(Tab Widget 2)

Selasa, 14 Februari 2017

RAKYAT BERBENAH, PEMERINTAH TERARAH (ASCHAL Edisi 15)


RAKYAT BERBENAH, PEMERINTAH TERARAH
Oleh Bunas, Presiden BEM STAIS 13-14

Gawe pemilu yang merupakan implemintasi posisi Indonesia sebagai negara yang menjunjung tinggi sistem demokrasi akan kembali digelar. ini artinya rakyat-yang katanya- sebagai pemangku kekuasaan tertinggi dalam sebuah sistem demokrasi akan tercermin kembali dan betul-betul demokratis. Dan menurut hemat penulis, mengajari para pembaca tentang demokrasi tak ubahnya mengajari ikan cara berenang.

Dalam rangka menyambut pesta pemilu 2014 mendatang, telah banyak wacana, harapan, dan perubahan Indonesia pada yang lebih baik. Wajah peradaban Indonesia akhir-akhir ini terlalu busuk untuk dipertahankan dan tidak ada perubahan. Maka wajar ketika 2014 ini sepertinya akan menjadi titik awal nasib Indonesia ke depan. Kira-kira harapannya seperti itu.

Sebagai bekal menuju titik pemulihan dibidang pemerintahan pada pemilu 2014 ini terlebih dahulu rakyat dihadapkan pada fakta-fakta akurat bahwa Indonesia sedang ada dalam kondisi yang sangat memprihatinkan dalam segala sektor dan mengalami krisis multidimensi. Baik dibidang perekonomian, bidang pertahanan, bidang politik dan yang paling parah di bidang kepercayaan hingga akhirnya timbul berbagai slogan yang menggambarkan keadaan miris negara Indonesia seperti, hukum Indonesia; Tumpul ke atas tajam kebawah, Harga Demokrasi yang luar biasa mahal, yang jujur bisa jadi hancur, dan beberapa slogan faktuas lainnya. Dan dalam keteledoran diatas sasaran utama untuk dikambing hitamkan adalah ketidak etosan para pemerintah. Entah, apakah penilaian itu sudah objektif, atau bahkan sangat objektif. Yang jelas, citra buruknya sudah barang tentu digeneralkan yaitu tidak berhasilnya bangsa Indonesia dalam menegakkan hukum.  Meskipun yang terlibat langsung hanyalah sebagian oknum.
Menaruh harapan besar kepada para calon-calon pemimpin negara untuk dapat merubah citra buruk Indonesia merupakan hal yang wajar. Karena memang mereka adalah ujung tombak bangsa. Dan, nasib Indonesia dalam 5 tahun kedepan sudah pasti banyak akan terkontaminasi oleh sikap pemimpin terpilih. Sehingga tidak heran apabila ajang 2014 menjadi tahun yang menumbuhkan harapan besar rakyat agar pemimpin terpilih betul-betul membawa perubahan. Secara sepintas idealnya memang demikian. Akan tetapi yang perlu digaris bawahi adalah memperbaiki citra buruk yang semakin memburuk ini bukanlah hal yang mudah yang dapat disulap hanya dalam jangka waktu lima tahun. Rezim Soeharto bisa diruntuhkan ketika 32 tahun masa kepemimpinannya, bahkan Indonesia sendiri membutuhkan waktu selama kurang lebih 3 abad atau sekitar 350 tahun untuk bisa terlepas dari belenggu penjajahan. Indonesia tidak hanya dimulai dari tahun 2014, tidak hanya ada lima tahun setelah 2014.
Oleh karenanya, ada baiknya rakyat Indonesia, sebagai unsur tunggal dalam demokrasi, berfikir lebih jauh dalam merancang masa depan Indonesia. Untuk berupaya mewujudkan perubahan citra buruk tidak hanya harus menunggu gerbang 2014 akan tetapi harus dimulai dari memperbaiki kebiasaan-kebiasaan buruk yang timbul dalam skala sederhana. Ketika konstitusi Indonesia akhir-akhir ini memberikan contoh yang sangat kontradiktif, maka Aqil Mukhtar sebagai ketua Mahkamah Konstitusi (yang melanggar konstitusi karena terjerat kasus korupsi) bukan satu-satunya Objek yang perlu dibina, karena perilaku Aqil tidak lepas dari lingkungan dan kelonggaran yang berkembang dikalangan rakyat Indonesia itu sendiri.
Rakyat perlu berbenah yang di mulai dari hal yang paling sederhana, misalnya membiasakan jujur dan perilaku positif lainnya, membangun kepedulian terhadap pendidikan, menumbuhkan rasa nasionalisme yang tinggi, memberi sangsi tegas orang yang ada di lingkungannya saat melakukan pelanggaran baik moral maupun sosial, kembangkan etika yang baik, sehingga akan lahir sosok-sosok pemimpin masa depan yang terarah, berkualitas dan berintegritas yang akan memberi solusi terhadap masalah besar negara Indonesia.
Intinya, yang mampu merubah kondisi miris Indonesia adalah rakyat Indonesia itu sendiri! Toh, pemerintah juga rakyat yang menentukan.
ان الله لا يغير ما بقوم حتى يغيروا ما بانفسهم


0 komentar:

Posting Komentar