Lirik-lirik lagu tentang masyarakat Madura banyak bertebaran di
banyak media, bak jamur di musim hujan. Ada yang beljudul ‘oreng madureh
geoge,’ dan dari pihak oposisi membuat lagu tandingan bahwa ‘oreng madureh
benni geoge.’
Namun, apapun bentuk judul dari semua lagu-lagu Madura itu, intinya
tak lepas dari sebuah apresiasi terhadap kultur Madura mulai sejak dulu hingga
sekarang yang religius dan penuh tatakrama, dengan menafikan dari segelintir
kata-kata yang terkadang dinilai fulgar.
Islam masuk ke bumi Madura melalui jalur perdagangan,
yaitu di Sumenep pada awal abad XV dan di Bangkalan pada abad XVI tepatnya di
Arosbaya, dan terus mengalami perkemabangan. Karena itu, penduduk Madura hingga
kini boleh dikatakan 99% atau mayoritas beraga Islam.
Lalu,
muncullah apresiasi yang membanggakan. Jika Aceh kita sebut dengan serambi
Makkah, maka Madura oleh sebagian ulama dijuluki dengan serambi Madinah, karena
termasuk urutan kedua setelah Aceh tentang membuminya Islam di nusantara yang paling
familiar dan terkokoh. Terbukti dengan banyaknya pesantren-pesantren, masjid,
musholla dan menjamurnya ritual-ritual keagamaan yang dapat disaksikan di
mana-mana.
Namun sejauh itu, sudah jamak diketahui, perubahan zaman yang
ditandai dengan majunya ilmu pengatahuan dan teknologi, kadang dapat
mempengaruhi eksistensi kurtur budaya yang sudah mengakar. Terutama kaum remajanya.
Itulah potret masyarakat Madura saat ini.
Kenapa
membicarakan remaja? Sebab remaja atau pemuda adalah tumpuan bangsa di hari
mendatang. Merekalah yang memiliki potensi untuk mewarnai perjalanan sejarah
umat manusia pada umumnya. Semua kalangan menganggap pemuda sebagai tenaga
paling revolusioner, karena secara psikologis manusia mencapai puncak hamasah
(gelora semgangat) dan quwwatul jasad (kekuatan fisik) pada usia muda.
Hal tersebut menumbuhkan semangat pergerakan dan perubahan. Ibnu
Abbas berkata: “Tidaklah Allah memberikan kepada seorang hamba ilmu
pengetahuan kecuali kepada para pemuda, karena banyak kelebihan dan kebaikan
yang terdapat di dalamnya.”
Dalam setiap kurun waktu, kemarin, kini dan esok, pemuda senantiasa
berdiri di garis terdepan. Baik sebagai pembela kebenaran yang gigih ataupun
sebagai pembela kebatilan yang canggih. "Seribu orang tua hanya dapat
bermimpi, satu orang pemuda dapat mengubah dunia." "Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan
kucabut semeru dari akarnya. Berikan Aku 10 Pemuda maka akan
kuguncang dunia." Inilah di antara pidato Bung Karno tentang eksistensi pemuda.
Mempersoalkan
kenakalan remaja, khususnya Madura, seakan sudah sangat membosankan. Apalagi
berupaya menanggulangi, seolah ingin mencampurkan air dengan minyak tanah yang
tak mungkin berhasil, atau sulit terjadi. Tapi kata orang, tak ada yang tak
mungkin di dunia ini.
Virus-virus
yang rentan menjangkiti kehidupan remaja antara lain adalah; gaul eror dan kerancuan
asmara. Gaul eror yang diartikan
sebuah model, pola, dan gaya hidup yang cenderung mengarah pada kemewahan. Kerancuan asmara yang sering terjadi,
adalah selaras dengan slogan mereka bahwa katanya cinta itu buta, bahkan tuli. Nampaknya
motto mereka benar adanya. Pecinta terkadang tak tahu malu, tak dapat melihat
teguran dan tuli akan sebuah nasihat. Mereka tak ubahnya pecundang yang menganggap
puas dengan hal remeh, dan menangis ketika kehilangan.
Antara lain yang dapat merusak moral remaja;
1. Kurangnya perhatian dan pendidikan agama oleh keluarga.
Fanatisme masyarakat Madura terhadap agama dahulu patut
dibanggakan, sebab terbukti hanya itulah yang dapat menyelamatkan mereka dari
akhlak yang tercela. Orang tua sebagai tumpuan utama, dan guru adalah rujukan
para orang tua. Titah seorang guru bagai mesin penggerak dalam hati mereka,
hingga tak dapat dirubah walau dengan apapun.
Maka sangat pentinglah peran orang tua terhadap baik
buruknya moral remaja. Dengan itu
Sayyidina Umar t. memberikan pernyataan “Didiklah anak-anakmu,
karena mereka akan hidup pada zaman yang berbeda dengan zamanmu.”
