(Tab Widget 2)

Selasa, 14 Februari 2017

SEBELUM RAJA ITAH MENUTUP PINTU (ASCHAL Edisi 15)


Sebelum Raja itaH Menutup Pintu
By: Agus Mukafi Makki
Malam itu, Raja Itah benar-benar marah. Peperangannya melawan kegagalan berakhir dengan kucuran darah tanpa warna. Sang Raja gagal mempertahankan Putri Ceria tetap bersemayam disinggasananya, hingga akhirnya raja Itah larut dalam kesedihan karena ditinggal pergi oleh putri ceria. “ jangan dikira meninggalkan istana kecil ini adalah akar senyum bagi putri” ucap putri Ceria kepada raja, “ suatu saat, demi raja, putri akan kembali membentangkan sayap untuk istana ini”, putri melanjutkan. Raja berdiri membelakangi putri Ceria kemudian bertutur dengan wibawanya “ ini memang mudah bagi putri, tapi tidak bagi raja. Kepergian putri akan diikuti oleh semua kedamaian dan ketenangan yang selam ini putri tanam dalam istana kecil ini”, ucap raja melalui transliter pribadinya, famun. “tapi raja..” sela putri sambil menangis, “ putri tidak kuat mengahadapi masalah putri sendirian, putri harus bertemu ibunda, putri ingin bercerita banyak hal kepada ibunda” putri ceria mengutarakan alasan dengan penuh tangis. “ ternyata raja gagal memberikan kedamaian buat putri, padahal istana tentram ini tidak lain karena kehadiran putri. Baiklah, raja tidak pernah punya hak melarang putri. Jika memang istana sederhana ini bukan tempat yang nyaman bagi putri, silahkan putri memilih sendiri. Tidak usah pedulikan keadaan istana yang carut marut, raja sudah terbiasa hidup kering tanpa kedamaian cinta” “ putri minta maaf, putri sayang pada raja, jaga istana ini dengan baik. Selamat tinggal raja Aruol Shohib (nama diri raja itah)” putri Ceria meniggalkan istana dengan cucuran air mata dan kehancuran hati raja Itah. Beberapa jarak setelah putri terbang pada kejauhan, istana mulai runtuh dengan sendirinya, raja itah kehilangan kedamaiannya, separuh jiwanya, bahkan mahkota yang selama ini melengkapinya.
Dengan bekal seadanya, raja Itah membawa kehampaan menuju tempat petapaan raja di negeri seberang dengan di temani si Tangan yang selalu setia melukis semua tentang raja, kaki yang tak pernah lengah berkelana dengan raja, Famun yang membuat raja bisa bercerita banyak hal dan prajutit setia lainnya yang juga menemani kelana raja.
“ selain tangis, hampir tidak ada lagi yang dapat aku tulis dari raja” ucap tangan, “ aku juga, selama ini hanya diam. Tidak pernah ada intruksi dari raja” famun menyambung “ hey. Emang kalian fikir aku enak, kalau dulu hampir setiap hari aku bersenang-senang membawa raja ke tempat penuh manfaat, entah ke tempat rapat, ke rumah teman-temannya, konsolidasi kepengurusan dan masih banyak lainnya. Laah sekarang, raja hanya menyuruhku berjalan seperti tanpa tujuan, tanpa gairah, tanpa semangat apalagi senyum” tutur kaki memelas. “ yang paling parah tu aku, raja tidak pernah peduli dengan kondisi ku yang saaangat lapar. Padahal tenaga kalian semua tuh ada padaku..” perut juga memelas dengan kondisi keroncongan. “ kalau seperti ini terus, kita semua akan tambah parah. Pokoknya kita harus cari cara bagaimana caranya raja Itah tidak lagi galau karena putri Ceria.” Usul si otak. Serentak semuanya menjawab “ KALAU YANG ITU TUGAS KAMU. Kita hanya bisa membantu”. Semua prajurit Raja mengadu satu sama lain menceritakan kondisi Raja yang memprihatinkan. Satu-satunya yang menjadi harapan mereka adalah otak sebagai pensehat raja. Semoga otak raja mampu membangun kembali semangat raja itah dan lepas dari belenggu cinta putri Ceria. “ setidaknya petapaan dinegeri seberang ini akan menjadi jalan cerah buat raja untuk melepas perlahan bayang-bayang putri Ceria. Semoga!!! Amien.!!
