PERSELINGKUHAN TASAWUF DENGAN AGAMA DAN BUDAYA
NON ISLAM;
Sanggahan untuk kalangan orientalis dan
kroninya, yang menuduh bahwa tasawuf merupakan produk dari luar islam
yang di islamisasi, hal ini bisa di lihat dari asal penyebutan sufi, yang
identik dan tidak bisa di lepaskan dari ahlussuffah, kelompok sahabat yang
tidak memiliki tempat tinggal dan menetap di serambi masjid dekat dalem
Rasulullah, aktifitas mereka yang lebih banyak beribadah dan mengaji kepada
Rasulullah. hal inilah yang menjadikan nilai lebih bagi mereka, mendapat
didikan langsung beliau, dapat meneladani semua perilaku Rasulullah mulai dari
perilaku dahir hingga yang bersifat batiniyah, lalu pada abad
kedua hijjriyah selanjutnya, orang-orang seperti mereka lebih dikenal dengan
sebutan orang-orang sufi, karena mengidentikkan pelaku sufi dengan para sahabat
dari ahlussuffah.
Rosulullah mengajari para ahlussuffah ini dengan aqwal dan ahwal,
maka tak salah jika beliau pernah berkata “hendaknya engkau beribadah
seakan-akan mati besok, dan bekerjalah seakan-akan engkau hidup selamanya”, hal
ini agar mereka tidak silau dengan kehidupan dunia yang menipu, dan
mengingatkan bahwa hidup setelah kehidupan dunia masih ada kehidupan lagi, maka
Rasulullah mengajari mereka kezuhudan akan dunia, zuhud bukan berarti mereka
tidak butuh dunia, tetapi mereka menjadikan dunia hanya sewajarnya saja, maka
tidak heran jika sayyidina Abu Bakar suka mendermakan hartanya, bahkan di
awal-awal Islam beliau berani membeli dan memerdekan Bilal, seorang budak yang
masuk Islam di tengah pengawasan Sayyid yang musyrik, dengan harga yang
tidak sedikit, Umar seorang amirul mukminin yang hanya beralaskan pelapah kurma
saat tidurnya, Usman pengusaha berharta tetapi selalu mendermakan hartanya
untuk fakir miskin, Ali bin abi talib ketika beliau akan di nikahkan dengan
sayyidati fatimatuzzahra, tidak memiliki apa-apa untuk di jadikan mas kawin.
ketika beliau pulang dari peperangan membawa harta rampasan perang, beliau
tidak mempergunakan harta rampasan tersebut untuk dirinya sendiri tetapi di
sedekahkan kepada fakir miskin, dan beliau hanya mengambil seperlunya saja. Karena
bagi mereka dunia hanya sebagai wasilah memenuhi tuntutan agamanya,
tangan berbuat, lidah berucap, dan hati selalu berdikir dan bertasbih
kepadanya.
Sebagaimana yang difirmankan Allah “يايهاالذين امنوا اذكروا الله ذكرا كثيرا وسبحوه بكرة
واصيلا (الاحزاب 41-42) “hai orang-orang yang beriman;
berdikirlah (dengan) menyebut (nama)
allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya, Dan bertasbihlah kepadanya di waktu pagi
dan petang” ayat yang menganjurkan orang-orang beriman untuk melakukan
dzikir sebanyak-banyaknya kepada Allah pagi dan sore, agar hatinya tidak
terasuki bisikan-bisikan dunia yang menyilaukan.
Di ayat yang lain
Allah berfirman اعلموا انما الحيوة الدنيا لعب و لهو وزينة وتفا خر بينكم
وتكاثر فى الاموال والاولاد كمثل غيث اعجب الكفار نباته ثم يهيج فترىه مصفرا ثم يكون
حطاما وفى الاخرة عداب شديد ومعفرة من الله ورضوان وما الحياة الدنيا الا متاع الغرور
(الحديد 20) “ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan
dunia itu hanyalah permaianan dan sesuatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta
dan anak, seperti hujan yang tanaman-tanamannya mengagumkan para petani,
kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat(nanti) ada azab yang
keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak
lain hanyalah kesenangan yang menipu”.
