Remaja
di era globalisasi sekarang ini banyak yang salah kaprah dalam mengaplikasikan
agama kepada tempatnya, mereka menganggap bahwa agama sekarang ini tak ubahnya
sebagai titipan saja, sehingga mereka berpendapat bahwa di era moderinisasi ini
adalah tempat dimana orang itu harus berubah dari segala peraturan baik itu
tatakrama lebih-lebih tentang malasah hukum agama, tanpa harus memikirkan maslahah dan mafsadah
kedepannya. Oleh karena itu, ikutilah wawancara wartawan Aschal M. S. @rifin
dan Syaiful Muadi bersama KH. Mauridi Masyhudi, guru aliyah
ppsmch dan juga mushohhih berbagai bahtsul masail, baik di NU maupun dikalangan
pondok pesantren. .
Bagaimana
pandangan bapak kiai terhadap degradasi kultur remaja Madura di era
moderinisasi?
Runtuhnya kultur
remaja saat ini sudah sangat memprihatinkan, hal ini dapat dilihat dari
berbagai aspek, khusunya dalam bidang agama, budaya, dan moral. Kalau remaja
Madura masa silam sangat masyhur dengan predikan remaja agamis, Contonya mushalla
kiai di desa-desa yang penuh dengan santri serta anak-anak muda yang mengaji
kitab. Namun sekarang yang tersisa dimasyarakat hanya belajar al-Quran saja,
itu pun tidak sempurna. Kalau doeloe kegiatan di bulan ramadlan serta
hari besar Islam, semuanya diramaikan oleh anak-anak muda, namun realita yang
ada saat ini, kegiatan semacam itu diisi oleh orang yang tua-tua, dari aspek budaya
pun juga demikian, mengalami penurunan yang amat drastis, apalagi etika.
Remaja Madura
tempo dulu terkenal ikhlas dan santun. Konon, pesantren di jawa, santrinya bisa
mengenal sopan santun kepada kiainya di kala ada santri yang dari Madura sebab
dialah yang memulai dan membudayakan ahlaq yang bagus. Sehingga sebagian tokoh berpendapat,
bahwa istilah Madura berasal dari kata madu dan darah. Madu artinya ahlaqnya
orang Madura manis bagaikan madu sebaliknya jika kehormatan mereka dilecehkan,
maka mereka pun berani menumpahkan darah. Disaat kecil saya, dikala mau
menghadiri acara pertemuan seperti tahlil dan lainnya, sebelum saya berangkat orang
tua berpesan agar selalu menjaga ahlaq jika berkumpul dengan orang lain. Memang
saat itu orang tua lebih memperhatikan etika, maka jika ada yang tidak
bermural, mereka pun langsung menegornya. Saat ini hal itu sangat jarang ditemukan.
faktor apa yang menyebabkan pergeseran kultur
remaja, khususnya di pulau Madura?
pergeseran itu
disebabkan oleh berbagai aspek seperti masuknya budaya-budaya luar dan media-media
massa, baik cetak maupun elektronik yang selalu bersinggungan dengan remaja
kita. caranya pun bermacam-macam, seperti melalui para perauntau yang kembali
ketempat kelahirannya. tapi pengaruh yang paling membahayakan adalah kosongnya
jiwa remaja dari nilai-nilai agama. Jiwa yang kropos dan kosong dari sinar-sinar
agama akan mudah terperosok ke dalam jurang kehancuran kultur remaja yang
notabenenya kultur agamis.
Saat
ini sangat semarak pemuda-pemudi kita apel kerumah teman-temannya baik
laki-laki atau perempuan dengan alasan silaturrahim. Menurut pandangan kiai bagaimana
tradisi silaturrahim tersebut dalam kaca mata Islam?
tradisi semacam
itu sangat bertentangan sekali dengan ajaran syariat Islam. Apapun alasan
mereka tetap tidak benar. Sekarang banyak orang yang menganggap hal-hal yang
bertentangan dengan agama di anggap biasa-biasa saja. Remaja menganggap budaya
zaman sekarang tidak seperti dulu, perbuatan yang dosa dianggap tidak dosa.
