(Tab Widget 2)

Selasa, 07 Februari 2017

RUNTUHNYA KULTUR REMAJA DI ERA MODERNISASI (ASCHAL Edisi 14)


Remaja di era globalisasi sekarang ini banyak yang salah kaprah dalam mengaplikasikan agama kepada tempatnya, mereka menganggap bahwa agama sekarang ini tak ubahnya sebagai titipan saja, sehingga mereka berpendapat bahwa di era moderinisasi ini adalah tempat dimana orang itu harus berubah dari segala peraturan baik itu tatakrama lebih-lebih tentang malasah hukum agama,  tanpa harus memikirkan maslahah dan mafsadah kedepannya. Oleh karena itu, ikutilah wawancara wartawan Aschal M. S. @rifin dan Syaiful Muadi bersama KH. Mauridi Masyhudi, guru aliyah ppsmch dan juga mushohhih berbagai bahtsul masail, baik di NU maupun dikalangan pondok pesantren.  .
Bagaimana pandangan bapak kiai terhadap degradasi kultur remaja Madura di era moderinisasi?
Runtuhnya kultur remaja saat ini sudah sangat memprihatinkan, hal ini dapat dilihat dari berbagai aspek, khusunya dalam bidang agama, budaya, dan moral. Kalau remaja Madura masa silam sangat masyhur dengan predikan remaja agamis, Contonya mushalla kiai di desa-desa yang penuh dengan santri serta anak-anak muda yang mengaji kitab. Namun sekarang yang tersisa dimasyarakat hanya belajar al-Quran saja, itu pun tidak sempurna. Kalau doeloe kegiatan di bulan ramadlan serta hari besar Islam, semuanya diramaikan oleh anak-anak muda, namun realita yang ada saat ini, kegiatan semacam itu diisi oleh orang yang tua-tua, dari aspek budaya pun juga demikian, mengalami penurunan yang amat drastis, apalagi etika.
Remaja Madura tempo dulu terkenal ikhlas dan santun. Konon, pesantren di jawa, santrinya bisa mengenal sopan santun kepada kiainya di kala ada santri yang dari Madura sebab dialah yang memulai dan membudayakan ahlaq yang bagus. Sehingga sebagian tokoh berpendapat, bahwa istilah Madura berasal dari kata madu dan darah. Madu artinya ahlaqnya orang Madura manis bagaikan madu sebaliknya jika kehormatan mereka dilecehkan, maka mereka pun berani menumpahkan darah. Disaat kecil saya, dikala mau menghadiri acara pertemuan seperti tahlil dan lainnya, sebelum saya berangkat orang tua berpesan agar selalu menjaga ahlaq jika berkumpul dengan orang lain. Memang saat itu orang tua lebih memperhatikan etika, maka jika ada yang tidak bermural, mereka pun langsung menegornya. Saat ini hal itu sangat jarang ditemukan.

 faktor apa yang menyebabkan pergeseran kultur remaja, khususnya di pulau Madura?
pergeseran itu disebabkan oleh berbagai aspek seperti masuknya budaya-budaya luar dan media-media massa, baik cetak maupun elektronik yang selalu bersinggungan dengan remaja kita. caranya pun bermacam-macam, seperti melalui para perauntau yang kembali ketempat kelahirannya. tapi pengaruh yang paling membahayakan adalah kosongnya jiwa remaja dari nilai-nilai agama. Jiwa yang kropos dan kosong dari sinar-sinar agama akan mudah terperosok ke dalam jurang kehancuran kultur remaja yang notabenenya kultur agamis.

Saat ini sangat semarak pemuda-pemudi kita apel kerumah teman-temannya baik laki-laki atau perempuan dengan alasan silaturrahim. Menurut pandangan kiai bagaimana tradisi silaturrahim tersebut dalam kaca mata Islam?
tradisi semacam itu sangat bertentangan sekali dengan ajaran syariat Islam. Apapun alasan mereka tetap tidak benar. Sekarang banyak orang yang menganggap hal-hal yang bertentangan dengan agama di anggap biasa-biasa saja. Remaja menganggap budaya zaman sekarang tidak seperti dulu, perbuatan yang dosa dianggap tidak dosa. Akibatnya banyak anak-anak muda sekarang hamil di luar nikah yang melakukan perzinahan semakin banyak. Anehnya zaman sekarang ini orang yang melakukan pernikahan yang sah dicemooh dan dihina karena dia menduakan istri, misalnya (poligami). Tapi orang yang melakukan perzinahan dianggap biasa. coba anda lihat berapa ribu manusia yang berzina tiap-tiap malamnya, di jawa timur ini aja?. Lantas bagaimana langkah kita sebagai pengemban amanah rosul untuk membrantasnya.