Sore itu, di petapaan Raja Itah menghayati sisa tinta para pendahulu. Betapa terkejutnya raja mendapati kekuatan luar biasa pada catatan itu, catatan mati yang menjadikan raja terkejut saat ia menjelma benjadi benda hidup serta seakan dapat bersuara layaknya hidup. Catatan itu menasehati raja Itah, “ hey, Itah.. sampai kapan kamu hendak tenggelam dalam air keruh kehidupan seperti ini.?? ingatlah, bahwa kamu adalah ujung tombak semua prajuritmu. Jika kamu baik, maka semuanya juga akan menjadi baik. Jika tidak,- seperti kondisimu saat ini- maka tanganmu, famunmu, kakimu dan seluruh tubuhmu akan ikut sengsara karenamu”. Nasehat itu hadir laksana tetes kesejukan di musim kemarau sang Raja. Ada semangat yang hadir melambaikan tangan dan siap mengajak raja ketepi samudra keruh kehidupan. Kesenangan dirasakan oleh Famun yang tak lagi beku dan dengan santai bersenandung, 
Engkau bukanlah segalaku
Bukan tempat tuk hentikan langkahku
Usai sudah semua berlalu
Biar hujan menghapus jejakmu
Si Tangan tidak lagi hampa, karena kali ini raja itah menyuruhnya menulis sebuah cerpen mulai kepergian putri Ceria hingga pertemuannya dengan nasehat tinta pendahulu. Putri Ceria tidak lagi menampakkan sayapnya. Seminggu yang lalu Burung merpati membawa kabar tentang pelaminannya dengan seseorang. Prajurit lainnya menikmati kedekatan rajanya dengan Dewi Victoria. Ia, raja itah mulai membukakan si Mata untuk dewi victoria,  Dewi cantik asal Negeri Monas sana. Si bibir seringkali tersenyum, raja Itah pun berbunga. Dewi victoria masih melambai tangan di luar singgasana, dan raja pun berharap ia akan mengetuk pintu memasuki singgasana yang selama ini kosong akan cinta.
Saat itu, ketika kelopak malam belum jua terkelupas, si kaki membawa raja menghampiri suara hati dewi victoria mengetuk pintu singgasana raja. Dengan sangat gembira raja membuka pintu hatinya menerima dewi Victoria. Tapi entah kenapa, belum jua ia bergegas masuk. Dalam penantian, raja bertanya “hei, bukankah kamu tahu peranturan istana kecilku?” “ia. Dewi tau. Siapapun tidak boleh mengetuk pintu ini kecuali ia akan memasukinya”. “terus kenapa Dewi masih di situ?” “ karena aku akan melanggar peraturanmu” “maksud dewi?” “ aku hanya mengetuk pintumu tapi tidak siap untuk memasuki singgasanamu” “ setega itu kah? Padahal pintu ini telah aku buka lebar untukmu” ucap raja sangat sedih “ Dewi tahu itu. Raja tidak akan pernah menutup pintu untuk Dewi, karena Dewi cantik, bukan? Tapi satu hal yang perlu raja ketahuia, bahwa sebentar lagi Dewi juga akan pergi meninggalkan raja sebagaimana Putri Ceria meninggalkan singgasana ini. dan burung merpati itu akan kembali lagi ke istana ini mengabarkan pelaminan dimana Dewi mulai merajut masa indah bersama orang lain. Bukan raja Aroul”.

Raja meminta kaki mundur perlahan, si mulut tetap diam, dan si mata berkaca-kaca lukiskan kehancuran sang raja. Dewi Victoria benar-benar pergi dan pintu raja Itah kembali merapat tanpa celah sedikitpun bahkan untuk sekedar melirik pun tak ada.  si tangan tetap setia mengikuti alur cerita sang raja hingga akhirnya ditutup dengan harapan dalam setiap doa raja Aruol Shohib,
Semoga ini yang terakhir.!!!

0 komentar:

Posting Komentar