KITA
BENAHI SISTEM PEMILU YANG TERLANTAR
Atau,
KITA TUNGGU KEHANCURAN
Prolog.
Sistem demokrasi yang diimplemintasikan melalui gawe
pemilu ini selalu menarik perhatian untuk dikaji karena disini akan
mengakomodir seluruh suara bangsa untuk mewujudkan satu visi yang sama yaitu
kesejahteraan bersama. Ada banyak polemik, pro dan kontra yang menyemarakkan
terselenggaranya pemilu. Lalu bagaimana kalangan pemuda Indonesia harus
menanggapi dan dimana posisinya serta apa fungsinya.? Mari kita ikuti wawancara
ekseklusif reporter ASCHAL, Nasrullah Am
dan Abd. Fattah bersama KH. Hasani Zubair, S. IP, M. K.P., selaku Pimpinan
Cabang Gerakan Pemuda ANSOR NU Kabupaten Bangkalan.
Pendapat Bapak Kiai terhadap pemilu 2014 mendatang?
Pertama, Sebenarnya pemilu ini mencerminkan adanya sistem
demokrasi di negara ini. baik itu pilpres, pilgub, atau pilbub dll. Kedua,
kami selaku tokoh pemuda mempunyai harapan agar pemilu 2014 yang akan datang
ini menjadi pemilu yang jauh lebih baik, demokratis dan bersih, sehingga bisa
mengangkat sosok pemimpin yang betul-betul membanggakan, sesuai dengan apa yang
diharapkan oleh rakyat Indonesia.
Peran Tokoh Pemuda dalam mengawal
suksesi demokrasi 2014 dan langkah yang
harus dilakukan?
Pemuda sebagai regenerasi kepemimpinan
dalam hal ini memiliki peran yang sangat besar yaitu untuk dapat merekonstruksi
sistem pemilu yang mungkin memang sangat perlu untuk diperbaiki. salah satu
langkah yang harus dilakukan yaitu mengajak kaum muda sendiri dan para
masyarakat agar lebih kritis dan lebih peka. pemuda sangat dibutuhkan agar
dapat berperan mengawasi dan mengontrol pelaksanaan pemilu atau jalannya
demokrasi yang ada di Indonesia.
Secara spesifik, di ANSOR NU ini
sendiri langkah apa yang telah dipersiapkan?
Beberapa waktu yang lalu kita
mengadaklan PKD yaitu pelatihan kepemimpinan dasar. dalam pelatihan itu kita di
ajarkan menjadi pemimpin yang penuh tanggung jawab dan berintegritas. dan
pelatihan tidak hanya setagnan pada PKD saja, tapi setelah itu kita berlanjut
ke jenjang pelatihan kepemimpinan lanjutan atau PKL dan setelah itu berjenjang
lagi ke ke tingkat nasional namanya pelatihan kepemimpinan nasional yang di
singkat PKN. Dan ini tidak lepas
bertujuan untuk mencetak kader-kader pemimpin masa depan atau pemimpin dari
kalangan Nahdiyyin untuk berkiprah dan sesuai dengan keinginan atau harapan
kita khususnya masyarakat Nahdiyyin.
Makanya dalam istilah ANSOR itu yang
di maksud PC itu bukan pengurus cabang akan tetapi PIMPINAN cabang. Beda dengan
singkatan yang di gunakan pada umumnya. Ini kan juga termasuk upaya untuk
mencetak kader pemimpin. Ya minimal pemimpin rumah tangga (dengan nada guyon).
Di GP ansor memang seperti itu, bahkan dalam salah satu yel-yelnya Gp ansor
yaitu “siapa kita, Ansor NU. NKRI harga mati. Pancasila jaya” Dan ini adalah
sebuah doktrin dalam idiologi keorganisasian dan umumnya pada organisasi NU dan
kita wajib menjaga NKRI yang berasakan Pancasila karena banyak yang paham di
luar aswaja sehingga NKRI akan terpecah belah. dari situlah kami di minta untuk
mengawal pemuda-pemuda ini dan mengawasi agar menjadi kader-kader yang baik.
kami sering mendapatkan motivasi dan bimbingan dari PCNU bangkalan yaitu KH.
Fachri, yang juga kakak saya, agar GP
Ansor ini bersinergi dan harapan beliau saling melengkapi sehingga berjalannya
NU dan badan otonomnya ini berjalan sejajar atau selalu selaras dan tambah
kuat.
Perlukah pemuda terlibat langsung
sebagai calon pemimpin atau bahkan presiden?
Saya kira tidak ada salahnya jika
memang barisan kaum pemuda sekarang ini lebih aktif. paling tidak sebagaimana
tercermin dalam semboyan yang familiar yaitu “yang muda yang terampil, yang
kreatif, yang berbicara, yang bertanggung jawab” dan lain sebagianya. Semboyan
seperti ini mestinya menjadi sebuah dorongan ataupun motivasi bahwa pemuda
sudah saatnya tampil, sudah saatnya berkiprah dan menampilkan sebuah jati diri
seorang pemimpin yang memiliki integritas dan bertanggung jawab. Kalau disini
konteksnya adalah pemuda maka kami sangat berharap para pemuda bisa berperan
lebih aktif.
Masyarakat sudah menaruh harapan
yang sangat besar pada pemilu 2014 mendatang. seakan-akan perubahan Indonesia
baru bisa di tata pasca 2014. Pandangan kiai?