Bagaimana cara mengembalikan remaja Madura yang telah terjangkit virus moderinisasi kejalan yang fitrah?
Seperti yang telah saya katakan bahwa penyebab utama dari dekadensi moral ini adalah kosongnya jiwa dari nilai-nilai agama. Maka langkah yang paling utama adalah mendidik dan menggembleng mereka dengan nilai-nilai agama. Jika jiwa dan hati mereka sudah terisi dengannya(nilai agama), niscaya tidak akan terprovokasi oleh budaya yang merusak jiwa mereka. Namun tentunya hal ini butuh dukungan dari semua pihak; lingkungan keluarga, tokoh masyarakat, dan terutama para ulama’ dan orang tua. Saat ini kayaknya ada penyebaran virus menanamkan rasa yang tidak simpati pada ulama’, sehingga banyak orang semakin jauh dari para ulama’. Inilah yang menjadi kehawatiran Nabi Muhammad S.A.W. karena dikala umat menjauhi para ulama’, maka kehancuran yang akan kita terima. Juga penyelamatan ini harus di dukung oleh ulama’ yang berkualitas di hadapan Allah. Tanpa itu semua maka kehancuran moral ini akan terus menjalar kegenerasi yang akan datang menuju puncak kehancuran.

 menurut pandangan kiai, definisi dari modernisasi itu sendiri apa kiai?
Kalau saya mengertikan secara etimologi yaitu kemajuan dari segala bidang sesuai dengan perkembangan zaman. Ada kemajuan di bidang tranportasi, teknologi yang mencakup segalanya dan lain sebagainya. ada orang yang mengertikan, modern itu di ambil dari bahasa arab yaitu mudlirrun artinya membahayakan. kalau di gabung, artinya kemajuan itu bisa membahayakan.

 Apa dampak negativ dan positif yang terkandung  dalam modernisasi?
Tentunya ada positif dan negativnya, karena modernisasi itu adalah sebuah sarana. Tentunya tergantung orang yang memakai sarana tersebut, contoh kecilnya Hp; Hp sangat mendukung aktifitas kita, namun aktifitas apa yang di dukung oleh Hp tersebut, apa untuk kebaikan atau kejelekan? Oleh karnanya saya harap para santri harus tahu dan faham, sehingga kita menjadikan kemajuan ini sebagai sarana demi tegaknya bendera Islam Ala Ahlussunnah Wal Jema’ah. sebab kalau tidak, maka kemajuan teknologi ini akan diisi oleh orang-orang yang memusuhi kita.

 Bagaimana solusi untuk meminimalisir dampak modernisasi yang salah kaprah dalam pengaplikasiannya, agar kiranya tidak menyebar kegenerasi selanjutnya?
Ya, jawaban saya sebagaimana tercakup dalam jawaban empat  pertanyaan tadi. Bagaimana kiranya modernisasi tidak menjadikan kita lengah. keimanan yang kuat akan menjadi benteng yang kokoh dari kemajuan yang merusak remaja khususnya di pulau Madura ini.

 Mungkin ada pesan dari kyai untuk generasi yang akan datang?
Saya harap remaja bangga menjadi orang Madura yang agamis dan berakhlakul karimah, tetapi tetap juga maju dalam berfikir secara dinamis dan mampu dibidang teknologi dan lain sebagainya sehingga nantinya mampu membangun Madura yang lebih agamis, berwawasan luas dan sejahtera dan semua itu hendaknya dibekali dengan ilmu agama, pengetahuan, dan yang paling utama adalah takwa kepada Allah SWT.

0 komentar:

Posting Komentar