Sufyan
al-Tsauri pernah bertanya pada seorang laki-laki perihal kebiasaannya membaca
shalawat dalam setiap langkahnya, maka laki-laki itu pun kemudian bercerita:
“ Suatu
ketika, saya bersama ayah saya pergi ke Baitullah al-Haram untuk melaksanakan
ibadah haji. Hingga setibanya kami di suatu tempat, ayah saya jatuh sakit. Saya
pun menyadari apa yang harus saya lakukan, mengobatinya. Lalu di suatu malam,
ketika saya berada di dekat kepalanya, ayah saya menghembuskan nafas terakhir ,
mukanya menjadi hitam. Kalimat innalillah wa inna ilaihi rajiun
saya ucapkan seiring duka yang amat menyayat. Saya tutupi wajahnya dengan
sehelai kain sarung. Tiba-tiba rasa kantuk menyerang saya sehingga saya pun
terlelap dalam tidur. Dalam tidur itu saya bermimpi bertemu dengan sosok
laki-laki yang tidak pernah saya lihat ketampanan yang menyamainya, tidak
pernah saya lihat pakaian yang lebih bersih dari apa yang dipakainya, tidak
pernah pula saya dapati yang lebih harum dan wangi dari padanya. Laki-laki itu
berjalan mendekati jasad ayah saya. Setelah sampai, ia membuka kain yang
menutupi wajah ayah lalu mengusapkan telapak tangannya kepada muka ayah,
kemudian muka ayah saya menjadi putih berseri seketika. Setelah itu, laki-laki
tersebut langsung hendak pergi akan tetapi saya menahannya kemudian saya
bertanya, “Wahai hamba Allah, siapakah engkau yang telah diberi amanah oleh
Allah kepada jasad ayahku di tempat yang asing ini?”, laki-laki itu kemudian
menjawab, “Tidakkah kamu mengenaliku,? Aku adalah Muhammad ibni Abdillah Shahib
al-Qur’an. Ayahmu memanglah seorang yang lalai, akan tetapi dia selalu
memperbanyak shalawat kepadaku, dia selalu minta pertolonganku dan aku adalah
penolong bagi setiap orang yang memperbanyak membaca shalawat kepadaku”.
Seketika itu saya terbangun dari tidur dan kudapati wajah ayah telah menjadi
putih berseri-seri. Wallahu a’lam.
Oleh:
Lancenk Ceria
Disarikan
dari kitab Tanbih al-Ghafilin.
0 komentar:
Posting Komentar