Saya kira, kalau toh nanti kedepanya
ini masyarakat menaruh dan meng-elu-elukan pemimpin yang lebih tegas, bijak,
dan bersih menjadi seorang pemimpin, hal ini harus dimulai dari hal yang lebih
awal dulu yaitu bagaimana sistemnya dulu yang diperbaiki. Jadi mengimpikan
sosok pemimpin yang baik itu kita harus melewati cara yang baik pula saat memilih.Jadi siapapun yang akan menjadi pemimpin, hal
itu tidak lepas dari sistemnya terlebih dahulu yang nantinya akan menghasilkan
sosok pemimpin yang bijak dan memiliki jati diri seorang pemimpin yang
betul-betul berintegritas sehingga mampu memperbaiki nasib Indonesia khususnya
dalam 5 tahun kedepan.
Fakta menunjukkan bahwa Indonesia
mengalami krisis multidimensi termasuk di sektor demokrasi dan kepercayaan.
Yang paling dominan untuk disalahkan?
Saya kira dalam hal ini tidak perlu
mendeteksi siapa yang harus disalahkan. kita anggap ini adalah sebuah kesalahan
kita semua. Dalam masalah politik
misalnya, selama ini penyuluhan sosial politik masih sangat kurang, lebih-lebih
kepada tatanan tataran masyarakat bawah seperti halnya di pedesaan. parahnya
lagi, kita malah justru selalu di suguhkan oleh hal-hal yang sangat miris,
seperti mewabahnya kasus korup yang menimpa para pejabat negara mulai dari
pejabat daerah hingga pejabat pusat. Ini kan malah mencerminkan keadaan
politik yang buruk. Moneypolitik misalnya, kecerobohan seperti ini sangat
banyak kita temui diberbagai tingkatan pemilu. Bahkan di momen pilkades
sekalian.
Nah. disini peran kita semua khususnya kaum muda sekarang untuk mengajak
bagaimana mengajarkan pendidikan politik yang baik untuk masyarakat, di mulai
dari lingkungan kita, keluarga kita, tetangga sekitar kita dan mungkin lebih
meluas dari pada itu. Bahwasanya kita harus mentransformasikan pendidikan
politik yang baik untuk mereka. Ya tentu yang pertama harus dimulai dari kita
pribadi sebagai orang yang juga memiliki hak suara dalam pemilu harus
betul-betul peka, tahu dan mengerti bagaimana kemudian kita memanfaatkan hak
suara sesuai dengan pilihan hati nurani. Saya kira seperti itu.
Sedikit tentang NU, ada banyak kader
NU yang terlibat dalam pencalonan. Dampaknya kepada NU sendiri menurut kiai?
Sebenarnya saya sendiri kurang
faham. PBNU itu dulu waktu sesudah terpilihnya pak Said Aqil menyatakan kalau
PBNU ini orientasinya lebih banyak berkiprah di dunia pendidikan keagamaan
yakni pesantren. sedangkan Said Agil sendiri sudah menyatakan secara pribadi
kalau dirinya tidak akan terjun atau ikut dalam pilpres dan lain sebagainya.
Kalau terkait dengan dukungan saya kira itu menjadi sebuah hak masing-masing
organisasi apapun dan dimanapun. Terkait bagaimana ketika ada kader NU ikut
dalam pilpres, kalau menurut saya pribadi itu adalah hal yang perlu kita
banggakan, asalkan mereka tidak membawa bendera NU. Tentu ketika ada kader NU
ikut mencalonkan diri menjadi capres sudah sepatutnyalah kita sebagai kader NU juga ikut mendukung bahkan sangat
mendukung.
Kesan bapak kiai terhadap
kepemimpinan pak SBY selama sepuluh tahun?
Kita tahu pak SBY ini dalam
kepemimpinannya sudah dua priode, secara pembacaan politiknya, pak SBY bertahan
dua periode itu sudah luar biasa. itu plusnya. tapi disini kalau menurut saya
pribadi, kesan atau penilain terhadap kinerja pak SBY ini juga masih banyak
kekurangan terutama dalam hal kesejahteraan. intinya dalam kepemimpinannya pak
SBY pasti ada plus dan minusnya. Seperti terbentuknya KPK dan lain sebagainya
atau juga sisi minusnya berupa kebijakan SBY yang dianggap kurang tegas. Kalau
saya pribadi menilai secara global iya masih perlu banyak aspek yang harus
dibenahi.
Evaluasi dari demokrasi tahun yang
lalu?
Yang jelas masih terdapat banyak
yang hal perlu dievaluasi untuk kemudian dibenahi dan di perbaiki, mulai dari
sistem dan berbagai aspek lainnya. Terutama yang paling marak terjadi dalam
berbagai pemilu adalah terjadinya banyak kecurangan-kecurangan atau hal-hal
lain yang mencerminkan demokrasi secara bersih. disitu masih banyak terjadi
pelangaran-pelanggaran dan sabagiannya.
Terakhir, himbauan kepada Masyarakat
khususnya pemuda?
Harapannya seperti yang telah kami
sampaikan di awal, kami atas nama kalangan pemuda sangat berharap kepada
masyarakat khususnya para pemuda untuk lebih peka dan kritis terhadap keadaan
lingkungan sosial terlebih dalam hal yang berkaitan dengan politik. Segenap
kalangan masyarakat diharapkan bisa proaktif dalam mengawal dan mengontrol
berlangsungnya PEMILU ini. Karena jika kita hanya melakukan pembiaran, dalam
artian tidak mau menggubris kecurangan-kecurangan diatas maka ya tunggulah
kehancurannya. Ini semua tidak lain agar supaya dalam pemilu ini kita
betul-betul menghasilkan sosok pemimpin yang ideal untuk Idnonesia dan sesuai
dengan keinginan rakyat.
0 komentar:
Posting Komentar