(Tab Widget 2)

Rabu, 01 Februari 2017

KHABBAB BIN ARAST RUJUKAN ALQURAN YANG TABAH TERHADAP SIKSAAN KUFFAR (ASCHAL Edisi 13)


            Seseorang yang di masa jahiliyahnya di kenal sebagai pandai besi, tempat memesanan orang-orang qurasy dalam membengkokkan besi-besi keras sebagai bahan jadi untuk kepentingan bercocok tanam, merumput bahkan senjata-senjata perang berupa tombak, dan pedang. Khabbablah orangnya yang ahli memproduksi semua itu
            Setiap hari Khabbab selalu di rumah mengerjakan pesanan orang-orang quraisy mekah, tetapi tidak biasanya beliau tidak di rumah hingga para pelanggan dan pemesannya menunggu dalam hitungan jam yang tidak sebentar, disaat semua tamu di rumah Khabbab mulai sudah agak lama menunggu beliau, datanglah ia dari kejauhan, setelah ditanyakan oleh tamunya beliau tampa ragu menjawab dari rumah Arqam, dengan bangganya beliau langsung bercerita dan menunjukkan kegirangannya ketika bertemu dengan rasul akhir zaman, dengan bengganya pula beliau bercerita bahwa ia telah mengucapkan dua kalimat syakral syahadatain. Cerita itu ternyata membuat para tamu ini naik darah hingga mereka menyiksa Khabbab bin Arats, ia mengerang kesakitan, pilu bahkan ia ingin membalas kebejatan quraisy tapi ia sadar diri jika ia sampai melawan mereka maka siksaan para kuffar pasti akan lebih parah bahkan nyawanya pun akan menjadi tebusannya, ia tetap bersabar dengan penyiksaan tersebut hingga fisik dan jiwanya tidak sanggup lagi menerima panasnya besi yang di lilitkan ke tubuhnya dan Khabbab pun terjatuh tak sadarkan diri, ketika ia mulai siuman dan melihat di sekelilingnya, para tamu bejat tadi sudah tidak ada lagi di hadapannya. Dengan adanya penyiksaan tersebut ia semakin yakin jika agama baru ini benar dari allah sang pencipta alam.
            Mereka menyiksa Khabbab tidak dengan cara biasa, tetapi terlebih dahulu memanaskan besi di atas bara api yang tersedia di rumah habbab lalu mereka meletakkannya di atas kepala dan melilitkannya pada kedua tangan dan kaki, namun kesemuanya itu tidak menggoyahkan iman yang baru tertancap di hatinya, hingga suatu hari beliau dan orang-orang beriman dari kalangan orang-orang lemah mendatangi Rasulullah hendak mengadukan nasib yang menimpanya “apakah engkau tidak ingin mendoakan kami agar orang-orang qurasy tidak lagi menyiksa  kami” tapi Rasulullah menampakkan wajah tidak senang dengan apa yang di ucapkan Khabbab ini, lalu beliau berkata “tidakkah engkau tahu, bahwa umat sebelum kamu, penderitaannya jauh dari seperti yang engkau alami, dari ujung kaki hingga leher mereka di kubur dalam tanah, yang tersisa hanyalah leher dan kepalanya, mereka di siksa dan digergaji kepalanya namun mereka tetap dalam ke imanannya kepada Allah SWA”. Setelah mendengar ucapan Rasulullah ini beliau merasa menyesal dan tidak lagi merintih akan siksaan orang-orang kepadanya.
            Orang-orang qurasy merasa kelimpungan menghadapi ketabahan Khabbab, sedikitpun mereka tidak melihat kendornya iman dari jiwanya, hingga akhirnya mereka mengadukan hal tersebut kepada mantan majikan yang telah membebaskan Khabbab dari kebuda’annya, Ummi Ammar, lalu ia menyanggupi permintaan quraisy itu. Datanglah ia kepada mantan budaknya tersebut dan memintanya agar khabbab meninggalkan keyakinan barunya itu dan kembali kepada agama nenek moyang mereka, tetapi ajakan mantan majikannya ini tidak juga mempengaruhi keyakinan baru yang di peroleh Khabbab di rumah Arqam tersebut, melihat sikap cuek khabbab ini Ummi Ammar pun merasa tidak di hargai dan ia pun seperti kebanyakan orang qurasy, menyiksa Khabbab dengan sepedih-pedihnya siksaan, kebetulan pada saat itu Rasulullah melintas dan melihat penyiksaan Ummi Ammar pada Khabbab, hati Rasulullah terenyuh hingga jiwa terdalamnya menangis dan membisikkan doa kepada allah saw agar Allah membalas orang-orang yang telah menyiksa Khabbab bin Arast ini, tak lama kemudian doa beliau ini dijawab oleh Allah SAW, Ummi Ammar, mantan majikan yang juga penyiksa Khabbab mendapat balasan yang setimpat dari Allah, ia mendapatkan penyakit aneh, penyakit tersebut sakitnya agak mendingan jika kepalanya di gosok pagi dan sore dengan besi yang di panaskan.
