(Tab Widget 2)

Selasa, 07 Februari 2017

MADURA, SERAMBI MADINAH YANG TERANCAM PUNAH (ASCHAL Edisi 14)



Lirik-lirik lagu tentang masyarakat Madura banyak bertebaran di banyak media, bak jamur di musim hujan. Ada yang beljudul ‘oreng madureh geoge,’ dan dari pihak oposisi membuat lagu tandingan bahwa ‘oreng madureh benni geoge.’
Namun, apapun bentuk judul dari semua lagu-lagu Madura itu, intinya tak lepas dari sebuah apresiasi terhadap kultur Madura mulai sejak dulu hingga sekarang yang religius dan penuh tatakrama, dengan menafikan dari segelintir kata-kata yang terkadang dinilai fulgar.
Islam masuk ke bumi Madura melalui jalur perdagangan, yaitu di Sumenep pada awal abad XV dan di Bangkalan pada abad XVI tepatnya di Arosbaya, dan terus mengalami perkemabangan. Karena itu, penduduk Madura hingga kini boleh dikatakan 99% atau mayoritas beraga Islam.
Lalu, muncullah apresiasi yang membanggakan. Jika Aceh kita sebut dengan serambi Makkah, maka Madura oleh sebagian ulama dijuluki dengan serambi Madinah, karena termasuk urutan kedua setelah Aceh tentang membuminya Islam di nusantara yang paling familiar dan terkokoh. Terbukti dengan banyaknya pesantren-pesantren, masjid, musholla dan menjamurnya ritual-ritual keagamaan yang dapat disaksikan di mana-mana.
Namun sejauh itu, sudah jamak diketahui, perubahan zaman yang ditandai dengan majunya ilmu pengatahuan dan teknologi, kadang dapat mempengaruhi eksistensi kurtur budaya yang sudah mengakar. Terutama kaum remajanya. Itulah potret masyarakat Madura saat ini.
Kenapa membicarakan remaja? Sebab remaja atau pemuda adalah tumpuan bangsa di hari mendatang. Merekalah yang memiliki potensi untuk mewarnai perjalanan sejarah umat manusia pada umumnya. Semua kalangan menganggap pemuda sebagai tenaga paling revolusioner, karena secara psikologis manusia mencapai puncak hamasah (gelora semgangat) dan quwwatul jasad (kekuatan fisik) pada usia muda.
Hal tersebut menumbuhkan semangat pergerakan dan perubahan. Ibnu Abbas berkata: “Tidaklah Allah memberikan kepada seorang hamba ilmu pengetahuan kecuali kepada para pemuda, karena banyak kelebihan dan kebaikan yang terdapat di dalamnya.”
Dalam setiap kurun waktu, kemarin, kini dan esok, pemuda senantiasa berdiri di garis terdepan. Baik sebagai pembela kebenaran yang gigih ataupun sebagai pembela kebatilan yang canggih. "Seribu orang tua hanya dapat bermimpi, satu orang pemuda dapat mengubah dunia." "Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Berikan Aku 10 Pemuda maka akan kuguncang dunia." Inilah di antara pidato Bung Karno tentang eksistensi pemuda.
Mempersoalkan kenakalan remaja, khususnya Madura, seakan sudah sangat membosankan. Apalagi berupaya menanggulangi, seolah ingin mencampurkan air dengan minyak tanah yang tak mungkin berhasil, atau sulit terjadi. Tapi kata orang, tak ada yang tak mungkin di dunia ini.
Virus-virus yang rentan menjangkiti kehidupan remaja antara lain adalah; gaul eror dan kerancuan asmara. Gaul eror yang diartikan sebuah model, pola, dan gaya hidup yang cenderung mengarah pada kemewahan. Kerancuan asmara yang sering terjadi, adalah selaras dengan slogan mereka bahwa katanya cinta itu buta, bahkan tuli. Nampaknya motto mereka benar adanya. Pecinta terkadang tak tahu malu, tak dapat melihat teguran dan tuli akan sebuah nasihat. Mereka tak ubahnya pecundang yang menganggap puas dengan hal remeh, dan menangis ketika kehilangan.
Antara lain yang dapat merusak moral remaja;
1. Kurangnya perhatian dan pendidikan agama oleh keluarga. Fanatisme masyarakat Madura terhadap agama dahulu patut dibanggakan, sebab terbukti hanya itulah yang dapat menyelamatkan mereka dari akhlak yang tercela. Orang tua sebagai tumpuan utama, dan guru adalah rujukan para orang tua. Titah seorang guru bagai mesin penggerak dalam hati mereka, hingga tak dapat dirubah walau dengan apapun.
Maka sangat pentinglah peran orang tua terhadap baik buruknya moral remaja. Dengan itu Sayyidina Umar t. memberikan pernyataan Didiklah anak-anakmu, karena mereka akan hidup pada zaman yang berbeda dengan zamanmu.
