari hariku. “Qobiltu nikahaha wa tazwijaha bil mahril madzkur, haalan”. Sujud syukur kulakukan setelah akad selesai dilaksanakan. Senyum simpul tak dapat aku bendung lagi, bersama aliran airmata bahagia, aku tak sabar melihat senyum ka’ Ezie, terakhir aku bertemu 1 minggu yang lalu, sungguh rindu telah menguasai hatiku, aku hanya termangu di dalam kamar pengantinku. Sekitar jam 19.00 wib semua tamu undangan telah kembali pulang, namun suara gaduh di beranda rumah memaksaku keluar dari kamar pengantinku. Aku mengenal tubuh yang terbaring di tengah kerumunan keluargaku. Semua mata memandangku iba.
“Ka’ Ezie kenapa,mie,,,?”.tanyaku dalam kesadaran yang tak sempurna.
“penyakit jantung suamimu kambuh, yang tabah nak, semua yang terjadi telah menjadi kehendak sang maha kuasa”. Mata ummi berkaca-kaca.
Aku merasa tubuhku begitu ringan, bagai kapas yang terhempas. Apa lagi ini ya rob…?!
“ka’ bangunlah..!”. Aku menyentuh pipi pucat suamiku, dingin.
“Nadinya tak berdenyut lagi,,,!!!”. Ucap salah seorang di kerumunan itu, malam pernikahanku  penuh dengan tangis.
Ya Allah,,hamba mohon berilah sedikit waktu pada ka’ Ezie, aku hanya ingin melalui malam ini bersama ka’ Ezie, jika menurut engkau itu terlalu lama ya rob, biarkanlah suamiku sadar, agar dia dapat mencium keningku sembari melafadzkan sebait doa untukku, jika itu masih terlalu lama biarkan suamiku sekedar tersenyum padaku, biarkan ka’ Ezie menatapku meski sejenak”. Erang hatiku.
“Menangislah nak, tumpahkan semua kesedihan yang kau rasa”. Mertuaku mendekapku erat.
Aku ingin sekali tuk alirkan airmata ini, tapi aku tak bisa, aku tak mampu, aku lumpuh, rapuh, aku kaku, beku bak batu. Semua kini benar-benar telah berakhir, malam ini malam pertama dan terakhirku menjadi seorang istri. Allahu robbi,,,kuatkan hambamu ini.
“Naurel mencintai ka’ Ezie karna Allah, ternyata Allah juga mencintai ka’ Ezie, sehingga Allah lebih ridho ka’ Ezie dekat dengan-NYA, selamat jalan ka’, tunggu aku di pintu surga”. Bisikku terusik.
Mungkin akan berat dan sulit ketika semua mimpi yang selama ini kurajut, harus musnah begitu saja, kenapa kebahagiaan ini begitu cepat berlalu pergi,,,?!
“Aku hanya ingin menjadi penyair bagi dirimu suamiku, yang dengan setia menyuguhkan sebait puisi sebagai peneman secangkir kopi disetiap pagi”. Namun semua telah berbeda, aku, kamu, cinta kita, milik Allah, dan cepat atau lambat akan kembali pada Allah, sebab kehidupan bagaikan tasbih, bermula dan berakhir di titik yang sama.
Memulai,,,menelaah kisah antah berantah
Bercerita cinta, berkawan dusta
Bukan ini harapan hati, sunyi
Karna purnama pun mulai enggan bercahaya
Rindu dibalik pelangi itu, ada
Cinta dibalik lembayung senja itu, nyata
Wahai pujangga tanpa cinta
Menarilah meski tanpa nada
Biarlah irama tak bersuara
Sebab lirik mulai tak menarik
Bayang pun  menghilang
Kini….
Air,
Debu,
Masa,
Waktu,
Tak mampu lagi menghapus jejakmu.
‘’Everything Come And Goes Leaving Memories Behind’’(Reality of life)
Opus Writen By; Putri Kata

TMI Darul Ittihad

0 komentar:

Posting Komentar