Akibatnya banyak anak-anak muda sekarang hamil di luar nikah yang melakukan
perzinahan semakin banyak. Anehnya zaman sekarang ini orang yang melakukan
pernikahan yang sah dicemooh dan dihina karena dia menduakan istri, misalnya
(poligami). Tapi orang yang melakukan perzinahan dianggap biasa. coba anda
lihat berapa ribu manusia yang berzina tiap-tiap malamnya, di jawa timur ini aja?.
Lantas bagaimana langkah kita sebagai pengemban amanah rosul untuk
membrantasnya.
Bagaimana
cara mengembalikan remaja Madura yang telah terjangkit virus moderinisasi
kejalan yang fitrah?
Seperti yang
telah saya katakan bahwa penyebab utama dari dekadensi moral ini adalah kosongnya
jiwa dari nilai-nilai agama. Maka langkah yang paling utama adalah mendidik dan
menggembleng mereka dengan nilai-nilai agama. Jika jiwa dan hati mereka sudah
terisi dengannya(nilai agama), niscaya tidak akan terprovokasi oleh budaya yang
merusak jiwa mereka. Namun tentunya hal ini butuh dukungan dari semua pihak;
lingkungan keluarga, tokoh masyarakat, dan terutama para ulama’ dan orang tua.
Saat ini kayaknya ada penyebaran virus menanamkan rasa yang tidak simpati pada
ulama’, sehingga banyak orang semakin jauh dari para ulama’. Inilah yang
menjadi kehawatiran Nabi Muhammad S.A.W. karena dikala umat menjauhi para
ulama’, maka kehancuran yang akan kita terima. Juga penyelamatan ini harus di
dukung oleh ulama’ yang berkualitas di hadapan Allah. Tanpa itu semua maka
kehancuran moral ini akan terus menjalar kegenerasi yang akan datang menuju
puncak kehancuran.
menurut pandangan kiai, definisi dari modernisasi
itu sendiri apa kiai?
Kalau saya
mengertikan secara etimologi yaitu kemajuan dari segala bidang sesuai dengan
perkembangan zaman. Ada kemajuan di bidang tranportasi, teknologi yang mencakup
segalanya dan lain sebagainya. ada orang yang mengertikan, modern itu di ambil
dari bahasa arab yaitu mudlirrun artinya membahayakan. kalau di gabung,
artinya kemajuan itu bisa membahayakan.
Apa dampak negativ dan positif yang terkandung
dalam modernisasi?
Tentunya ada
positif dan negativnya, karena modernisasi itu adalah sebuah sarana. Tentunya
tergantung orang yang memakai sarana tersebut, contoh kecilnya Hp; Hp sangat
mendukung aktifitas kita, namun aktifitas apa yang di dukung oleh Hp tersebut, apa
untuk kebaikan atau kejelekan? Oleh karnanya saya harap para santri harus tahu
dan faham, sehingga kita menjadikan kemajuan ini sebagai sarana demi tegaknya
bendera Islam Ala Ahlussunnah Wal Jema’ah. sebab kalau tidak, maka kemajuan teknologi
ini akan diisi oleh orang-orang yang memusuhi kita.
Bagaimana solusi untuk meminimalisir dampak
modernisasi yang salah kaprah dalam pengaplikasiannya, agar kiranya tidak
menyebar kegenerasi selanjutnya?
Ya, jawaban
saya sebagaimana tercakup dalam jawaban empat pertanyaan tadi. Bagaimana kiranya modernisasi
tidak menjadikan kita lengah. keimanan yang kuat akan menjadi benteng yang
kokoh dari kemajuan yang merusak remaja khususnya di pulau Madura ini.
Mungkin ada pesan dari kyai untuk generasi
yang akan datang?
Saya harap
remaja bangga menjadi orang Madura yang agamis dan berakhlakul karimah, tetapi
tetap juga maju dalam berfikir secara dinamis dan mampu dibidang teknologi dan
lain sebagainya sehingga nantinya mampu membangun Madura yang lebih agamis, berwawasan
luas dan sejahtera dan semua itu hendaknya dibekali dengan ilmu agama,
pengetahuan, dan yang paling utama adalah takwa kepada Allah SWT.
0 komentar:
Posting Komentar