Sebelum Raja itaH
Menutup Pintu
By: Agus Mukafi
Makki
Malam itu, Raja Itah
benar-benar marah. Peperangannya melawan kegagalan berakhir dengan kucuran
darah tanpa warna. Sang Raja gagal mempertahankan Putri Ceria tetap bersemayam
disinggasananya, hingga akhirnya raja Itah larut dalam kesedihan karena
ditinggal pergi oleh putri ceria. “ jangan dikira meninggalkan istana kecil ini
adalah akar senyum bagi putri” ucap putri Ceria kepada raja, “ suatu saat, demi
raja, putri akan kembali membentangkan sayap untuk istana ini”, putri
melanjutkan. Raja berdiri membelakangi putri Ceria kemudian bertutur dengan
wibawanya “ ini memang mudah bagi putri, tapi tidak bagi raja. Kepergian putri
akan diikuti oleh semua kedamaian dan ketenangan yang selam ini putri tanam dalam
istana kecil ini”, ucap raja melalui transliter pribadinya, famun. “tapi
raja..” sela putri sambil menangis, “ putri tidak kuat mengahadapi masalah
putri sendirian, putri harus bertemu ibunda, putri ingin bercerita banyak hal
kepada ibunda” putri ceria mengutarakan alasan dengan penuh tangis. “ ternyata
raja gagal memberikan kedamaian buat putri, padahal istana tentram ini tidak
lain karena kehadiran putri. Baiklah, raja tidak pernah punya hak melarang
putri. Jika memang istana sederhana ini bukan tempat yang nyaman bagi putri,
silahkan putri memilih sendiri. Tidak usah pedulikan keadaan istana yang carut
marut, raja sudah terbiasa hidup kering tanpa kedamaian cinta” “ putri minta
maaf, putri sayang pada raja, jaga istana ini dengan baik. Selamat tinggal raja
Aruol Shohib (nama diri raja itah)” putri Ceria meniggalkan istana dengan
cucuran air mata dan kehancuran hati raja Itah. Beberapa jarak setelah putri
terbang pada kejauhan, istana mulai runtuh dengan sendirinya, raja itah
kehilangan kedamaiannya, separuh jiwanya, bahkan mahkota yang selama ini
melengkapinya.
Dengan bekal
seadanya, raja Itah membawa kehampaan menuju tempat petapaan raja di negeri
seberang dengan di temani si Tangan yang selalu setia melukis semua tentang
raja, kaki yang tak pernah lengah berkelana dengan raja, Famun yang membuat
raja bisa bercerita banyak hal dan prajutit setia lainnya yang juga menemani
kelana raja.
“ selain tangis,
hampir tidak ada lagi yang dapat aku tulis dari raja” ucap tangan, “ aku juga,
selama ini hanya diam. Tidak pernah ada intruksi dari raja” famun menyambung “
hey. Emang kalian fikir aku enak, kalau dulu hampir setiap hari aku
bersenang-senang membawa raja ke tempat penuh manfaat, entah ke tempat rapat,
ke rumah teman-temannya, konsolidasi kepengurusan dan masih banyak lainnya.
Laah sekarang, raja hanya menyuruhku berjalan seperti tanpa tujuan, tanpa
gairah, tanpa semangat apalagi senyum” tutur kaki memelas. “ yang paling parah
tu aku, raja tidak pernah peduli dengan kondisi ku yang saaangat lapar. Padahal
tenaga kalian semua tuh ada padaku..” perut juga memelas dengan kondisi
keroncongan. “ kalau seperti ini terus, kita semua akan tambah parah. Pokoknya
kita harus cari cara bagaimana caranya raja Itah tidak lagi galau karena putri
Ceria.” Usul si otak. Serentak semuanya menjawab “ KALAU YANG ITU TUGAS KAMU.
Kita hanya bisa membantu”. Semua prajurit Raja mengadu satu sama lain
menceritakan kondisi Raja yang memprihatinkan. Satu-satunya yang menjadi
harapan mereka adalah otak sebagai pensehat raja. Semoga otak raja mampu
membangun kembali semangat raja itah dan lepas dari belenggu cinta putri Ceria.