2. Pengaruh lingkungan yang tidak baik. Kebanyakan remaja sekarang, terlebih yang tinggal di kota besar menjalankan kehidupan yang individualistik dan materialistik. Sehingga kadang kala didalam mengejar kemewahan tersebut mereka sanggup berbuat apa saja tanpa menghiraukan baik atau buruknya.
Dalam catatan sejarah, lingkungan yang paling bersahabat dengan kehidupan remaja satu-satunya adalah pesantren, sebab dalam pesantren sudah tersetting sedemikian rupa untuk memenuhi kebutuhan mereka dan kemudian mencetak mereka menjadi pemuda yang sesuai harapan bangsa.
3. Tekanan psikologi yang dialami. Ketika di rumah diakibatkan adanya perceraian atau pertengkaran orang tua yang menyebabkan si-anak tidak betah di rumah dan menyebabkan dia mencari pelampiasan. Kurangnya rasa kasih sayang anak terhadap orang tua, karena keringnya sentuhan batin dan tutur sapa, diakibatkan menjauhnya orang tua yang ada di negeri rantau untuk mencari uang, sehingga yang mengurusi keseharian mereka adalah baby sitter yang kadar kasih sayangnya tidak sama dengan orang tuanya sendiri.
4. Gagal dalam pendidikan. Remaja yang gagal dalam pendidikan atau tidak mendapat pendidikan, mempunyai waktu senggang yang banyak, jika waktu itu tidak dimanfaatkan sebaik-baiknya, bisa menjadi hal yang buruk ketika dia berkenalan dengan hal-hal yang tidak baik untuk mengisi kekosongan waktunya.
Sudah menjadi kesepakatan bersama bahwa, rusaknya tatanan negara, stagnasi nilai ahlakul karimah, maraknya peraktik suap dan korupsi, serta masalah-masalah bangsa yang semakin akut adalah disebabkan gagalnya dalam pendidikan.
5. Peranan Media Massa. Remaja adalah sekelompok manusia yang mudah dipengaruhi, karena remaja sedang mencari identitas diri sehingga mereka dengan mudah untuk meniru atau mencontoh apa yang dia lihat, seperti pada film atau berita yang sifatnya kekerasan, dan sebagainya.
Mereka nyaris kebingungan dalam memilih siapa dan dari mana begron idolanya, namun hanya yang rajin dipertontonkanlah yang sangat dominan akan menyutradarai kehidupan mereka. Dengan itu, perlulah kiranya memilihkan idola yang pas bagi mereka menurut takaran agama. Seperti mengenalkan sejarah ulama-ulama pendahulu kita yang sukses dalam segala bidang. Agar selera hidup yang mereka jalani tidak semerta mengcopy-paste para artis murahan, bintang sepak bola yang buta agama dan segudang wajah-wajah asing yang memenuhi banyak media.
Musuh-musuh Islam telah mengakui bahwa Islam tidak mungkin bisa dikalahkan denga senjata, akan tetapi mereka bilang  “Sesungguhnya kita sudah menderita kerugian besar dalam berbagai medan pertempuran dengan kaum muslimin. Kita merugi ketika memerangi mereka dengan berbagai jenis rudal, kapal-kapal jet dan bom. Jadi, di hadapan kita hanya ada satu cara lagi untuk memerangi mereka, yaitu perang dengan botol arak, perempuan, nyanyian dan majalah amoral.”
6. Perkembangan teknologi modern. Mengakses informasi dengan cepat, mudah dan tanpa batas juga memudahkan remaja untuk mendapatkan hiburan yang tidak sesuai dengan mereka. Yang mengherankan ternyata perkembangan teknologi hanya akan membuat manusia semakin bodoh. "Kemampuan intelektual tertinggi pada manusia terjadi saat manusia berada di era nonverbal dan liar. Saat itu, mereka harus memikirkan cara-cara untuk tidak dimakan oleh binatang liar," kata Gerald Crabtree melalui penelitiannya.
Tentu salah besar bila masyakat Madura hanya bisa mempersoalkan kemajuan zaman akan pengaruhnya terhadap kehidupan, sebab zaman akan tetap berlaju. Namun langkah idealnya adalah harus siap siaga untuk menghadapinya, dengan tameng keimanan dan pendidikan.
Selanjutnya, masyarakat Madura patut berbangga dengan predikat serambi Madinahnya, apabila dapat menjaga eksistensi dan kelestariannya dari pengaruh lain yang berusaha merongrongnya. Semoga…!

Shofiyullah/Aschal*

0 komentar:

Posting Komentar