Dalam mengomentari ayat ini para mufassir
sepakat, bahwa ayat ini menganjurkan manusia agar tidak lalai dalam
urusan akhirat dan terpedaya kemegahan dunia. al- Baidhawy (w 791 h) , dalam menafsirkan ayat ini menjelaskan,
bahwa ayat ini berkaitan erat dengan perilaku orang-orang
mukmin, mereka tidak silau dengan kemewahan dan kemegahan dunia yang menipu,
meski dia hidup di dunia ini, dan berinteraksi dengan dunia,
tetapi mereka zuhud terhadap dunia, mempergunakan dunia hanya seperlunya, dalam
artian orang mukmin tidak sampai di setir dan di kuasai dunia, sebaliknya
orang-orang kafir, akan terlena dengan kemegahan dunia yang sesa’at, hingga lupa bahwa dunia hanya sementara, dan setelah itu akan lenyap ( tafsir al-baidhowy 470/2). Syehk Muhammad Umar al-Jawy al-Banteny
(w 1316 h), menambahkan bahwa setelah dunia dan isinya sirna dan manusia di
bangkitkan dari kematiannya di akhirat nanti, hanya ada dua pilihan, di ampuni
dan tidak di ampuni, yang di ampuni mereka para kekasihnya, orang-orang yang
ta’at kepada agamanya dan salihin. Sedang yang mendapat siksaan yang amat
pedih, mereka-mereka yang terlena dengan tipuan dunia dan melalaikan seruan
Allah (marahul labid likasyfi maknal qur’anil majid 495/2). Di bagian
yang lain, Ibnu Kastir (w 774 h) dalam menafsirkan ayat ini, mengutip hadist
yang bersumber dari Abi Hurairah, قال ابن جرير حدثنا على
بن حرب الموصلى حدثنا المحاربى حدثنا محمد بن عمرو عن ابى سلمة عن ابى هريرة قال: قال
رسول الله صلى الله عليه وسلم "لموضوع سوط فى الجنة خير من الدنيا وما فيها"
“sabda rasulullah, sebuah tempat rawa-rawa di surga jauh lebih bagus dari
pada dunia dan isinya” kemudian Ibnu Kastir melanjutkan mengutip hadist
imam Ahmad yang bersumber dari Abdullah قال رسول الله صلى الله غليه وسلم
"للجنة أقرب الى أحدكم من شراك نعله والنار مثل ذلك" “surga
lebih dekat kepada kalian semuanya, dari pada tali sandal, dan nerakapun
demikian” (Tafsirul Qur’anil ‘Adim 314/4) menggambarkan posisi
seseorang apakah dia selamat atau tidaknya kelak di akhirat.
Berkenaan
dengan sikap orang-orang mukmin ini, rasulullah pernah bersabdaقال رسول
الله صلى الله عليه وسلم: اتقوا فراسة المؤمن فاءنه ينظر بنور الله (رواه البخارى عن ابى سعيد الخدرى)
“rasulullah bersabda saw : takutilah firasat orang mukmin, karena ia dapat
memandang dengan nur (petunjuk) Allah. H.R. Buhory, yang bersumber dari Abi
Sa’id al-Hudri”. Hadist ini menjelaskan bahwa
firasatnya seorang mukmin itu diciptakan dari cahaya-Nya, tentu di sini bukan
semua orang mukmin berfirasat demikian, karena yang di maksudkan dalam hadist
tadi adalah firasat-firasat orang-orang mukmin yang tunduk atas perintahnya dan
bersih dari penyakit batiniyah, dan hal ini hanya dimiliki oleh
orang-orang yang bersih hatinya.
Kemudian
di hadist yang lain Rasulullah bersabdaجاء رجل الى النبى
صلى الله عليه وسلم فقال : يا نبي الله اوصنى فقال : عليك بتقوى الله فاءنه جماع كل
خير وعليك بالجهاد فاءنه رهبانية المسلم وعليك بذكر الله فاءنه نور لك (رواه البخار
عن ابى سعيد الخدرى) “seorang
laki-laki menghadap kepada nabi saw. Lalu berkata hai Nabi Allah; nasehatilah
saya. Nabi berkata ; engkau harus bertaqwa kepada Allah karena hal itu
(merupakan) kumpulan setiap kebaikan; dan engkau harus berjihad. karena hal itu
(merupakan) kehidupan paderi seorang muslim, serta engkau harus berdikir kepada
Allah, karena hal itu (merupakan) nur bagimu. H.R. al-Buhori dari Abi Sa’id
Alhudri.
Semua dalil
al-Quran dan hadis di atas, mematahkan anggapan orang-orang orientalis seperti Harman et Horten atas tuduhannya, bahwa tasawuf Islam sangat di warnai oleh ajaran Hindu, di samping ajaran
agama Mani, Masehi, dan Neo Platonisme. Juga merobohkan pendapat Darwis Albirawi, yang menyamakan tatacara ibadah dan mujahadah tasawuf dengan
Hindu, dan faham reinkarnasi. Sampai pengkaitan orientalis terhadap filsafat mistiknya Pytagoras yang
mengatakan roh manusia bersifat kekal dan berada di dunia sebagai orang asing,
jasmani merupakan penjara bagi roh, Dan roh kesenangannya adalah alam samawi,
makanya manusia harus membersihkan diri agar mampu memberikan apa yang di
inginkan roh dengan cara berzuhud dan selanjutnya ia harus melakukan
kontemplasi. Yang di identikkan oleh orientalis dengan fana dalam
istilah tasawuf, sungguh ini penyama’an yang memaksakan diri, sebab jauh sekali antara fana
dengan faham yang di bawa Pytagoras tersebut.
*Halwani/Aschal*
0 komentar:
Posting Komentar