“ setidaknya petapaan dinegeri seberang ini akan menjadi jalan cerah buat raja
untuk melepas perlahan bayang-bayang putri Ceria. Semoga!!! Amien.!!
Sore itu, di petapaan Raja Itah menghayati sisa tinta para
pendahulu. Betapa terkejutnya raja mendapati kekuatan luar biasa pada catatan
itu, catatan mati yang menjadikan raja terkejut saat ia menjelma benjadi benda
hidup serta seakan dapat bersuara layaknya hidup. Catatan itu menasehati raja Itah,
“ hey, Itah.. sampai kapan kamu hendak tenggelam dalam air keruh kehidupan
seperti ini.?? ingatlah, bahwa kamu adalah ujung tombak semua prajuritmu. Jika
kamu baik, maka semuanya juga akan menjadi baik. Jika tidak,- seperti kondisimu
saat ini- maka tanganmu, famunmu, kakimu dan seluruh tubuhmu akan ikut sengsara
karenamu”. Nasehat itu hadir laksana tetes kesejukan di musim kemarau sang Raja.
Ada semangat yang hadir melambaikan tangan dan siap mengajak raja ketepi
samudra keruh kehidupan. Kesenangan dirasakan oleh Famun yang tak lagi beku dan
dengan santai bersenandung,
Engkau bukanlah segalaku
Bukan tempat tuk hentikan langkahku
Usai sudah semua berlalu
Biar hujan menghapus jejakmu
Si Tangan tidak lagi hampa, karena kali ini raja itah menyuruhnya
menulis sebuah cerpen mulai kepergian putri Ceria hingga pertemuannya dengan
nasehat tinta pendahulu. Putri Ceria tidak lagi menampakkan sayapnya. Seminggu
yang lalu Burung merpati membawa kabar tentang pelaminannya dengan seseorang.
Prajurit lainnya menikmati kedekatan rajanya dengan Dewi Victoria. Ia, raja
itah mulai membukakan si Mata untuk dewi victoria, Dewi cantik asal Negeri Monas sana. Si bibir
seringkali tersenyum, raja Itah pun berbunga. Dewi victoria masih melambai tangan
di luar singgasana, dan raja pun berharap ia akan mengetuk pintu memasuki
singgasana yang selama ini kosong akan cinta.
Saat itu, ketika kelopak malam belum jua terkelupas, si kaki
membawa raja menghampiri suara hati dewi victoria mengetuk pintu singgasana
raja. Dengan sangat gembira raja membuka pintu hatinya menerima dewi Victoria.
Tapi entah kenapa, belum jua ia bergegas masuk. Dalam penantian, raja bertanya
“hei, bukankah kamu tahu peranturan istana kecilku?” “ia. Dewi tau. Siapapun
tidak boleh mengetuk pintu ini kecuali ia akan memasukinya”. “terus kenapa Dewi
masih di situ?” “ karena aku akan melanggar peraturanmu” “maksud dewi?” “ aku
hanya mengetuk pintumu tapi tidak siap untuk memasuki singgasanamu” “ setega
itu kah? Padahal pintu ini telah aku buka lebar untukmu” ucap raja sangat sedih
“ Dewi tahu itu. Raja tidak akan pernah menutup pintu untuk Dewi, karena Dewi
cantik, bukan? Tapi satu hal yang perlu raja ketahuia, bahwa sebentar lagi Dewi
juga akan pergi meninggalkan raja sebagaimana Putri Ceria meninggalkan
singgasana ini. dan burung merpati itu akan kembali lagi ke istana ini
mengabarkan pelaminan dimana Dewi mulai merajut masa indah bersama orang lain.
Bukan raja Aroul”.
Raja meminta kaki
mundur perlahan, si mulut tetap diam, dan si mata berkaca-kaca lukiskan
kehancuran sang raja. Dewi Victoria benar-benar pergi dan pintu raja Itah
kembali merapat tanpa celah sedikitpun bahkan untuk sekedar melirik pun tak ada.
si tangan tetap setia mengikuti alur
cerita sang raja hingga akhirnya ditutup dengan harapan dalam setiap doa raja
Aruol Shohib,
Semoga ini yang
terakhir.!!!
0 komentar:
Posting Komentar