2. Pengaruh lingkungan yang tidak baik. Kebanyakan
remaja sekarang, terlebih yang tinggal di kota besar menjalankan kehidupan yang
individualistik dan materialistik. Sehingga kadang kala didalam mengejar
kemewahan tersebut mereka sanggup berbuat apa saja tanpa menghiraukan baik atau
buruknya.
Dalam catatan sejarah, lingkungan yang paling bersahabat
dengan kehidupan remaja satu-satunya adalah pesantren, sebab dalam pesantren
sudah tersetting sedemikian rupa untuk memenuhi kebutuhan mereka dan kemudian
mencetak mereka menjadi pemuda yang sesuai harapan bangsa.
3. Tekanan psikologi yang dialami. Ketika di
rumah diakibatkan adanya perceraian atau pertengkaran orang tua yang
menyebabkan si-anak tidak betah di rumah dan menyebabkan dia mencari
pelampiasan. Kurangnya rasa kasih sayang anak terhadap orang tua, karena
keringnya sentuhan batin dan tutur sapa, diakibatkan menjauhnya orang tua yang
ada di negeri rantau untuk mencari uang, sehingga yang mengurusi keseharian
mereka adalah baby sitter yang kadar kasih sayangnya tidak sama dengan orang
tuanya sendiri.
4. Gagal dalam pendidikan. Remaja yang
gagal dalam pendidikan atau tidak mendapat pendidikan, mempunyai waktu senggang
yang banyak, jika waktu itu tidak dimanfaatkan sebaik-baiknya, bisa menjadi hal
yang buruk ketika dia berkenalan dengan hal-hal yang tidak baik untuk mengisi
kekosongan waktunya.
Sudah menjadi kesepakatan bersama bahwa, rusaknya tatanan
negara, stagnasi nilai ahlakul karimah, maraknya peraktik suap dan korupsi,
serta masalah-masalah bangsa yang semakin akut adalah disebabkan gagalnya dalam
pendidikan.
5. Peranan Media Massa. Remaja
adalah sekelompok manusia yang mudah dipengaruhi, karena
remaja sedang mencari identitas diri sehingga mereka dengan mudah untuk meniru
atau mencontoh apa yang dia lihat, seperti pada film atau berita yang sifatnya
kekerasan, dan sebagainya.
Mereka nyaris kebingungan dalam memilih siapa dan dari
mana begron idolanya, namun hanya yang rajin dipertontonkanlah yang sangat
dominan akan menyutradarai kehidupan mereka. Dengan itu, perlulah kiranya
memilihkan idola yang pas bagi mereka menurut takaran agama. Seperti mengenalkan
sejarah ulama-ulama pendahulu kita yang sukses dalam segala bidang. Agar selera
hidup yang mereka jalani tidak semerta mengcopy-paste para artis murahan,
bintang sepak bola yang buta agama dan segudang wajah-wajah asing yang memenuhi
banyak media.
Musuh-musuh Islam telah mengakui bahwa Islam tidak
mungkin bisa dikalahkan denga senjata, akan tetapi mereka bilang “Sesungguhnya kita sudah menderita
kerugian besar dalam berbagai medan pertempuran dengan kaum muslimin. Kita
merugi ketika memerangi mereka dengan berbagai jenis rudal, kapal-kapal jet dan
bom. Jadi, di hadapan kita hanya ada satu cara lagi untuk memerangi mereka,
yaitu perang dengan botol arak, perempuan, nyanyian dan majalah amoral.”
6. Perkembangan teknologi modern. Mengakses informasi
dengan cepat, mudah dan tanpa batas juga memudahkan remaja untuk mendapatkan
hiburan yang tidak sesuai dengan mereka. Yang mengherankan ternyata
perkembangan teknologi hanya akan membuat manusia semakin bodoh. "Kemampuan
intelektual tertinggi pada manusia terjadi saat manusia berada di era nonverbal
dan liar. Saat itu, mereka harus memikirkan cara-cara untuk tidak dimakan oleh
binatang liar," kata Gerald Crabtree melalui penelitiannya.
Tentu salah
besar bila masyakat Madura hanya bisa mempersoalkan kemajuan zaman akan
pengaruhnya terhadap kehidupan, sebab zaman akan tetap berlaju. Namun langkah
idealnya adalah harus siap siaga untuk menghadapinya, dengan tameng keimanan
dan pendidikan.
Selanjutnya, masyarakat Madura patut berbangga dengan predikat
serambi Madinahnya, apabila dapat menjaga eksistensi dan kelestariannya dari
pengaruh lain yang berusaha merongrongnya. Semoga…!
Shofiyullah/Aschal*
0 komentar:
Posting Komentar