(Tab Widget 2)

Rabu, 01 Februari 2017

PEMERKOSAAN FAHAM YANG TAK BERDASAR (ASCHAL Edisi 13)


PERSELINGKUHAN TASAWUF DENGAN AGAMA DAN BUDAYA NON ISLAM; 
            Sanggahan untuk kalangan orientalis dan  kroninya, yang menuduh bahwa tasawuf merupakan produk dari luar islam yang di islamisasi, hal ini bisa di lihat dari asal penyebutan sufi, yang identik dan tidak bisa di lepaskan dari ahlussuffah, kelompok sahabat yang tidak memiliki tempat tinggal dan menetap di serambi masjid dekat dalem Rasulullah, aktifitas mereka yang lebih banyak beribadah dan mengaji kepada Rasulullah. hal inilah yang menjadikan nilai lebih bagi mereka, mendapat didikan langsung beliau, dapat meneladani semua perilaku Rasulullah mulai dari perilaku dahir hingga yang bersifat batiniyah, lalu pada abad kedua hijjriyah selanjutnya, orang-orang seperti mereka lebih dikenal dengan sebutan orang-orang sufi, karena mengidentikkan pelaku sufi dengan para sahabat dari ahlussuffah.
            Rosulullah mengajari para ahlussuffah ini dengan aqwal dan ahwal, maka tak salah jika beliau pernah berkata “hendaknya engkau beribadah seakan-akan mati besok, dan bekerjalah seakan-akan engkau hidup selamanya”, hal ini agar mereka tidak silau dengan kehidupan dunia yang menipu, dan mengingatkan bahwa hidup setelah kehidupan dunia masih ada kehidupan lagi, maka Rasulullah mengajari mereka kezuhudan akan dunia, zuhud bukan berarti mereka tidak butuh dunia, tetapi mereka menjadikan dunia hanya sewajarnya saja, maka tidak heran jika sayyidina Abu Bakar suka mendermakan hartanya, bahkan di awal-awal Islam beliau berani membeli dan memerdekan Bilal, seorang budak yang masuk Islam di tengah pengawasan Sayyid yang musyrik, dengan harga yang tidak sedikit, Umar seorang amirul mukminin yang hanya beralaskan pelapah kurma saat tidurnya, Usman pengusaha berharta tetapi selalu mendermakan hartanya untuk fakir miskin, Ali bin abi talib ketika beliau akan di nikahkan dengan sayyidati fatimatuzzahra, tidak memiliki apa-apa untuk di jadikan mas kawin. ketika beliau pulang dari peperangan membawa harta rampasan perang, beliau tidak mempergunakan harta rampasan tersebut untuk dirinya sendiri tetapi di sedekahkan kepada fakir miskin, dan beliau hanya mengambil seperlunya saja. Karena bagi mereka dunia hanya sebagai wasilah memenuhi tuntutan agamanya, tangan berbuat, lidah berucap, dan hati selalu berdikir dan bertasbih kepadanya.
             Sebagaimana yang difirmankan Allahيايهاالذين امنوا اذكروا الله ذكرا كثيرا وسبحوه بكرة واصيلا (الاحزاب 41-42)hai orang-orang yang beriman; berdikirlah  (dengan) menyebut (nama) allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya, Dan bertasbihlah kepadanya di waktu pagi dan petang” ayat yang menganjurkan orang-orang beriman untuk melakukan dzikir sebanyak-banyaknya kepada Allah pagi dan sore, agar hatinya tidak terasuki bisikan-bisikan dunia yang menyilaukan.
            Di ayat yang lain Allah berfirman اعلموا  انما الحيوة الدنيا لعب و لهو وزينة وتفا خر بينكم وتكاثر فى الاموال والاولاد كمثل غيث اعجب الكفار نباته ثم يهيج فترىه مصفرا ثم يكون حطاما وفى الاخرة عداب شديد ومعفرة من الله ورضوان وما الحياة الدنيا الا متاع الغرور (الحديد 20)  “ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permaianan dan sesuatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanaman-tanamannya mengagumkan para petani, kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat(nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.