            Khabbab juga di kenal sebagai guru al-Quran, beliau mendatangi rumah ke rumah untuk mengajarkan wahyu yang di turunkan secara berangsur kepada para sahabat dari kalangan orang-orang lemah yang seiman, hal ini sebagaimana di ungkapkan Abdullah bin Mas’ud, bahwa kepada Khabbablah rujukannya jika ingin membaca al-Quran sebagaimana baca’an wahyu yang di turunkan kepada Rasulullah. Juga beliaulah guru dari Fatimah binti Khattab adik Umar bin Khattab dan suaminya Sa’id bin Zaid, ketika beliau mengajarkan al-Quran kepada keduanya, tampa di duga suaranya  kedengaran oleh Umar bin Khattab dan beliau langsung bersembunyi. Umar yang di kenal  amat memusuhi Islam, marah dan memukul adik dan iparnya tersebut, tapi Fatimah sudah dirasuki kepercayaan baru bahkan sebab keyakinan itu, Fatimah dan suaminya berani terang-terangan membaca syahadat di depan Umar. Umar yang di kenal tegas dan tindakannya adalah cerminan kata hatinya, melihat bundelan mushaf dan langsung merebutnya lalu membacanya. Al-Quran adalah kalamullah, isinya bukan perkataan manusia, tetapi kata-kata dari sang pencipta manusia itu sendiri sedangkan Umar, pandangannya tajam, bacaannya sesuai dengan hati nuraninya, melihat kebenaran firman Allah yang diturunkan kepada Muhammad, yang saat itu jadi cemo’ohan kaum qurasy, Umar langsung bungkam, hati terdalamnya langsung membenarkan apa yang telah dibacanya barusan, bukan Umar namanya jika tidak mengikuti kebenaran, ia langsung bertanya kepada adiknya dimana ia dapat menemuhi Muhammad pembawa agama baru itu, Khabbab langsung meloncat dari persembunyiannya dan berkata di rumah Arqam bin Abil Arqam. Ketika Umar menyatakan keinginannya masuk Islam, Khabbab berkata semuga benar apa yang didoakan Rasulullah “semuga Allah memulyakan Islam dengan imannya salah satu dari Abul Hakam bin Hisyam dan Umar bin Khatthab”.
            Selama hidupnya Khabbab tak pernah alpa dari peperangan menyertai Rasulullah, beliau juga di awal-awal Islam telah dipersaudarakan oleh Rasulullah dengan Jubair bin Atiq. Kecintaannya kepada agama Islam dan harta yang melimpah tidak serta merta memalingkan ia dari Allah. Pada masa kehalifahan Umar bin Khattab dan Usman bin Affan, ia mendapatkan gaji dari baitul mal, karena ia termasuk orang yang mula-mula masuk Islam dari golongan sahabat muhajirin, dengan gajinya pula ia bisa membangun rumah di Kufah. Semua gaji yang di berikan dari baitul mal ia taruh di ruang tamu hingga para sahabat yang bertamu kerumah Khabbab jika membutuhkan uang langsung bisa mengambilnya karena memang tempat menyimpan uang tersebut tidak di tutup jadi tamu bisa langsung mengambil sendiri, hal tersebut dilakukannya sebagai bentuk kezuhudan beliau. Ia pernah berujar “bagaimana aku bisa memperkaya diri dengan harta itu sedangkan sahabat yang telah mendahuluiku telah menaruh iman di hadapan Allah bagaimana aku akan menaruh harta sedangkan setelah mati harta tidak mungkin bisa di bawa kehadapan Allah.
            Di usia yang mulai senja, ia tetap konsisten dalam ajaran agama, meski dia seorang muhajirin tetapi sahabat-sahabat baik yang ansor atau muhajirin muncintainya, semua itu karena pribadinya yang penyayang, tegas, dan ta’at terhadap agama, sipandai besi dan pembuat senjata handal di masa jahilyah ini wafat tepat padah tahun 37 hijriyah, ajarannya abadi dan menyebar keseluruh penjuru Negara Islam bahkan dunia tetap akan dikenang, ia di kenal sebagai orang yang tabah terhadap siksaan kuffar dan guru utama al-Quran di masanya.

*Nasrullah/Aschal*

0 komentar:

Posting Komentar