(Tab Widget 2)

Selasa, 14 Februari 2017

KALAM SYAIR (ASCHAL Edisi 15)


Rengsa Senja
By: Kang Aaf.  Rr
Air matamu begitu mudah kering
Seakan kamu lupa bagaimana aku
Aku juga belum sempat mengusapnya
Tapi tawamu ringan sekali terdengar di telingaku
Sungguh bisa apa aku
Bila senyumku
Harus berlanjut hari esok
Karena  isak saat ini masih tersisa

Cibiran Tombak Mengguyur Badai
By: O’im di Ruang sederhana, 15-11-13
Setetes dua tetes akhirnya mengguyur
Awan terusik oleh cibiran-cibiran tombak
Setajam belati menyentuh hati
Gerimis demi gerimis ujungnya badai
Semudah merangkai huruf demi huruf seharum bangkai
Dan dihanyutkan pada tepian-tepian
Memudarkan nyenyak pera punggawa
Dan terbangun berbondong-bondong
Teriakan kata “Bubarkan!!!”
Nyaring dirasa dan telinga
Awan tidak tersipu malu
Dan tidak tahu malu
Pada api-api yang hampir dipadamkannya
Api yang berkobar di ruang gelap berpenghuni

Rindu Belaianmu Bunda
*puisi kecil untuk Ibu Pertiwi
By: Raden Dimas Faisol Ibnu Huri
Dari mu aku ada
Dibuai dalam kehangatan cinta
Dalam birunya samudra
Serta hijaunya alam raya
Kau ajarkan aku akan indahnya samudra
Bersatu dalam bineka tunggal ika
Ini aku tumbuh menjadi dewasa
Dan kau semakin menua
Tubuhmu yang tak bisa lagi menjaga
Akan ketuhan banngsa
Kau masih dipaksa untuk bekerja
Wahai putera bangsa
Dimana kau berada
Ibum mu kini terluka, namun kau tak berbuat apa-apa
Kau bilang kau telah dewasa
Namun kau tak juga merasa
Bahwa di pundak mulah harapan bangsa

Menanti Senyummu
By: Ayang Ibhu
Awal waktu ini
Bukanlah engkau
Lengkungan senyummu begitu terasa lelah
Keringatmu ingin ku usap
Namun terlalu jauh
Kau.. satu langkahmu begitu berarti
Kau tanamkan dua sayap untukku
Keinginanku dan harapanmu
Semua ini terasa bertentangan
Bahkan terlalu jauh di saat tak kufahami
Ingin sekali ku buat lengkungan indah di bibirmu
Sepertinya sulit untuk ku jajaki
Aku masih berusaha
Menanti senyum dan bahagia ibu
Tapi bisakah kiranya aku tanpa berubah

0 komentar:

Posting Komentar