Dalam mengomentari ayat ini para mufassir sepakat, bahwa ayat ini menganjurkan manusia agar tidak lalai dalam urusan akhirat dan terpedaya kemegahan dunia. al- Baidhawy (w 791 h) , dalam menafsirkan ayat ini menjelaskan, bahwa ayat ini berkaitan erat dengan perilaku orang-orang mukmin, mereka tidak silau dengan kemewahan dan kemegahan dunia yang menipu, meski dia hidup di dunia ini, dan berinteraksi dengan dunia, tetapi mereka zuhud terhadap dunia, mempergunakan dunia hanya seperlunya, dalam artian orang mukmin tidak sampai di setir dan di kuasai dunia, sebaliknya orang-orang kafir, akan terlena dengan kemegahan dunia yang sesaat, hingga lupa bahwa dunia hanya sementara, dan setelah itu akan lenyap ( tafsir al-baidhowy 470/2). Syehk Muhammad Umar al-Jawy al-Banteny (w 1316 h), menambahkan bahwa setelah dunia dan isinya sirna dan manusia di bangkitkan dari kematiannya di akhirat nanti, hanya ada dua pilihan, di ampuni dan tidak di ampuni, yang di ampuni mereka para kekasihnya, orang-orang yang ta’at kepada agamanya dan salihin. Sedang yang mendapat siksaan yang amat pedih, mereka-mereka yang terlena dengan tipuan dunia dan melalaikan seruan Allah (marahul labid likasyfi maknal qur’anil majid 495/2). Di bagian yang lain, Ibnu Kastir (w 774 h) dalam menafsirkan ayat ini, mengutip hadist yang bersumber dari Abi Hurairah, قال ابن جرير حدثنا على بن حرب الموصلى حدثنا المحاربى حدثنا محمد بن عمرو عن ابى سلمة عن ابى هريرة قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم "لموضوع سوط فى الجنة خير من الدنيا وما فيها"sabda rasulullah, sebuah tempat rawa-rawa di surga jauh lebih bagus dari pada dunia dan isinya” kemudian Ibnu Kastir melanjutkan mengutip hadist imam Ahmad yang bersumber dari Abdullah  قال رسول الله صلى الله غليه وسلم "للجنة أقرب الى أحدكم من شراك نعله والنار مثل ذلك" surga lebih dekat kepada kalian semuanya, dari pada tali sandal, dan nerakapun demikian” (Tafsirul Qur’anil ‘Adim 314/4) menggambarkan posisi seseorang apakah dia selamat atau tidaknya kelak di akhirat.
            Berkenaan dengan sikap orang-orang mukmin ini, rasulullah pernah bersabdaقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: اتقوا فراسة المؤمن فاءنه ينظر بنور الله  (رواه البخارى عن ابى سعيد الخدرى) “rasulullah bersabda saw : takutilah firasat orang mukmin, karena ia dapat memandang dengan nur (petunjuk) Allah. H.R. Buhory, yang bersumber dari Abi Sa’id al-Hudri. Hadist ini menjelaskan bahwa firasatnya seorang mukmin itu diciptakan dari cahaya-Nya, tentu di sini bukan semua orang mukmin berfirasat demikian, karena yang di maksudkan dalam hadist tadi adalah firasat-firasat orang-orang mukmin yang tunduk atas perintahnya dan bersih dari penyakit batiniyah, dan hal ini hanya dimiliki oleh orang-orang yang bersih hatinya.
            Kemudian di hadist yang lain Rasulullah bersabdaجاء رجل الى النبى صلى الله عليه وسلم فقال : يا نبي الله اوصنى فقال : عليك بتقوى الله فاءنه جماع كل خير وعليك بالجهاد فاءنه رهبانية المسلم وعليك بذكر الله فاءنه نور لك (رواه البخار عن ابى سعيد الخدرى)  “seorang laki-laki menghadap kepada nabi saw. Lalu berkata hai Nabi Allah; nasehatilah saya. Nabi berkata ; engkau harus bertaqwa kepada Allah karena hal itu (merupakan) kumpulan setiap kebaikan; dan engkau harus berjihad. karena hal itu (merupakan) kehidupan paderi seorang muslim, serta engkau harus berdikir kepada Allah, karena hal itu (merupakan) nur bagimu. H.R. al-Buhori dari Abi Sa’id Alhudri.
            Semua dalil al-Quran dan hadis di atas, mematahkan anggapan orang-orang orientalis seperti Harman et Horten  atas tuduhannya, bahwa tasawuf Islam sangat di warnai oleh ajaran Hindu, di samping ajaran agama Mani, Masehi, dan Neo Platonisme. Juga merobohkan pendapat Darwis Albirawi, yang menyamakan tatacara ibadah dan mujahadah tasawuf dengan Hindu, dan faham reinkarnasi. Sampai pengkaitan orientalis terhadap filsafat mistiknya Pytagoras yang mengatakan roh manusia bersifat kekal dan berada di dunia sebagai orang asing, jasmani merupakan penjara bagi roh, Dan roh kesenangannya adalah alam samawi, makanya manusia harus membersihkan diri agar mampu memberikan apa yang di inginkan roh dengan cara berzuhud dan selanjutnya ia harus melakukan kontemplasi. Yang di identikkan oleh orientalis dengan fana dalam istilah tasawuf, sungguh ini penyama’an yang memaksakan diri, sebab jauh sekali antara fana dengan faham yang di bawa Pytagoras tersebut.

*Halwani/Aschal*

0 komentar:

Posting Komentar